Nama : Liyana Putri Afifah
Nim : 25010113120151
Kelas : B 2013
Tanggal :
TTD :
“Digelontorkan
100 Ton, Harga Beras Masih Tinggi”
Beras
sebagai bahan makanan pokok, beras mempunyai peran yang sangat penting terhadap
tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia (Afrianto, 2010). Beras merupakan
komoditi strategis di Indonesia, terutama bagi penduduk miskin. Tingkat harga
beras merupakan faktor penentu utama tingkat kemiskinan dalam jangka pendek
(Dawe,2001). Dalam jangka panjang harga beras juga mempengaruhi pengurangan
kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang kondusif (Sasongko, 2010).
Rakyat Indonesia khususnya kalangan menengah ke bawah
mendapatkan kenyataan pahit berupa melonjaknya harga beras. Kenaikan
harga beras saat krisis ekonomi Indonesia menyebabkan pengeluaran konsumsi
untuk beras mencapai 25% dari pengeluaran keluarga miskin (Timmer, 2002). Salah satu pemicu kenaikan angka
kemiskinan ini adalah naiknya harga beras sebagai akibat panen (Nurwati, 2008).
Hingga kini,
beras jenis medium harganya masih sekitar Rp11.000/kg. Ada yang murah sekitar
Rp10.500/kg, tapi kualitasnya jelek sekali. Padahal, Pemkot Malang dan Bulog
Subdivre Malang sudah gencar menggelar operasi pasar murah khusus beras. Masyarakat
rela mau mengantre untuk mendapatkan beras murah pada operasi pasar murah.
Karena mereka merasa sudah terlalu berat jika harus membeli beras di pengecer
(Sindo, 2015).
kenaikkan harga beras tersebut
sangat berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat khususnya masyarakat
menengah ke bawah (Afrianto, 2010). Hal tersebut juga akan
memperburuk tingkat kesejahteraan keluarga miskin, karena kenaikan harga makanan
menyebabkan kekurangan gizi (Sasongko, 2010).Logikanya, jika kebutuhan primer
saja, terutama beras, sudah sulit dimiliki karena harganya yang tidak
terjangkau, apalagi yang sekunder. Kekurangan terhadap makanan akan
mengakibatkan melemahnya daya kesehatan. Asupan gizi akan berkurang. Busung
lapar bisa mengancam. Ketika kesehatan semakin lemah maka daya kerja akan semakin
berkurang. Ketika daya kerja semakin berkurang maka penghasilan juga akan ikut
berkurang (Almatsier, 2002).
Penduduk miskin, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih murah dan menu makanan
akan kurang bervariasi (Suhardjo, 1996). Dampak dari adanya kenaikan harga
beras dengan tingkat kemiskinan memang sangat erat karena beras merupakan
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia terutama bagi mereka yang
kurang mampu (Nurwati, 2008).
Kenaikan
harga beras akan meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi disisi lain kenaikan
harga beras akan berdampak pada menurunkan tingkat ketahanan pangan,
bahkan akan berakibat pada rendahnya tingkat gizi masyarakat/gizi buruk
khususnya untuk masyarakat golongkan miskin (Hutagalung, 2007). Pangan
merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup.
Meningkatnya harga pangan yang berarti pula menurunnya daya beli masyarakat
dapat mengakibatkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan juga
kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Tingkat
konsumsi beras masyarakat ditentukan oleh tingkat pendapatan dan harga beras (Fadillah, 2007).
Terjaminnya
ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang memadai dan tingkat
harga yang terjangkau oleh penduduk merupakan beberapa sasaran dan target yang
ingin dicapai dalam penyusunan dan perumusan kebijaksanaan pangan nasional.
Ketidakstabilan persediaan pangan dan atau bergejolaknya harga beras di
Indonesia telah terbukti dapat memicu munculnya ketidakstabilan sosial.
Meningkatnya harga pangan yang berarti pula menurunnya daya beli masyarakat
dapat mengakibatkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan atau
kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah.
Penurunan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan penduduk dalam jangka pendek
dapat menurunkan produktivitas kerja dan dalam jangka panjang akan berpangaruh
terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat terutama bagi kelompok yang rawan
gizi (anak balita dan ibu hamil/menyusui). Dampak lanjutan dari menurunnya
status gizi/kesehatan kelompok rawan gizi tersebut dalam jangka panjang akan
menurunkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia (Syarief, 1997). Bagi penduduk
dewasa, pengurangan makanan berarti daya tahan tubuh berkurang dan pada
gilirannya dapat menurunkan produktivitas kerja. Bagi anak-anak balita dan ibu
hamil/menyusui penurunan kuantitas/kualitas makanan berdampak sangat panjang (Saliem,
2002).
Kenaikan 10 persen harga beras akan menurunkan
permintaan komoditas pangan berkisar antara satu sampai enam persen. Karena
penurunan permintaan atau konsumsi akibat kenaikan harga beras pada taraf
tertentu dapat menurunkan status gizi/kesehatan yang berdampak kepada penurunan
produktivitas kerja (Fadillah, 2007). Harga pangan naik mengganggu aspek stabilitas
dari ketahanan pangan. Krisis pangan yang memicu kenaikan harga beras juga akan
membuat masyarakat miskin kian terpuruk. Kecukupan pangan diperlukan sebagai
syarat agar seseorang dapat hidup sehat dan beraktivitas sesuai dengan bidang
yang ditekuninya (Prihatin, 2012).
Sebaiknya diperlukan suatu evaluasi yang
berkelanjutan untuk melihat dinamika penduduk miskin di pedesaan agar dapat
membantu efektifitas pencapaian sasaran subsidi beras untuk keluarga miskin
sebagai salah satu program mengatasi persoalan kemiskinan. Evaluasi tersebut
antara lain meliputi keadaan sosial ekonomi keluarga, kemampuan pengeluaran
konsumsi, pendapatan keluarga, keadaan kesehatan keluarga dan kemampuan
pembiayaan perawatan kesehatan. Program penyaluran beras untuk keluarga miskin
sebaiknya hanya sebagai program pelengkap dalam mengurangi tingkat kemiskinan
di wilayah pedesaan. Program lainnya terutama yang bertujuan menciptakan
lapangan kerja yang bersifat tetap di desa seharusnya dijadikan program utama
dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan penduduk
miskin. Penciptaan lapangan kerja yang bersifat tetap akan menghasilkan
pendapatan bagi penduduk miskin, sedangkan subsidi beras untuk keluarga miskin
yang berkelanjutan dapat menimbulkan ketergantungan pada penerima subsidi (Fadillah,
2007).
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto, Denny. 2010. Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Panen,
Rata-rata Produksi, Harga Beras, dan Jumlah Konsumsi Beras Terhadap Ketahanan
Pangan di Jawa Tengah. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.
Almatsier, s.
2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Dawe, David. 2001. ‘How far down the path to free trade? The
importance of rice price stabilization in developing Asia’, Food Policy, 26(2):163–75.
Fadillah, Arief. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola
Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan di Medan. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Hutagalung,
Makmur. 2007. Dampak Peningkatan Harga
Beras Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Pada Beberapa Strata Luas Lahan di
Desa Kota Rantang Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Nurwati, Nunung. 2008. Kemiskinan: Model Pengukuran, Permasalahan
dan Alternatif Kebijakan. (Online). Jurnal Kependudukan Padjadjaran Vol.
10. No. 1. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fkependudukan%2Farticle%2Fdownload%2Fdoc1%2F2434&ei=diQOVebSE8uouwSR2oDoCQ&usg=AFQjCNFGqH8ivov1VcpWcGNB5jD5WbT0lQ&sig2=IyP1fR2q1tc7ZmhVVATPbg&bvm=bv.88528373,d.c2E.
Di akses 17 Maret 2015.
Prihatin,
S. D, Sunarru Samsi dan Mudiyono. 2012. Ancaman
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. (Online). Jurnal Ilmiah CIVIS Vol. 2.
No. 2. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=127933&val=538&title=ANCAMAN%20KETAHANAN%20PANGAN%20RUMAH%20TANGGA%20PETANI.
Di akses 17 Maret 2015.
Saliem,
H. P. S. 2002. Analisis Permintaan Pangan
di Kawasan Timur Indonesia. (Online). JAE Vol. 20. No. 2. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/539/jbptitbpp-gdl-anaklulumu-26912-1-analisis-d.pdf.
Di akses 17 Maret 2015.
Sasongko. 2010. Pengaruh Raskin Terhadap Pengeluaran
Konsumsi dan Sosial Ekonomi Serta Kesejahteraan Keluarga di Jawa Timur.
(Online). Ekuitas Vol. 14. No. 3. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.stiesia.ac.id%2Fjurnal%2Findex.php%2Farticle%2Fdownload_selection_article%2F2%2F20130731022%2F1&ei=9iQOVbu8JIPbuQTtrIKYDw&usg=AFQjCNHES8-JJDCpAikNdraXy8VRjbEWHQ&sig2=qU25972UfeMNl7Pykcf8Yg&bvm=bv.88528373,d.c2E. Di akses 17 Maret 2015.
Suhardjo. 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Syarief,
Hidayat. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: Suatu Telaahan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian – IPB. Bogor.
Timmer,
Peter C. 2002. Food Security and Rice
Price Policy In Indonesia: The Economics and Politics of The food Price
Dilemma, Working Paper.
University Of California, San Diego, pp.1-55.
Yuswantoro.
2015. Digelontor 100 Ton, Harga Beras
Masih Tinggi. Sindo. 10 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar