Senin, 16 Maret 2015

hazard di pertanian

TUGAS
POTENSI BAHAYA LINGKUNGAN
OBSERVASI BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA”


Oleh :
Liyana Putri Afifah
25010113120151
B-2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014


HAZARD DI PERTANIAN

A.    PENGERTIAN
Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi mencelakakan kepada manusia atau sakit penyakit.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai factor.

B.     KONDISI HAZARD DI LINGKUNGAN KERJA
1.      POTENSI BAHAYA BIOLOGI
Bahaya biologis pada bidang agricultur adalah zoonosis, seperti di gigit ular, digigit tikus, dan infeksi cacing. Dan juga Faktor biologi di lingkungan petani adalah jamur. Karena petani bekerja di sawah yang berair. Hal tersebut yang banyak petani mengalami penyakit jamur.
1)      Bahaya gigitan ular
Ada banyak Efek yang ditimbulkan akibat gigitan ular dapat dibagi 3 :
a)      Local efek
Gigitan beberapa spesies seperti akan memberikan efek yang agak sulit di deteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies, gigitanya dapat menghasilkan efek yang cukup besar seperti: bengkak, melepuh,perdarahan,memar sampai dengan nekrosis.yang mesti diwaspadai adalah terjadinya shock hipovolemik sekunder yang diakibatkan oleh berpindah cairan vaskuler ke jaringan akibat pengaruh bisa ular tersebut.
b)      General efek
gigitan ular ini akan menghasilkan efek sistemik yang non-spesifik seperti : nyeri kepala,mual dan muntah,nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps. Gejala yang ditemui seperti ini sebagai tanda bahaya bagi tenaga kesehatan unuk memberi petolongan segera.
c)      Spesifik systemic efek
Dalam hal ini spesifik systemic efek dapat di bagi berdasarkan :
·         Koagulopathy
Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopathy. Tanda -tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan, dari gusi dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria, haematomisis, melena dan batuk darah.

·         Neurotoxic
Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya berbahaya bila terjadi paralysis pada pernafasan. Biasanya tanda – tanda yang pertama kali di jumpai adalah pada saraf cranial seperti ptosis,opthalmophlegia, progresif. bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasaya full paralysis akan memakan waktu lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam setelah gigitan.
·         Myotoxicity
Myotoxiticty berat hanya akan di temui bila seseorang diserang atau digigit oleh ular laut. Ular yang berada didaratan biasanya ditidak ada yang menyebabkan terjadinya myotoxicity berat. Tanda dan gejala adalah : nyeri otot,tenderness,myoglobinuria,dan berpotensi untuk terjadinya gagal ginjal, hiperkalemia dan cardiotoxicity.
d)     Bahaya Kematian
2)      Bahaya gigitan tikus
Digigit tikus bisa menyebabkan Demam Gigitan Tikus yang merupakan infeksi disebabkan oleh 1dari 2 bakteri yang berbeda, yang ditularkan melalui gigitan binatang pengerat.

Lebih dari 10% gigitan tikus menyebabkan demam gigitan tikus. Penyakit ini terutama ditemukan diantara enduduk kampung Yahudi, gelandangan dan pegawai laboratorium biomedik

Wabah infeksi ini pernah dihubungkan dengan orang-orang yang meminum air yang tidak dipasteurisasi (dipanaskan/dimasak sampai 70oCelsius untuk memberantas kuman penyakit) dan susu yang terkontaminasi.

Jika bakteri menyebar melalui cara seperti tersebut diatas, maka penyakitnya disebut demam Haverhill. Tetapi biasanya suatu infeksi terjadi setelah gigitan tikus atau mencit yang terinfeksi.
Sodoku Merupakan jenis demam gigitan tikus lainnya yang disebabkan oleh spiroketa Spirillum minus. Infeksi ini banyak ditemukan di Asia. Juga ditularkan melalui gigitan tikus atau kadang-kadang gigitan mencit.

Luka biasanya sembuh sempurna, tetapi peradangan terjadi dalam 4-28 hari setelah gigitan (biasanya lebih dari 10 hari). Peradangan disertai dengan demam yang hilang-timbul dan pembesaran kelenjar getah bening di daerah yang terkena. Kadang-kadang muncul bercak kemerahan.

Gejala lainnya berupa sakit kepala dan kelelahan yang timbul selama periode demam.

Jika tidak diobati, demam akan muncul lagi setiap 2-4 hari selama 8 minggu dan kadang-kadang sampai selama 1 tahun.
3)      Bahaya infeksi cacing tambang
Infeksi cacing tambang disebabkan oleh cecing gelang usus, baik ancilostoma maupun Necator americanus.

Penyebabnya adalah telur dari kedua cacing tersebut ditemukan didalam tinja dan menetas dalam tanah setelah mengeram 1-2 hari dalam beberapa hari larva dilepaskan dan hidup dalam tanah.

Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi tinja manusia karena larva bisa menembus kulit

Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran darah lalu naik kesaluran pernafasan dan tertelan. Sekitar satu minngu setelah masuk melalui kulit larva akan menancap ke usus dan menhisap darah

Gejala :
a.       Ruam menonjol terasa gatal
b.      Demam batuk mengi
c.        Nyeri perut bagian atas
d.       Gagal jantung
e.       Pembengkakan jaringan
2.      POTENSI BAHAYA FISIK
 Faktor fisik di lingkungan kerja petani adalah panas cahaya matahari dan hujan. Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi kinerja para petani, pengaruh yang nyata tentunya pada kondisi fisik atau stamina pada para petani.
3.      POTENSI BAHAYA KIMIA
Unsur kimia didapatkan dari pupuk yang digunakan para petani, jenis pupuk yang digunakan biasanya serbuk dan cair, dan digunakan melalui cara penyemprotan dan penebaran pupuk.
Pupuk tersebut bisa masuk lewat saluran pernafasan melalui udara dan lewat saluran makan atau pencernaan.Tentu jika para petani tidak hati-hati hal tersebut bisa menyebabkan fatality pada petani.
4.      POTENSI BAHAYA ERGONOMI
Hal ergonomi pada petani biasanya ditemukan pada saat mencangkul, jarang petani yang tahu mencangkul dengan posisi yang benar. Hal tersebut yang menyebabkan banyak petani yang terkena LBP (low Back Pain) atau nyeri pinggang.
5.      POTENSI BAHAYA PSIKO-SOSIAL
yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

C.     ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Satu hal yang sering dilupakan oleh petani pada penggunaan pestisida adalah contact poison. Oleh karena itu route of entry melalui kulit sangat efektif. Apalagi kalau ada defect kelainan kulit atau bersama keringat, penyerapan oleh efektif akan lebih efektif. Petani umumnya kurang mengetahui hal ini, mereka umumnya suka menggunakan masker dan telanjang dada, ketimbang menutupi dirinya dengan pakaian pelindung.

D.    SARAN DAN SOLUSI
a.       Pada dasarnya pengendalian bahaya untuk hewan ini dapat dengan melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri yang sesuai yaitu : catle pack, sepatu boot dan sarung tangan.
b.      Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
c.       Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali setiap bulan
d.      Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya mikroorganisme yang patogen pada system pendingin.
e.       Pemasangan pagar pengaman
f.       Pemasangan rambu/tanda
g.      Pemasangan poster/himbauan tentang K3
h.      Pemeriksaan Sebelum Bekerja
i.         Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala




DAFTAR PUSTAKA
Bung ‘okles. 2008. Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja.
Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009. Pengantar Teknologi
       Pertanian. Swadaya. Bogor.
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:      
       Gunung Agung.
Subardi, dkk. 2009. Buku Biologi SMA dan MA Kelas XII. Surabaya: JePe Press     
      Media Utama.
Suwarno. 2009. Buku Biologi SMA dan MA Kelas X. Semarang: Aneka Ilmu.
   Slamet soemirat juli. Kesehatan lingkungan. Bandung : Gajah Mada.
   Soemarwoto otto. Analisis mengenai dampak lingkungan. Yogyakarta : UGM.
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar