Jumat, 03 Oktober 2014

Potensi Bahaya Lingkungan Kerja: Pencahayaan (Lighting) dan Panas (Heat)


Paper
Potensi Bahaya Lingkungan Kerja:
Pencahayaan (Lighting) dan Panas (Heat)
Disusun Oleh:
Liyana Putri A                      (25010113120151)
Nur Sulistyaningsih               (25010113120152)
Ari Pratiwi                             (25010113120153)
Nisriinaa R U                         (25010113120154)
Ria Novita S                           (25010113120156)
Yeny Anggrainy                    (25010113120157)
Nisa Novaeni                          (25010113120158)
Yuanita Erry W                    (25010113120159)
Ernawati                                (25010113120160)
Kelas B 2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2014
A.    Potensi Bahaya Fisika
Secara umum, bahaya fisika merupakan bahaya yang bersifat fisik. Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi, dan sebagainya. Keadaan tempat kerja yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelah karena kehilangan cairan dan garam. Bila panas dari lingkngan ini berlebihan, suhu tubuh akan meningkat yang menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh sangat tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan yang terlalu dingin juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya tahan tubuhnya. Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir, Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan sifat permanen, nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan telah diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964. Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada pembuluh daram syarafm sendir dan tulang punggung, Sedang radiasi panas akan menyebabkan suhu tuuh meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas, selain itu terdapat berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi sinar dan riasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada karyawan.
Macam-Macam Bahaya Fisik
a.Kebisingan Bunyi
kebisingan adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya.Bunyi yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan. Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi. Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya.Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ). Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak.Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.
Skala Intensitas KebisinganSkala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi
No.
Sumber
Skala DB batas dengar tertinggi
1.
Halilintar
120 DB
2.
Meriam
110 DB
3.
Mesin uap
100 DB
4.
Jalan yang ramai
90 DB
5.
Pluit
80 DB
6.
Kantor gaduh
70 DB
7.
Radio
60 DB
8.
Rumah gaduh
50 DB
9.
Kantor pada umumnya
40 DB
10.
Rumah tenang
30 DB
11.
Kantor perorangan
20 DB
12.
Sangat tenang, suara daun jatuh, tetesan air
10 DB

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja. Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.
b. Getaran Getaran
 mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan
manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
c.Radiasi Non Mengion
Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .
1.Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
2.Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
3.Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh :    Radiasi ultraviolet : pengelasan.
Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran
Laser : komunikasi, pembedahan
d. Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi )
Tujuan pencahayaan : 1.Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan
2.Memberi lingkungan kerja yang aman
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja. Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang.Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang.Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a.Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b.Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c.Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari
d.Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e.Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda.
 Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan. Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut : Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja. Kelemahan mental Kerusakan alat penglihatan (mata). Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut : Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja. Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius). Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang.
d. Bau-Bauan
Bau-bauan yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.Selanjutnya bau-bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya. Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif.Hal ini disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas. Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar. Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari bangkai binatang.Ketajaman penciuman seseorang.
dipengaruhi oleh faktor psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya. Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam keadaan tegang. Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara.Pada kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :
1.Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol menjadi butarat dan asam butarat.
2.Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
 3.Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan yang tidak enak.
4.Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.
5.Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan ruangan juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat kerja.


















B.     Lighting (penerangan / pencahayaan)
Sistem pencahayaan merupakan bagian dari Higene Industri yang merupakan spesialisasi dalam Ilmu Higene beserta pertolongan yang dengan mengadakan penilaian pada faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja melalui pengukuran yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan tersebut bila perlu pencegahan agar pekerja terhindar dari berbagai akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Penerangan yang baik akan menyebabkan kita tidak dapat melihat benda-benda dengan jelas, kemudian tidak dapat melihat sumber bahaya dengan jelas pula atau dapat melihat suatu bahaya tetapi bahaya tersebut tidak dapat kita kenali dengan cepat. (Tarwaka, 1998)
Pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian tanpa penerangan yang memadai, maka dampaknya akan sangat terasa pada kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja. (Padmanaba, 2006)
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Ø  Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Ø  Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja. Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
Ø  Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah.
Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
a.       Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
b.      Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.
c.       Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung memasukkan sinar matahari
d.      Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e.       Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
Ø  Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Ø  Kelemahan mental
Ø  Kerusakan alat penglihatan (mata).
Ø  Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
Ø  Meningkatnya kecelakaan
Sehubungan dengan hal-hal diatas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
Ø  Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.
Ø  Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan lampu yang cukup.
Ø  Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat celsius).
Ø  Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.
Ø  Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak berkedip-kedip.
Sifat-sifat dari pencahayaan yang baik ditentukan oleh:
·         Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan
·         Pencegahan kesilauan
·         Arah sinar
·         Warna dan
·         Panas pencahayaan terhadap keadaan lingkungan






C.    Panas (Heat)

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang tidak nyaman seperti temperatur yang melebihi nilai ambang batas (NAB) mengakibatkan panas yang dapat mempengaruhi performansi kerja dan juga kesehatan tubuh pekerja. Berdasarkan hasil penelitian Sarwono (1995) menyebutkan bahwa temperature ruang kerja yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan sehingga bisa menurunkan prestasi kerja. Temperatur dalam ruangan kerja sangat mempengaruhi produktivitas dan kesehatan kerja (Sudrajat dkk,1998). Temperatur yang tinggi dalam ruangan kerja bisa ditimbulkan oleh kondisi ruangan, mesin-mesin ataupun alat yang mengeluarkan panas serta panas yang bersumber dari sinar matahari yang memanasi atap pabrik yang kemudian menimbulkan radiasi kedalam ruangan kerja produksi.
               Suhu tubuh manusia yang dapat kita rasa / raba tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan, makin tinggi panas lingkungan makin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh, sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan makin banyak pula panas tubuh yang hilang..
               Tekanan panas yang berlebihan akan menjadi beban tambahan bagi pekerja sehingga perlu diperhatikan sebab beban tambahan seperti panas dilingkungan kerja dapat menyebabkan timbulnya beban fisiologi misanya kerja jantung bertambah. Dibawah ini merupakan kaitan panas di lingkungan kerja dengan pekerja.
1.      Tempat kerja yang menimbulkan panas :
Adapun tempat kerja dengan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan panas pada lingkungan kerja misalnya pada peleburan baja, pabrik timah, pabrik kaca, pabrik botol dan pabrik peleburan perak. Pekerjaan yang dilakukan ditempat terbuka tidak jarang menyebabkan panas misalnya pada latihan militer, kuli bangunan, petani, nelayan yang melakukan pada aktivitasnya diterik matahari.
2.      Faktor yang mempengaruhi tekanan panas antara lain :
a.Aklimatisasi
 Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan adanya pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi dan suhu tubuh akibat pembentukan keringat (Siswanto, 1987). Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan  penurunan suhu tubuh dan pengeluaran garam dari dalam tubuh. Proses aklimatisasi ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu. Mengingat pembentukan keringat bergantung pada 9 kenaikan suhu dalam tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai setelah dua minggu. Dengan bekerja pada suhu tinggi saja belum bias menghasilkan aklimatisasi yang sempurna (WHO, 1969:9).  
b.Umur
 Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang lebih tua akan lebih lambat dalam pengeluaran keringat daripada orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh penderita heat stroke adalah mereka yang  berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur (WHO, 1969:9).
 c.Jenis kelamin
WHO (1969:9) mengemukakan bahwa adanya perbedaan aklimatisasi antara laki-laki dan wanita. Wanita tidak dapat beraklimatisasi dengan baik seperti laki-laki karena wanita mempunyi kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil.
d.Perbedaan suku bangsa
Perbedaan aklimatisasi yang ada diantara kelompok suku bangsa adalah kecil, yang menyebabkan perbedaan tersebut hanya pada ukuran tubuh dari tiap-tiap suku yang berbeda.
 e.Ukuran tubuh
Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tekanan panas yang lebih besar karena mereka mempunyai kapasitas kerja 10 maksimal yang lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang  berat badannya kurang dari 50 kg selain mempunyai maximal oxygen intake yang rendah tetapi juga kurang toleran terhadap panas daripada mereka yag mempunyai  berat badan rata-rata (Siswanto, 1987).
 f.Gizi (Nutrition)
Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supriasa dalam Kurniawan, 2010). Sesorang yang gizinya buruk akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, hal ini disebabkan karena sistem kardiovaskuler yang tidak stabil (Siswanto, 1987).
3.      Hubungan panas dengan manusia :
Seorang pekerja yang melakukan aktivitas dilingkungan kerja panas maka tubuh pekerja akan berinteraksi dengan kondisi / panas yang terdiri dari :
a.      Suhu udara :
Tubuh pekerja dapat kehilangan panas bila terjadi kontak langsung dengan benda yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuh / kulit. Pengantar panas dengan cara ini disebut konduksi. Besarnya panas yang hilang tergantung pada besarnya perbedaan antara suhu kulit dan media penghantar misalnya air adalah konduktor yang lebih baik dari udara, jadi tubuh lebih cepat kehilangan panas dalam air dingin dari pada dalam udara yang sama   Namun kehilangan panas dengan cara konduksi sangat sedikit pengaruh panas lingkungan pada tubuh lebih banyak melalui radiasi. Suatu kenyataan bahwa tiap benda panas termasuk tubuh manusia mengeluarkan gelombang – gelombang elektromagnetik, radiasi dapat terjadi tampa melalui media penghantar dan dengan cara ini maka bumi mendapatkan panas matahari
b.      Kelembaban udara :
Salah satu cara penurunan tubuh adalah dengan cara evaporasi /  penguapan yaitu proses perubahan sifat dari bentuk air menjadi gas / uap. Pada tubuh manusia penguapan terjadi melalui pernapasan / paru – paru dan keringat / kulit. Proses evaporasi yang terbanyak pada manusia adalah melalui kulit. Keringat yang keluar akan cepat menguap bila kelembaban udara rendah, penguapan ini terjadi dengan cara mengambil panas tubuh, jadi berkeringat dapat menurunkan suhu tubuh namun hanya terjadi bila ada penguapan pada lingkungan dengan kelembaban tinggi seorang dapat berkeringat tidak mengap tetapi menetes.
c.       Gerakan atau aliran udara :
Gerakan atau aliran udara adalah sangat penting dalam mebantu penurunan suhu badan, adanya aliran udara yang menyebabkan udara yang terdapat didekat lapisan kulit dapat diganti dengan udara yang suhunya rendah dan lebih kering.Proses pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan dengan cara seperti ini disebut konveksi. Media penghantar pada konveksi biasanya udara atau air. Kecepatan alran udara / media mempengaruhi proses pertukaran panas. Bekerja dengan tidak melindungi kulit dengan pakaian akan berhubungan langsung dengan udara dan pertukaran panas yang mungkin lebih cepat terjadi, sementara pada bagian tubuh yang tertutup pakaian terdapat lapisan udara yang tidak bergerak. Yang juga merupakan penghalang terjadinya sentuhan dengan udara yang bergerak. Gerakan udara juga akan memperlancar terjadinya pelepasan panas tubuh yang lebih panas dan lembab yang berada dipermukaan kulit diganti dengan udara yang suhunya lebih dingin. Prinsip konveksi jelas tampak pada efek pendinginan dengan kipas angin.
4.      Indera pengukur panas lingkungan :
Suhu dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti suhu udara, kelembaban, gerakan / aliran udara dan radiasi. Dampak dari factor lingkungan tersebut pada suhu tubuh merupakan hasil kompensasi dari factor – factor tadi. Dapat saja terjadi variasi dari factor – factor tersebut namun dampak yang ditimbulkan adalah sama.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh panas lingkungan pada tubuh, maka para ahli berusaha mencari metode pengukuran sederhana yang dapat mencakup dari keempat factor diatas tadi yang dinyatakan dalam bentuk skala atau indeks. Disini dapat disebutkan beberapa indeks antara lain :
a.            Predictived Four Sweat Rate ( F4SR ) :
Skala predicted four sweat rate dirancang secara empiris berdasarkan pengamatan banyaknya keringat pada seorang pekerja yang berada dilingkungan panas selama 4 jam. Pengamatan dilakukan dalam berbagai variasi lingkungan permukaan enersi ( perbedaan aktivitas ) juga perbedaan pakaian ( memakai pakaian lengkap / tidak ) sebagai obyek pengamatan adalah orang muda. Sehat dan telah beraklimatisasi.
b.            Heat Stress Indekas ( HIS ) :
Indeks ini diperoleh dari koefisien pertukaran panas lingkungan melalui radiasi dan konveksi ( R + C )  dan produksi panas hasil metabolisme ( M ) yang bersama – sama menghasilkan sejumlah panas yang harus disalurkan melalui evaporasi ( E ) untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh. Pengukuran menjadi kurang tepat karena perhitungan orang telah diobservasi masih memakai pakaian ( walaupun minimal ) dan ini mengurangi proses pertukaran panas melalui R, C dan E
c.             Wet Blub Globe Temperatur Indeks ( Index WBGT ) :
Alat yang dipakai disebut Wet Blub Globe Termometer Index yang merupakan suatu alat yang kompak yang secara sendiri – sendiri diukur dry blub, wet blub dan globe thermometer dan kecepatan gerakan udara. Lalu variable yang diperoleh menghasilkan suatu nilai yang disebut indeks WBGT. Adapun variable yang digunakan adalah :
-.    Dry Blub Temperatur ( DBT )
Alatnya terdiri dari thermometer basah ( Farenheit ) yang dimasukkan kedalam kotak kayu dipakai untuk mengatur suhu udara
-.  Wet Blub Temperatur ( WBT )
Alat yang dipakai seperti dry blub thermometer, namun pada pangkal thermometer dibungkus dengan sumbu ( sebaiknya dari tali sepatu ) yang dikaitkan pada pangkalnya dengan benang, pangkal thermometer diletakkan diatas mulut labu erlemeyer yang penuh dan berisi aquadestilasi, dan suhu yang diukur adalah suhu yang berkaitan dengan kelembaban dan aliran udara.
-.  Globe Blub Temperatur ( GBT )
Alatnya  terdiri  dari bola tembaga berukuran  15 Cm             ( 6 inchi ) yang bagian luarnya dicat hitam pudar ( tidak mengkilat )  dan thermometer dimasukkan kedalam lubang bola ini. Suhu yang diukur adalah suhu yang berkaitan dengan radiasi panas lingkungan.

Nilai dari pengukuran ketiga alat tersebut diatas menghasilkan suatu nilai index yang merupakan penjumlahan dari 70 % WB, 20 % WB, 20 % G dan 10 % DB dengan rumus sebagai berikut :
Index WBGT  =  ( 1,7 x WB ) + ( 0,2 x G ) + ( 0,1 x DB )
Berdasarkan nilai indeks ini ditentukan batas maksimum kegiatan fisik yang boleh dilakukan yaitu :
-.   Index 70 oF ( 26 oC )
Latihan fisik yang sangat berat merupakan factor presipitasi terjadinya kejang panas dan sengatan panas karena itu harus waspada
-.    Index 82 oF ( 29 oC )
Pada orang –orang yang belum terlatih dengan latihan fisik berat perlu direncanakan dengan bijaksana
-.    Index 82 oF ( 29 oC )
Latihan fisik yang berat misalnya mencangkul atau lari tidak boleh dilakukan oleh orang  yang  belum  beraklimatisasi  kurang  dari    3 minggu
-.    Index lebih besar dari 85 oF ( 29 oC)
Pekerjaan yang dilakukan dibawah terik matahari harus dihindari
-.   Index 88 – 90 oF ( 31 – 32 oC )
Pekerjaan fisik harus dikurangi khususnya pada orang yang melaksanakan pekerjaan kurang dari 12 minggu, hanya orang yang terlatih dengan baik dan telah beraklimatisasi dapat melakukan kegiatan fisik terbatas dan tidak boleh lebih dari 6 jam sehari
 -.   Index 90 oF ( 32 oC )
Semua pekerjaan fisik harus dihentikan
5.      Indikator Tekanan Panas
Untuk megetahui besarnya pengaruh panas terhadap lingkungan pada tubuh, para ahli telah berusaha untuk mencari metode pengukuran sederhana yang dinyatakan dalam bentuk indeks (Depkes RI, 2003: MI-2 1). Ada empat indikator tekanan panas yaitu:
a.Suhu efektif ( Corrected effective Temperature)
Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang tanpa baju, kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan aliran udara (Suma’mur 2009). Kelemahan penggunaan suhu efektif adalah tidak diperhitungkannya panas metabolism tubuh. Penyempurnaan pemakaian suhu efektif adalah dengan memperhatikan panas radiasi, dibuat skala suhu efektif dikoeksi (Corrected Effective Temperature Scale).
b. Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam (predicted 4 hours sweetrate).
Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam adalah keringat yang keluar akibat kombinasi suhu, kelembaban, kecepatan udara dan raddiasi. Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat pekerjaan (suma’mur 2009).

c. Indeks Belding-hatch (heat stress index)
Indeks belding hatch dihubungkan dengan kemampuan oorang berkeringat dari orang standar yaitu, sesorang berusia muda dengan tinggi 170 cm dengan  berat badan 154 pon dalam keadaan seat dan memiliki keegaran jasmani serta beaklimatisasi terhadap panas (suma’mur 2009).
d. ISBB (indeks Suhu Bola Basah)
ISBB yaitu kombinasi pengukuran suhu basah, suhu kering, dan radiasi. ISBB merupakan pegukuran paling ssederhana karena tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara atau mmetode yag tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat (Suma’mur, 2009). Indeks ini digunakan sebagai cara penilalian terhadap tekanan dengan rumus :
I.          ISBB outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu radiasi) + (0,1 suhu kering)
 II.       ISBB indoor = (0,7 Suhu basah alami) + (0,3 Suhu radiasi)
Nilai Ambang Batas tekanan panas di lingkungan kerja yang diperkenankan, tergantung dari pengaturan waktu kerja dan beban kerja.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi-A1GNy2Gtf2QE8pL4g4z17Lk6cDKM7adTeBtC1FBPvPTd3p4Nvob0EMw0ta2vji1HR0GzCG5Kvqs70v2f86lE_ugNdi1JdSQKBIX-TyIEsaTcEDpTQcVOCBK3Y5SfU-8Tp0rosQrzdE/s1600/NAB+Suhu.jpg
6.      Kelainan / gangguan akibat suhu panas :
Heat stress adalah gejala akibat tubuh tidak mampu menyesuaikan panas dengan keadaan lingkungan sekitar. Ketika panas bersamaan dengan stres akibat tekanan kerja, kekurangan cairan, kondisi medis lainnya, kondisi ini akan menimbulkan penyakit dan dapat mengakibatkan kematian. Ada beberapa dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh Heat Stress, yaitu sebagai berikut :
a.       Heat rash (ruam panas)
Ruam panas disebut juga dengan biang keringat yang diakibatkan oleh lingkungan panas. Keringat yang dihasilkan tidak dapat menguap karena udara lembab sehingga menimbulkan ruam panas. Gejala yang ditimbulkan adalah adanya iritasi di permukaan kulit berupa benjolan merah dan biasanya gatal.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan pakaian, menghindari panas lingkungan, membilas kulit dengan air dingin. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah secara teratur menjaga kulit agar tetap bersih dan kering.
b.      Heat cramps (kram panas)
Kram panas adalah kram berupa kejang otot (lelah otot). Kram panas disebabkan oleh beban aktivitas yang berat dan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak garam maupun air. Gejala yang ditimbulkan kram otot biasanya pada lengan, kaki, atau perut.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah pindah ke tempat yang sejuk, melonggarkan pakaian, lembut pijat dan peregangan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi tingkat aktivitas dan / atau paparan panas, minum secara teratur.
c.       Fainting (pingsan)
Pingsan adalah kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pingsan yaitu sebagai berikut kehilangan kesadaran, berkeringat, temperatur tubuh normal, penglihatan menjadi gelap, dan pusing.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah berbaring di tempat yang lebih sejuk, melonggarkan pakaian, jika telah sadar dari pingsan segera berikan seteguk air. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi tingkat aktivitas dan paparan terhadap panas, minum secara teratur, menghindari berdiri di satu tempat terlalu lama.
d.      Heat exhausting
Heat exhausting adalah masalah kesehatan ketika seseorang yang memiliki banyak aktivitas mengeluarkan banyak keringat dan merasa kelelahan. Gejala yang ditimbulkan adalah berkeringat, lemah dan merasa lelah, pusing dan mual, kelihatan lebh pucat, kulit berwarna kemerahan.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah istirahat di tempat yang lebih sejuk, meminum larutan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi aktivitas, mengurangi paparan terhadap panas, minum cairan secara teratur
e.       Heat stroke
Heat stroke adalah gangguan medis yang disebabkan oleh kegagalan dalam pengaturan panas tubuh. Gejala yang ditimbulkan pingsan atau kejang, kulit badan sangat tinggi, kulit berwarna kemerahan dan kebiruan.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah penanganan medis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengurangi aktivitas, mengurangi paparan terhadap panas, minum cairan secara teratur.
7.      PENGARUH  FISIOLOGIS AKIBAT PANAS :

Tekanan panas merupakan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Menurut PULAT ( 1992 ) mengatakan bahwa reaksi fisiogis tubuh ( heat strain ) karena adanya peningkatan temperature udara diluar comfort zone ( area nyaman ) antara lain :
a.             Vasodilatasi
b.            Denyut jantung meningkat
c.             Temperatur kulit meningkat
d.            Suhu inti tubuh pada awalnya menurun kemudian meningkat.
Selanjutnya menurut Grantham ( 1992 ) dan Bernard ( 1996 )  mengatakan bahwa reaksi fisiologis akibat pemaparan panas  yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius. Pemaparan terhadap tekanan panas juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.  Menurut penelitian Priatna ( 1990 ) mengatakan bahwa pekerja yang bekerja selama 8 jam / hari berturut – turut selama 6 minggu pada ruang dengan index suhu basah dan bola ( ISBB ) antara 32,02 oC – 33,01 oC dapat menyebabkan terjadinya kehilangan berat badan sebesar 4,23 %. Secara rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas  berlebihan misalnya :
    1. Gangguan prilaku dan performans pekerja seperti kelelahan yang dirasakan lebih cepat sehingga sering melakukan istirahat secara sembunyi - sembunyi
    2. Terjadinya dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Kehilangan cairan tubuh < 1,5 % gejala tidak tampak, dimana kelelahan akan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
    3. Heat rash adalah keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah, pada kondisi demikian pekerja perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang kerngat
    4. Heat cramps adalah suatu keadaan kejang – kejang otot tubuh seperti tangan dan kaki akibat keluarnya keringat yang mengakibatkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak air dengan sedikit garam natrium
    5. Heat syncope / fainting dikarenakan aliran darah yang sampai ke otak tidak cukup sebab sebahagian besar aliran dibawah kepermukaan kulit atau perifer  karena paparan suhu tinggi
    6. Heat exhaustion keadaan seperti ini terjadi bila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam dengan gejala berupa mulut terasa kering, sangat haus,  badan terasa lemah dan sangat lelah dan gangguan seperti ini banyak dialami oleh para pekerja yang belum beraklimatisasi dengan suhu panas di tempat kerja

8.      Saran Pengendalian
Pengendalian terhadap faktor bahaya disetiap unit kerja harus diawali dengan pendekatan manajemen ( administrative ) yang selanjutnya diikuti dengan pengendalian teknis medis, Kepala unit / bagian supervisor harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang Keselamatan dan kesehatan kerja agar program pengendalian dapat dilakukan secara efektif, yang  pelaksanaan kegiatannya dapat dilakukan secara sendiri – sendiri / berkelompok, namun dilakukan secara terintegrasi melalui :
a.             Pengawasan teknis. ( engineering control )
b.            Pendidikan dan latihan kepada pekerja ( education )
c.             Pengawasan yang ketat ( enforcement )
d.            Pemberian sanksi
Upaya pengendalian sedapat mungkin dilakukan secara maksimal untuk meniadakan / menghilangkan faktor risiko terjadinya bahaya yang bisa dialami / menimpa pekerja, sehingga menimbulkan rasa aman, nyaman dalam diri pekerja sehinga moral kerja dan motivasi kerja dapat meningkat.
Selain pengendalian diatas. Cara pengendalian lain yang dapat dilakukan dengan semakin lama waktu kerja di lingkungan panas adalah sebagai berikut:
1.Teknik kontrol
Teknik Kontrol yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Ø  Mengurangi fisik tuntutan tugas bekerja melalui bantuan mekanik.
Ø  Mengontrol panas pada sumbernya melalui penggunaan insulasi dan hambatan reflektif (misalnya mengisolasi dinding tungku).
Ø  Pembuangan udara panas dan uap yang dihasilkan dari operasi.
Ø  Mengurangi suhu dan kelembaban melalui pendingin udara.
Ø  Menyediakan keren, area kerja berbayang.
Ø  Menyediakan AC.
Ø  Meningkatkan gerakan udara jika suhu kurang dari 35 °C.
2.Teknik administratif
Teknik administratif yang dapa dilakukan adalah sebagai berikut :
Ø  Pengusaha harus menilai tuntutan semua pekerjaan dan memiliki pengawasan dan pengendalian strategi di tempat selama berhari-hari panas dan tempat kerja panas.
Ø  Meningkatkan frekuensi dan panjang istirahat.
Ø  Menyediakan air minum dingin di dekat pekerja dan mengingatkan mereka untuk minum secangkir setiap 20 menit.
Ø  Menghindari sinar matahari langsung.
Ø  Menetapkan pekerja tambahan atau memperlambat kecepatan kerja.
Ø  Pastikan setiap orang diaklimatisasi.
Ø  Melatih pekerja untuk mengenali tanda-tanda dan gejala stres panas dan memulai “buddy sistem” karena orang tidak mungkin untuk melihat gejala mereka sendiri.
Ø  Pekerja hamil dan pekerja dengan kondisi medis harus mendiskusikan bekerja di panas dengan dokter mereka.
Ø  Pertolongan Pertama responden harus tersedia dan rencana tanggap darurat harus di tempat di terjadi penyakit yang berhubungan dengan panas.
Ø  Selidiki apapun terkait insiden panas.
3.Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung yang dapat digunakan :
Ø  Pakaian musim panas harus dipakai untuk memungkinkan pergerakan udara bebas dan penguapan keringat.
Ø  Outdoor, mengenakan pakaian berwarna terang.
Ø  Dalam situasi panas pancaran tinggi, pakaian reflektif dapat membantu.
Ø  Untuk lingkungan yang sangat panas, udara, air atau didinginkan diisolasi pakaianes harus dipertimbangkan.
Ø  Penghalang uap pakaian, seperti pakaian pelindung kimia, sangat meningkatkan jumlah stres panas pada tubuh.

Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Mengurangi faktor beban kerja.
2) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
3) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.
4) Penggunaan tameng anti panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas.
5) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan
6) Lama Kerja
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar suhu udara yang tinggi, lamanya kerja dan istirahat harus disesuaikan dengan tingkat tekanan panas yang dihadapi oleh pekerja. (Bernard, 1996 dikutip oleh Muflichatun 2006:17).









Daftar Pustaka

Aditama Yoga Tjandra, Hastuti Tri, 2002, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Universitas Indonesia, Jakarta
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja, 2004, Modul pelatihan bagi fasilitator kesehata kerja, Sekretariat Jendral Dep Kes RI, Jakarta
Djojodibroto Darmanto, 1999, Kesehatan Kerja Di Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Harrington.H.J, 2003,  Buku Saku Kesehatan Kerja, EGC, Jakarta
Muflichatun. 2006. Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan Produktivitas Kerja pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang .Universitas Negeri Semarang. Skripsi
Padmanaba, Cok Gd Rai. 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior, Program Studi Desain Interior FSRD. Institut Seni Indonesia Denpasar. Dissertation
Ramahadi, Irrena. Heat Stress. Diakses pada tanggal 27 September 2014 melalui http://xa.yimg.com/kq/grups/73471151/2009217363/name/HEAT+STRESS_IRRENA+RAMAHADI_15308071.pdf
Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT Pustaka Binaman Presindo
Siswanto, 1987, Tekanan Panas, Surabaya: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur
Tarwaka. 1998. Penerangan Ditempat Kerja. Bali: Balai Hiperkes dan Keselamatan  Kerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar