Minggu, 19 April 2015

beras naik, gizi menurun

Nama              : Liyana Putri Afifah
Nim                 : 25010113120151
Kelas               : B 2013
Tanggal          :
TTD                :
“Digelontorkan 100 Ton, Harga Beras Masih Tinggi”

Beras sebagai bahan makanan pokok, beras mempunyai peran yang sangat penting terhadap tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia (Afrianto, 2010). Beras merupakan komoditi strategis di Indonesia, terutama bagi penduduk miskin. Tingkat harga beras merupakan faktor penentu utama tingkat kemiskinan dalam jangka pendek (Dawe,2001). Dalam jangka panjang harga beras juga mempengaruhi pengurangan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang kondusif (Sasongko, 2010).
Rakyat Indonesia khususnya kalangan menengah ke bawah mendapatkan kenyataan pahit berupa melonjaknya harga beras. Kenaikan harga beras saat krisis ekonomi Indonesia menyebabkan pengeluaran konsumsi untuk beras mencapai 25% dari pengeluaran keluarga miskin (Timmer, 2002). Salah satu pemicu kenaikan angka kemiskinan ini adalah naiknya harga beras sebagai akibat panen (Nurwati, 2008). Hingga kini, beras jenis medium harganya masih sekitar Rp11.000/kg. Ada yang murah sekitar Rp10.500/kg, tapi kualitasnya jelek sekali. Padahal, Pemkot Malang dan Bulog Subdivre Malang sudah gencar menggelar operasi pasar murah khusus beras. Masyarakat rela mau mengantre untuk mendapatkan beras murah pada operasi pasar murah. Karena mereka merasa sudah terlalu berat jika harus membeli beras di pengecer (Sindo, 2015).
kenaikkan harga beras tersebut sangat berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah (Afrianto, 2010). Hal tersebut juga akan memperburuk tingkat kesejahteraan keluarga miskin, karena kenaikan harga makanan menyebabkan kekurangan gizi (Sasongko, 2010).Logikanya, jika kebutuhan primer saja, terutama beras, sudah sulit dimiliki karena harganya yang tidak terjangkau, apalagi yang sekunder. Kekurangan terhadap makanan akan mengakibatkan melemahnya daya kesehatan. Asupan gizi akan berkurang. Busung lapar bisa mengancam. Ketika kesehatan semakin lemah maka daya kerja akan semakin berkurang. Ketika daya kerja semakin berkurang maka penghasilan juga akan ikut berkurang (Almatsier, 2002). Penduduk miskin, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih murah dan menu makanan akan kurang bervariasi (Suhardjo, 1996). Dampak dari adanya kenaikan harga beras dengan tingkat kemiskinan memang sangat erat karena beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia terutama bagi mereka yang kurang mampu (Nurwati, 2008).
Kenaikan harga beras akan meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi disisi lain kenaikan harga beras akan berdampak pada menurunkan tingkat ketahanan pangan,  bahkan akan berakibat pada rendahnya tingkat gizi masyarakat/gizi buruk khususnya untuk masyarakat golongkan miskin (Hutagalung, 2007). Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Meningkatnya harga pangan yang berarti pula menurunnya daya beli masyarakat dapat mengakibatkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan juga kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Tingkat konsumsi beras masyarakat ditentukan oleh tingkat pendapatan dan harga beras (Fadillah, 2007).
Terjaminnya ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang memadai dan tingkat harga yang terjangkau oleh penduduk merupakan beberapa sasaran dan target yang ingin dicapai dalam penyusunan dan perumusan kebijaksanaan pangan nasional. Ketidakstabilan persediaan pangan dan atau bergejolaknya harga beras di Indonesia telah terbukti dapat memicu munculnya ketidakstabilan sosial. Meningkatnya harga pangan yang berarti pula menurunnya daya beli masyarakat dapat mengakibatkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan atau kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Penurunan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan penduduk dalam jangka pendek dapat menurunkan produktivitas kerja dan dalam jangka panjang akan berpangaruh terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat terutama bagi kelompok yang rawan gizi (anak balita dan ibu hamil/menyusui). Dampak lanjutan dari menurunnya status gizi/kesehatan kelompok rawan gizi tersebut dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia (Syarief, 1997). Bagi penduduk dewasa, pengurangan makanan berarti daya tahan tubuh berkurang dan pada gilirannya dapat menurunkan produktivitas kerja. Bagi anak-anak balita dan ibu hamil/menyusui penurunan kuantitas/kualitas makanan berdampak sangat panjang (Saliem, 2002).
Kenaikan 10 persen harga beras akan menurunkan permintaan komoditas pangan berkisar antara satu sampai enam persen. Karena penurunan permintaan atau konsumsi akibat kenaikan harga beras pada taraf tertentu dapat menurunkan status gizi/kesehatan yang berdampak kepada penurunan produktivitas kerja (Fadillah, 2007). Harga pangan naik mengganggu aspek stabilitas dari ketahanan pangan. Krisis pangan yang memicu kenaikan harga beras juga akan membuat masyarakat miskin kian terpuruk. Kecukupan pangan diperlukan sebagai syarat agar seseorang dapat hidup sehat dan beraktivitas sesuai dengan bidang yang ditekuninya (Prihatin, 2012).
Sebaiknya diperlukan suatu evaluasi yang berkelanjutan untuk melihat dinamika penduduk miskin di pedesaan agar dapat membantu efektifitas pencapaian sasaran subsidi beras untuk keluarga miskin sebagai salah satu program mengatasi persoalan kemiskinan. Evaluasi tersebut antara lain meliputi keadaan sosial ekonomi keluarga, kemampuan pengeluaran konsumsi, pendapatan keluarga, keadaan kesehatan keluarga dan kemampuan pembiayaan perawatan kesehatan. Program penyaluran beras untuk keluarga miskin sebaiknya hanya sebagai program pelengkap dalam mengurangi tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan. Program lainnya terutama yang bertujuan menciptakan lapangan kerja yang bersifat tetap di desa seharusnya dijadikan program utama dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan penduduk miskin. Penciptaan lapangan kerja yang bersifat tetap akan menghasilkan pendapatan bagi penduduk miskin, sedangkan subsidi beras untuk keluarga miskin yang berkelanjutan dapat menimbulkan ketergantungan pada penerima subsidi (Fadillah, 2007).



DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Denny. 2010. Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Panen, Rata-rata Produksi, Harga Beras, dan Jumlah Konsumsi Beras Terhadap Ketahanan Pangan di Jawa Tengah. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Almatsier, s. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Dawe, David. 2001. ‘How far down the path to free trade? The importance of rice price stabilization in developing Asia’, Food Policy, 26(2):163–75.
Fadillah, Arief. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan di Medan. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Hutagalung, Makmur. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Pada Beberapa Strata Luas Lahan di Desa Kota Rantang Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Prihatin, S. D, Sunarru Samsi dan Mudiyono. 2012. Ancaman Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. (Online). Jurnal Ilmiah CIVIS Vol. 2. No. 2. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=127933&val=538&title=ANCAMAN%20KETAHANAN%20PANGAN%20RUMAH%20TANGGA%20PETANI. Di akses 17 Maret 2015.
Saliem, H. P. S. 2002. Analisis Permintaan Pangan di Kawasan Timur Indonesia. (Online). JAE Vol. 20. No. 2. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/539/jbptitbpp-gdl-anaklulumu-26912-1-analisis-d.pdf. Di akses 17 Maret 2015.
Suhardjo. 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Syarief, Hidayat. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: Suatu Telaahan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian – IPB. Bogor.
Timmer, Peter C. 2002. Food Security and Rice Price Policy In Indonesia: The Economics and Politics of The food Price Dilemma, Working Paper. University Of California, San Diego, pp.1-55.
Yuswantoro. 2015. Digelontor 100 Ton, Harga Beras Masih Tinggi. Sindo. 10 Maret 2015.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar