Selasa, 17 Maret 2015

teori perilaku kesehatan

TUGAS PERILAKU KESEHATAN
“Teori Perilaku Kesehatan”

Oleh :
Liyana Putri Afifah
25010113120151
B-2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015



1.      Teori Lawrence Green
Teori Green menjelaskan analisisnya perilaku manusia dari tingkat kesehatan, yang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Perilaku ini terbentuk dari tiga faktor:
·           Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai, dsb.
·           Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
·           Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
B = f (PF, EF, RF)
Contoh : seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui mnafaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).


















2.      Teori Skinner
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner, perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus atau objek) yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
a.       Perilaku pemeliharaan kesehatan (Helath maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu:
·         Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakitnya.
·         Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kessehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan agar mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
·         Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
b.      Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
c.       Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
Teori  Skinner (1938)

 







3.      Teori Snehandu B. Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:
a)      Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention)
b)      Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support)
c)      Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information)
d)     Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
e)      Situasi yang memungkinkan untuik bertindak atau tidak bertindak (action situation)
Uraian dia atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
B = f(BI, SS, AL, PA, AS)
Contoh : Seorang ibu yang tidak mau ikut KB (behavior intention), atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Mungkin juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessebility of information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya atau orang lain yang ia segani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan (action situation).






           










4.      Teori Becker
Menurut Becker, perilaku kesehatan diklasifikasikan, antara lain :
a.       Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau pola/gaya hidup sehat. Perilaku ini mencakup antara lain :
·         Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
·         Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga atau aktivitas fisik selain olahraga.
·         Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.
·         Tidak minum-minuman keras  dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengonsumsi narkoba juga cenderung meningkat.
·         Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.
·         Mengendalikan stress. Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
·         Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan. Misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dll.
b.      Perilaku sakit
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang; penyebab gejala penyakit, pengobatan penyakit, dsb.
c.       Perilaku peran sakit
Perilaku ini meliputi:
·         Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
·         Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.
·         Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan. Memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan)








Teori Becker (1979)
 




Perilaku peran sakit
Perilaku sakit
Perilaku hidup sehat
      
·         Menu seimbang
·         Olahraga teratur
·         Tidak merokok
·         Tidak minum-minuman keras dan narkoba
·         Istirahat yang cukup
·         Mengendalikan stress
·         Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
Respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit dan pengetahuan
·         Tindakan untuk  kesembuhan.
·         Mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit.
·         Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit.
 











           






5.      Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganilisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
a.       Pemahaman dan pertimbangan (thoughts and feeling), diantaranya adalah dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.
·         Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
·         Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan atanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
·         Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang paling dekat.
b.      Orang penting sebagai referensi (personal reference)
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, amaka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh.
c.       Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dsb. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
d.      Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terrbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
Teori WHO ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
B = f(TF, PR, R , C)
Contoh: seseorang yang tdak mau membuat jamban keluarga, atau tidak mau buang air besar dijamban, mungkin karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau buang air besar dijamban (thought and feeling). Atau barangkali karena tokoh idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Faktor lain juga, mungkin karena langkanya sumber-sumber yang diperlukan atau tidak mempunyai biaya untuk membuat jamban keluarga (resources). Faktor lain lagi mungkin karena kebudayaan (culture), bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat.
Sikap
Kepercayaan
Pengetahuan

6.      Theory of Reasoned Action (TRA) / Teori Tindakan Beralasan
Diperkenalkan Oleh Fishbein dan Ajzen tahun 1967. Teori ini menghubungkan antara keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya, jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting.
Kehendak (intensi) ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu (evaluation regarding the outcome). Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
Contohnya, orang tua memiliki harapan tentang keikutsertaan pada program imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka percaya imunisasi dapat melindungi serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak badan (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang paling penting, perlindungan kesehatan atau tangisan anak, atau mungkin panas. Jika orang yang dianggap penting (kelompok referensi) setuju (atau sebatas menasihati) dan orang tua ingin mengikuti petunjuk tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku. Pertanyaannya, atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan mengevaluasi perilaku dan norma sosial? Respons terhadap pertanyaan itu harus mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografi, jenis kelamin, dan usia yang tidak muncul dalam teori ini. Menurut Fisgbein dan Middlestadt (1989) dalam Smet (1994), variabel ini bukannya tidak penting, tetapi efeknya pada intensi dianggap diperantai sikap, norma subjektif dan berat relatif dari komponen-komponen ini.
Theory of reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran (fitness) dan praktik olahraga. Norma subjektif menjadi perhatian penelitian (mengenai) dukungan sosial dan analisis jaringan sosial. TRA juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti tindakan keselamatan dalam pertambangan batubara, absenteeism karyawan dan perilaku konsumen.
 









Daftar Pustaka
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Maulana, Heri D. J. 2009.Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.  Jakarta: Rineka Cipta.