TUGAS PERILAKU KESEHATAN
“Teori Perilaku Kesehatan”
Oleh
:
Liyana Putri Afifah
25010113120151
B-2013
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
1. Teori Lawrence Green
Teori
Green menjelaskan analisisnya perilaku manusia dari tingkat kesehatan, yang
dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Perilaku ini
terbentuk dari tiga faktor:
·
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai, dsb.
·
Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan.
·
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
B = f (PF, EF, RF)
Contoh
: seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui mnafaat imunisasi
bagi anaknya (predisposing factors).
Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat
mengimunisasikan anaknya (enabling
factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh
masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).
2. Teori Skinner
Berdasarkan
batasan perilaku dari Skinner, perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme terhadap stimulus atau objek) yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
3 kelompok.
a. Perilaku
pemeliharaan kesehatan (Helath maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
dari tiga aspek, yaitu:
·
Perilaku pencegahan penyakit, dan
penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah
sembuh dari penyakitnya.
·
Perilaku peningkatan kesehatan, apabila
seseorang dalam keadaan sehat. Kessehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka
dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan agar mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
·
Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang,
tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya
kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat
tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
b. Perilaku
pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku
kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
Teori Skinner (1938)
|
3. Teori Snehandu B. Kar
Kar
mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku
itu merupakan fungsi dari:
a)
Niat seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention)
b)
Dukungan sosial dari masyarakat
sekitarnya (social-support)
c)
Ada atau tidak adanya informasi tentang
kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility
of information)
d)
Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam
hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal
autonomy)
e)
Situasi yang memungkinkan untuik
bertindak atau tidak bertindak (action
situation)
Uraian dia atas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
B = f(BI, SS, AL, PA, AS)
Contoh : Seorang ibu
yang tidak mau ikut KB (behavior
intention), atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat
sekitarnya (social support). Mungkin
juga karena kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessebility of information), atau
mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk
kepada suaminya, mertuanya atau orang lain yang ia segani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin menyebabkan ibu ini
tidak ikut KB adalah karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan,
misalnya alasan kesehatan (action
situation).
4. Teori Becker
Menurut
Becker, perilaku kesehatan diklasifikasikan, antara lain :
a. Perilaku
hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya atau pola/gaya hidup sehat. Perilaku ini mencakup antara lain :
·
Makan dengan menu seimbang. Menu
seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan
tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
·
Olahraga teratur, juga mencakup kualitas
(gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga atau aktivitas fisik selain olahraga.
·
Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan
jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.
·
Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan
mengonsumsi narkoba juga cenderung meningkat.
·
Istirahat yang cukup. Dengan
meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.
·
Mengendalikan stress. Stress tidak dapat
kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan
kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.
·
Perilaku atau gaya hidup lain yang
positif bagi kesehatan. Misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan
seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dll.
b. Perilaku
sakit
Perilaku sakit ini mencakup respons
seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang; penyebab gejala penyakit, pengobatan penyakit, dsb.
c. Perilaku
peran sakit
Perilaku ini meliputi:
·
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
·
Mengenal/mengetahui fasilitas atau
sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak.
·
Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh
perawatan. Memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan)
Teori
Becker (1979)
|
Perilaku
peran sakit
|
Perilaku
sakit
|
Perilaku
hidup sehat
|
·
Menu seimbang
·
Olahraga teratur
·
Tidak merokok
·
Tidak minum-minuman keras dan
narkoba
·
Istirahat yang cukup
·
Mengendalikan stress
·
Perilaku atau gaya hidup lain
yang positif bagi kesehatan
|
Respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit dan pengetahuan
|
·
Tindakan untuk kesembuhan.
·
Mengetahui fasilitas atau
sarana pelayanan/penyembuhan penyakit.
·
Mengetahui hak dan kewajiban
orang sakit.
|
5. Teori WHO
Tim
kerja dari WHO menganilisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
a. Pemahaman
dan pertimbangan (thoughts and feeling),
diantaranya adalah dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.
·
Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain.
·
Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang
tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan
dan atanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
·
Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain yang paling dekat.
b. Orang
penting sebagai referensi (personal
reference)
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku
anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
Apabila seseorang itu dipercaya, amaka apa yang ia katakan atau perbuatan
cenderung untuk dicontoh.
c. Sumber-sumber
daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas,
uang, waktu, tenaga, dsb. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang
atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat
positif maupun negatif.
d. Kebudayaan
(culture), kebiasaan, nilai-nilai,
tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan
suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini
terrbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat
bersama.
Teori WHO ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
B = f(TF, PR, R , C)
Contoh:
seseorang yang tdak mau membuat jamban keluarga, atau tidak mau buang air besar
dijamban, mungkin karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak
kalau buang air besar dijamban (thought
and feeling). Atau barangkali karena tokoh idolanya juga tidak membuat
jamban keluarga sehingga tidak ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Faktor lain juga,
mungkin karena langkanya sumber-sumber yang diperlukan atau tidak mempunyai
biaya untuk membuat jamban keluarga (resources).
Faktor lain lagi mungkin karena kebudayaan (culture),
bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat.
Sikap
|
Kepercayaan
|
Pengetahuan
|
6.
Theory of
Reasoned Action (TRA) / Teori Tindakan Beralasan
Diperkenalkan Oleh Fishbein dan Ajzen tahun 1967. Teori ini
menghubungkan antara keyakinan (beliefs), sikap (attitude),
kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik
perilaku, artinya, jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang,
cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat
membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak
selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus
perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap
penting.
Kehendak (intensi) ditentukan oleh sikap dan norma subjektif.
Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku tersebut
(outcome of the behavior), dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi
individu (evaluation regarding the outcome). Di lain pihak, komponen
norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana
dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi
seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
Contohnya, orang tua memiliki harapan tentang keikutsertaan pada
program imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka percaya imunisasi dapat melindungi
serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak
enak badan (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang paling
penting, perlindungan kesehatan atau tangisan anak, atau mungkin panas. Jika orang
yang dianggap penting (kelompok referensi) setuju (atau sebatas menasihati) dan
orang tua ingin mengikuti petunjuk tersebut, terdapat kecenderungan positif
untuk berperilaku. Pertanyaannya, atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan
dan mengevaluasi perilaku dan norma sosial? Respons terhadap pertanyaan itu
harus mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografi, jenis
kelamin, dan usia yang tidak muncul dalam teori ini. Menurut Fisgbein dan
Middlestadt (1989) dalam Smet (1994), variabel ini bukannya tidak penting,
tetapi efeknya pada intensi dianggap diperantai sikap, norma subjektif dan
berat relatif dari komponen-komponen ini.
Theory of reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan
perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang
berlainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol
dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan
penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat
kontrasepsi, latihan kebugaran (fitness) dan praktik olahraga. Norma
subjektif menjadi perhatian penelitian (mengenai) dukungan sosial dan analisis
jaringan sosial. TRA juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti tindakan keselamatan dalam
pertambangan batubara, absenteeism karyawan dan perilaku konsumen.
Daftar Pustaka
Sudarma, Momon. 2008.
Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Maulana, Heri D. J. 2009.Promosi
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.