Jumat, 26 September 2014

ekosistem



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Daratan adalah suatu tempat/wilayah dimana terdapat makhluk hidup yang saling ketergantungan, saling mempengaruhi, serta berkembang biak satu sama lainnya.
Di sekitar kita terdapat berbagai komponen lingkungan yang berinteraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi tersebut telah terjalin sekian lama, sehingga terbentuk sebuah keseimbangan. Namun sayangnya berbagai intervensi manusia telah merusak tatanan dan keseimbangan yang terjadi, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk memulihkannya.
Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem. Keberadaannya sebagian telah mengalami kerusakan karena intervensi manusia. Akibatnya terjadi berbagai permasalahan lingkungan akibat dari tidak seimbanganya interaksi yang terjadi di dalamnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan Makalah ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai pengertian ekosistem dan jenis-jenis ekosistem
1.2.2 Tujuan Khusus
a.             Untuk mengetahui pengertian ekosistem
b.             Untuk mengetahui jenis-jenis ekosistem
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi salah satu tambahan pengetahuan tentang pengertian dan jenis-jenis suatu ekosistem.
  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Ekosistem juga dapat dikenal dalam ekologi. Ekologi berasal dari kata oikos artinya rumah dan secara luas berarti rumah tangga alam dan dari kata logos yang definisinya adalah ilmu.Jadi ekologi adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari segala sesuatu tentang rumah tangga alam atau ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya.
Ekosistem yang saling berhubungan satu sama lain membuat terjalinnya setiap kehidupan dari mulai ekosistem yang kecil ke yang besar dan adapula yang lebih kecil lagi yang membentuk menjadi berbagai macam ekosistem dan menjadi eksositem besar.
Pengertian lain dari Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik.


2.2 Jenis-Jenis Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada berbagai macam ekosistem. Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
1.        Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut:


a)    Bioma Gurun
Beberapa bioma gurun terdapat di daerah tropis (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air, contohnya kaktus. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.



b)   Bioma Padang Rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropis ke subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herba) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus, dan ular


c)    Bioma Hutan Basah
Bioma hutan basah terdapat di daerah tropis dan subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200 – 225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20 – 40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Daerah tudung ini cukup mendapat sinar matahari. Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Variasi suhu dan kelembapan cukup tinggi dengan suhu rata-rata harian25°C. Dalam hutan basah tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewan yang menghuni antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.


d)   Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciricirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).



e)    Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropis. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.


f)    Bioma Tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya rusa kutub, beruang kutub, dan serangga terutama nyamuk dan lalat hitam.


2.      Ekosistem Air Tawar


Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Tumbuhan yang banyak ditemukan adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi tumbuhan air tawar mikroskopis yaitu dengan bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea) mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau bersifat isotonis. Adaptasi hewan air tawar, misalnya ikan dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme air tawar
dibedakan sebagai berikut.
1)   Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2)      Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3)      Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
4)      Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain, misalnya siput.
5)      Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
a)        Danau


Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
1)   Daerah litoralmerupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dengan daun ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenisjenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, Crustacea, ikan, amfibi, reptil air dan semiair seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
2)   Daerah limnetikmerupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
3)   Daerah profundalmerupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik. Organisme yang ada hidup dengan mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Organisme yang menghuni adalah cacing dan mikroba.
4)   Daerah bentikmerupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati. Berdasarkan produksi materi organiknya, terdapat dua macam danau yaitu danau oligotropik dan danau eutropik. Danau oligotropikmerupakan danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. Danau eutropik merupakan danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi ledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini disebut eutrofikasi.Eutrofikasi menyebabkan air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
b)      Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.


3.      Ekosistem Air Laut
dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
a.    Ekosistem Laut


Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi terutama di  daerah laut tropis, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropis, suhu air laut
sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerahtermoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, akibatnya daerah permukaan laut tetap subur sehingga banyak plankton dan ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayah permukaan secara horizontal. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu sebagai berikut:
1)   Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
2)   Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.
3)   Basial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 – 2.500 m
4)    Abisal merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 – 10.000 m.
Menurut wilayah permukaan secara horizontal, berturutturut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut:
1)   Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
2)   Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 – 1.000 m. Hewan yang hidup misalnya ikan hiu.
3)   Basiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200 – 2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4)   Abisopelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000 m, tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada hewan yang hidup. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5)   Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar), dengan kedalaman lebih dari 6.000 m. Ikan laut yang hidup di bagian ini umumnya dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri kemosintesis. Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
b)   Ekosistem Pantai


Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah pantai paling atas hanya terendam saat pasang naik tertinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah pantai bagian tengah terendam saat pasang tertinggi dan pasang terrendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan menjadi formasi pescaprae dan formasi baringtonia. Pada formasi pescaprae paling banyak ditemukan tumbuhan Ipomoea pescaprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
Pada formasi baringtonia didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini akan dihuni hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari hempasan gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
c)    Ekosistem Estuari
Estuari (muara sungai) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh daur harian pasang surut. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi Vertebrata semiair, misalnya berbagai unggas air.

d)   Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang dan organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas
ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik. Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

4.    Biosfer
Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer,setiap makhluk hidup menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk kehidupan suatu makhluk hidup disebut habitatHabitat untuk makhluk hidup berukuran kecil, seperti jamur dan bakteri diberi istilah khusus yaitu substrat.Dua spesies atau lebih dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memilikirelung (nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam nisianya, suatu organisme akan berperan aktif, sedang-kan organisme lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Pengertian lain dari Ekosistem adalah tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang merupakan komponen abiotik.
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada berbagai macam ekosistem. Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi dua jenis yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekositem darat dibagi menjadi beberapa bioma, yaitu: bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma hutan gugur, bioma taiga, dan bioma tundra. Sedangkan ekosistem perairan meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

DAFTAR PUSTAKA

Purnomohadi N. Dr. 1945. Pembinaan Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Bandung: Departemen Pendidikan Kanwil Propinsi Jawa Barat
Soemarwoto O., 2001. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan



BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

            Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis.
Uraian diatas menunjukkan perkembangan dari suatu ekositem dimana didalamnya terjadi suksesi dan untuk mencapai mekanisme yang klimaks didalam ekosistem tersebut. Keberhasilan perkembangan ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh organisme yang hidup di dalamnya, kelentingan ekosistem, dan daya dukung ekosistem.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuatlah makalah yang berjudul “Perkembangan Ekosistem”.

            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagimanakah perbedaan antara habitat dan relung ekologis, kelentingan dan daya dukung ekosistem?
2.      Bagaimanakah konsep homeostatis ekosistem, suksesi dan mekanisme klimaks?
3.      Bagaimanakah keseimbangan ekositem dan penyebab gangguan keseimbangan ekosistem?
4.      Apakah dampak aktivitas manusia pada ekosistem?
5.      Bagimanakah kaidah-kaidah di dalam ekosistem?

            Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1.      Untuk mengetahui perbedaan antara habitat dan relung ekologis, kelentingan dan daya dukung ekosistem.
2.      Untuk mengetahui konsep homeostatis ekosistem, suksesi dan mekanisme klimaks.
3.      Untuk mengetahui keseimbangan ekositem dan penyebab gangguan keseimbangan ekosistem.
4.      Untuk mengetahui dampak aktivitas manusia pada ekosistem.
5.      Untuk mengetahui kaidah-kaidah di dalam ekosistem.

            Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh adalah :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal perkembangan ekosistem dan menyedari perannya didalam ekosistem.
2.      Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep dasar ekologi dan menelaah baik secara teoritis maupun praktek untuk memecahkan masalah lingkungan dalam upaya perbaikan dan konservasi.


1.      Habitat
Eksistensi dan penyebaran suatu spesies organisme di muka bumi ini di tentukan oleh habitat dan relung ekologi (niche). Habitat dan relung ekologi adalah dua istilah tentang kehidupan organisme yang memerlukan pemahaman yang mantap agar pemakaian kedua istilah itu tidak keliru.
Habitat merupakan tempat dimana organisme tertentu hidup dari pengaruh lingkungan luar, baik secara langsung maupun tidak langsung sedangkan nicheadalah cara pandang atau propesi suatu organisme dalam habitatnya dimana propesi tersebut menunjukkan fungsi dari organisme tersebut di dalam suatu habitat. Habitat secara umum menunjukkan corak atau keragaman lingkungan yang ditempati populasi organisme, sedangkan relung ekologi menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan populasi organisme itu terhadap berbagai faktor abiotik dan biotik lingkungannya. Secara biologis, habitat seringkali diibaratkan sebagai “alamat” atau tempat tinggal suatu organisme, sedangkan relung ekologi diibaratkan sebagai “profesi” atau “status fungsional” suatu populasi organisme di alamatnya. Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal,tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada. Dalam ekologi,seluruh peranan dan fungsi makhluk hidup dalam komunitasnya dinamakan relung atau niche ekologi. Jadi relung ekologi merupakan semua faktor atau unsur yang terdapat dalam habitatnya yang mencakup jenis-jenis organisme yang berperanan, lingkungan, dan tempat tinggal yang sesuai dan spesialisasi populasi organisme yang terdapat dalam komunitas
Habitat makhluk hidup adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya dapat bermacam-macam, seperti perairan,daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem. Bagi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya, sebagai habitat selain lokasi atau tempat yang bersifat fisik juga berbaga jenishubungan (asosiasi) yang terjadi dalam habitat tersebut. Pada umumnya tumbuhan dan makhluk hiduplainnya mempunyai preferensi ekologi (persyaratan faktor ekologi yang dibutuhkan untuk hidupnya yang sesuai) tertentu. Misalnya tumbuhan mangrove mempunyai preferensi ekologi habitat rawa payau di tepi pantai yang berlumpur dengan salinitas bervariasi sesuai dengan frekuensi, kedalaman danlumpur, dan ketahanan jenis mangrove terhadap arus dan ombak.
Berbagai jenis tumbuhan mempunyai habitat yang berbeda-beda, serupa atau sama sesuai dengan preferensi ekologinya. Berdasarkan kondisi habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat mikrodan habitat makro. Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yangbersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan tropika, dansebagainya. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat local dengan kondisi lingkungan yang bersifatsetempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau,dan sebagainya.
Secara garis besar habitat di dalam biosfer dikenal ada 2 golongan utama, sebagai berikut:
a.     Habitat Teresterial (daratan)
b.    Habitat akuatik (air asin, air tawar, air payau)
Habitat berdasarkan lingkungan fisiknya, dikenal ada 4 tipe utama, yaitu:
-Habitat teresterial (daratan)                                 
-Habitat perairan tawar
-Habitat perairan estuaria (payau)                         
-Habitat perairan bahari
Masing-masing kategori utama itu dapat dibagi lagi tergantung corak kepentingannya atau mengenai aspek yang ingin diketahui.
2.      Kelentingan Ekosistem (Reselience)
Suatu sistem dalam ekosistem akan memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan, baik gangguan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggapan ekosistem tersebut sesuai dengan keadaan kelentingan yang dimilikinya. Kelentingan merupakan sifat dari suatu sistem yang memungkinkannya kembali pulih seperti keadaan semula (stabilitas), bahkan untuk menyerap dan memanfaatkan gangguan yang menimbulkan dinamika atau perubahan kecil.
Gangguan kecil terhadap suatu sistem dapat diserap secara berangsur-angsur, terutama apabila tidak ada tanda-tanda akan munculnya suatu batas-batas bahaya. Dalam suatu sistem dengan kelentingan yang besar penyerapan gangguan itu akan mengubah stabilitas sistem ini. Sebaliknya sistem yang mempunyai kelentingan kecil, dapat berubah menjadi sistem baru.
3.      Daya Dukung (Carrying Capacity)
Batasan daya dukung yang berhubungan dengan populasi adalah jumlah individu atau populasi yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan ling-kungan yang dapat memberikan sumber daya dan lingkungan dalam keadaan se-jahtera.
Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung yang tinggi misalnya di lokasi yang landai dengan ketinggian yang rendah dari permukaan laut, suhu yang tinggi, tanah yang subur. Sebaliknya pada daerah daratan tinggi dengan suhu yang rendah, terjal dan tanah tidak subur, ekosistem tersebut daya dukungnya lebih rendah, rapuh dan mudah terganggu.
Daya dukung lingkungan merupakan batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi, di batas mana jumlah populasi itu tidak lagi dapat didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada. Ada organisme yang mempunyai strategi hidup sangat memperhatikan daya dukung lingkungan, organisme tersebut mampu menekan jumlah individu populasinya apabila jumlahnya sudah mendekati batas da-ya dukung lingkungannya dimana mereka hidup. Namun juga ada organisme yang tidak peduli dengan batas daya dukung lingkungannya dan mereka akan berkem-bang biak menurut nalurinya saja.
Dalam pengelolaan margasatwa, konsep daya dukung dalam hal ini merupa-kan jumlah individu yang dapat di dukung oleh suatu habitat. Sedangkan dalam pe-ngelolaan peternakan adalah jumlah individu hewan ternak yang dapat didukung oleh habitat dalam keadaan sehat dan kuat.

1.      Homeostatis Ekosistem
Ekosistem merupakan tingkatan organisasi di alam yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubungan keteraturan. Keteraturan ini terjadi oleh adanya arus siklus materi dan aliran energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem itu, dimana setiap komponen mempunyai fungsi. Keseimbangan itu tidak bersifat statis, melainkan dapat berubah-ubah (dinamis), perubahan ini dapat terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia. Keseimbangan dinamis tercapai akibat adanya proses pengaturan diri erhadap setiap perubahan dari energi dan materi yang masuk atau beredar dalam sistem
Dalam ekosistem terdapat suatu mekanisme keseimbangan yang dikenal dengan istilah homeostatis (steady state), yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor yang rumit dan didalamnya termasuk mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan hara makanan, pertumbuhan or-ganisme, produksi, dan dekomposisi bahan organik. Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis tersebut dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan ma-nusia. Sebagai contoh sungai yang menerima limbah dan sampah yang tidak terlalu banyak, maka sungai dapat menjernihkan kembali airnya secara alami, sehingga air sungai dianggap tidak tercemar. Tetapi bila limbah dan sampah yang masuk itu ba-nyak dan kontinyu, apalagi mengandung bahan beracun, maka batas homeostasis alami sungai akan terlampaui, sehingga mungkin saja sistem sungai tersebut tidak memiliki lagi sistem homeostasis alami dan secara permanen airnya berubah atau rusak sama sekali.
Ekosistem memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi manusia un-tuk dipelajari dalam mengelola dan pelestarian lingkungan. Informasi dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai suatu simbol atau sebagai indikator tentang sesuatu yang terjadi atau yang ada di masa lalu, maupun di masa akan datang pada komponen ekosistem, baik secara individu maupun secara keseluruhan pada sistem itu. Sebagai contoh dari gejala alam yang memberikan informasi adalah :
-          Fosil yang terkandung dalam tanah dan batuan, memberikan informasi tentang masa lalu dari sistem tersebut.
-          Jejak telapak kaki dan kotoran gajah, memberikan informasi keberadaan gajah di ekosistem tersebut.
-          Adanya sinar merah pada saat matahari akan terbenam memberikan informasi pada manusia bahwa besok hari udara akan baik dan cerah.
-          Keberadaan organisme tertentu dalam ekosistem dapat dijadikan petunjuk, mi-salnya adanya kunang-kunang di suatu daerah menunjukkan adanya ekosistem tersebut padang rumput ataupun hutan mangrove.
-          Warna yang beraneka ragam pada hewan, misalnya kuning belang pada hari-mau, warna ular kuning berbintik hitam dll. Warna yang beraneka ragam mem-punyai maksud, dan memberi informasi kepada jenisnya maupun jenis lainnya, yang dapat menolong kedua belah pihak. Informasi tersebut ada yang maksud-nya untuk tidak mudah terlihat oleh musuhnya, agar mudah dikenal pasangan-nya, memberi peringatan harus dijauhi dan hati-hati. Warna ini juga memberikan informasi identitas dari spesies tertentu.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang telah ba-nyak digali dan ditemukan informasi yang berguna bagi manusia, misalnya dalam usaha pendeteksian menggunakan sistem radar, yang mencontoh dari sistem navi-gasi kelelawar dll.


2.      Suksesi
Perubahan komposisi dan struktur dalam komunitas dapat dengan mudah diamati atau terlihat dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain setelah beberapa gangguan, seperti kebakaran besar atau ledakan gunung berapi. Daerah yang terganggu itu bisa dikolonisasi oleh berbagai varietas spesies, yang secara perlahan-lahan digantikan oleh suatu komunitas spesies lain.
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur, pasti dan terarah serta dapat diramalkan disebut suksesi. Suksesi terjadi akibat modifikasi lingkungan fisik dan komunitas atau ekosistem, dan terjadinya faktor persaingan di antara satuan-satuan vegetasi menyebabkan perubahan ke arah tertentu.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.
Interaksi dari semua faktor lingkungan yang berpengaruh akan menentukan komposisi jenis vegetasi komunitas. Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi akan bervariasi antar satu tipe dengan tipe lainnya bahkan terdapat variasi antar unit hu-tan. Faktor lingkungan yang membatasi jumlah spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi dikenal ke dalam dua kategori, yaitu (Mueller (1974) :
ü  Faktor lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomena-fenomena yang membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah dan suhu;
ü  Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan sebagian maupun keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama, patogen atau manusia.
Umumnya komunitas tumbuhan terbentuk mulai dari tingkat pioner yang kemudian digeser oleh seri tumbuhan yang lebih dewasa sampai pada komunitas yang relatif stabil dan berada dalam keseimbangan dengan lingkungan setempat. Perubahan dalam suksesi bersifat kontinu, dimana rentetan suatu perkembangan dan pergantian komunitas merupakan suatu seri komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu disebut sere, dan komunitas yang sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut klimaks. Proses suksesi yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari komponennya terhadap setiap rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas.
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. Dalam suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap menuju suatu keseimbangan. Clements menyusun urutan kejadian secara rasional ke dalam 5 fase, yaitu:
·         Fase 1. NUDASI : proses awal terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
·         Fase 2. MIGRASI : proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
·         Fase 3. ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji tersebut.
·         Fase 4. REAKSI : proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat.
·         Fase 5. STABILISASI: proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang seimbang (equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi habitat lokal maupun regional.
Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya komunitas vegetasi transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements memberi istilah untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang berbeda.
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses suksesi selalu progresif (selalu meng-alami kemajuan), sehingga membawa pengertian ke dua hal :
a.       Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
b.      Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi mi-salnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).
Konsep lama tentang suksesi menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks, konsep ini masih diterima. Sedangkan menurut konsep mutakhir, suksesi ini tidak lebih dari pergantian jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuai-kan secara lebih baik dengan lingkungannya.
Suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses terjadinya suksesi.
a.       Suksesi primer (Primary succession)
Suksesi primer merupakan suatu tahapan perubahan komunitas biotik ke komunitas biotik  lain, yang dimulai dengan kehadiran tumbuhan pioner disuatu tempat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya komunitas biotik tersebut sebelumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks (climax forest ecosystem). Terjadi bila komunitas asal mengalami gangguan berat sekali, sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total, dan di tempat komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
Pada habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal tertinggal, gangguan ini dapat terjadi secara alami seperti letusan gunung api, tanah longsor, endapan lumpur dimuara sungai, endapan pasir di pantai, maupun akibat aktivitas manusia seperti pertambangan, dll. Pada habitat tersebut secara perlahan, searah, dan pasti akan berkembang menuju suatu komunitas yang klimaks dalam waktu lama, proses ini disebut suksesi primer. Proses suksesi primer ini membutuhkan waktu yang lama sampai ratusan tahun.
Suksesi primer dimulai di atas bongkahan batu pada pulau yang baru timbul, delta yang baru terbentuk, danau baru dan sebagainya. Pelapukan batu-batuan pada ekosistem yang rusak total karena pengaruh iklim (hari panas, kering dan waktu hujan, dingin atau basah), mengandung bahan unsur mineral dan organik yang dapat ditumbuhi oleh tetumbuhan pioner (lumut kerak dan algae). Pengaruh iklim te-us berlangsung hingga bahan mineral dan bahan organik semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi oleh tumbuhan herba dan tahunan. Jika jalannya suksesi dipengaruhi atau ditentukan oleh iklim disebut dengan klimaks-klimatis. Jika dipengaruhi oleh habitat / tanah disebut klimaks edaphis. Tumbuhan atau organisme yang mampu menghuni untuk pertama kalinya substrat yang baru digolongkan sebagai organisme pionir yang mempunyai toleransi besar terhadap berbagai faktor lingkungan yang ekstrim.
Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuk-nya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (likenes) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas peng-uraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi seba-liknya. Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns meng-adakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terben-tuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.
b.     Suksesi sekunder
Proses suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan tempat hidup organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terbentuk sebelumnya), masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat tersebut terjadi perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder. Proses kerusakan komunitas disebut denudasi, yang dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang, banjir, gelombang laut, penebangan hutan, dan kegiatan-kegiatan biotis lainnya menyebabkan vegetasi asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini membutuhkan waktu sampai puluhan tahun.
Pada suksesi sekunder benih ataupun biji-biji bukan berasal dari luar tetapi dari dalam habitat itu sendiri. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran, banjir, angin kencang dan gelombang laut (tsunami) secara alami dan penebangan hutan secara selektif, pembakaran padang rumput secara sengaja dan kegiatan biotis menyebabkan vegetasi asal musnah. Contoh seperti tegalan, semak belukar bekas ladang, padang alang-alang dan kebun karet dan kebun kelapa sawit yang ditinggalkan, adalah sebagian dari contoh komunitas sebagai hasil dari contoh ko-munitas sebagai hasil suksesi. Komunitas ini masih mengalami perubahan menuju kearah komunitas klimaks, kecuali bila dalam proses tersebut terjadi lagi gangguan, maka suksesi akan mundur lagi dan mulai kembali dari titik nol. Penelitian di dekat Samarinda, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa pembentukan padang alang-alang terjadi hanya dalam waktu 4 tahun setelah penebangan hutan primer atau hutan klimaks, memperlihatkan perubahan yang terjadi setelah ditebang habis dan kemudian dibakar setiap tahun untuk dijadikan ladang padi.
Proses pergantian antar tingkat dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat membutuhkan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang dibutuhkan suksesi sekunder lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Tingkat perubahan komunitas berlangsung dalam periode pendek dengan perkem-bangan yang cepat, hal ini disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong pertumbuhan vegetasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan sebagai berikut :
-      Perkembangan sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya pertam-bahan kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
-      Semakin kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
-      Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkem-bangan tanah.
-      Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
-      Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan peningkatan jumlah jenis.
-      Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form) tumbuhan dan struktur komunitas.
-      Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.
Kecepatan proses suksesi pada suatu komunitas atau ekosistem dipengaruhi oleh faktor, antara lain :
-      Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan
-      Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
-      Kehadiran tumbuhan pemencar biji dan benih
-      Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih la-in, serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan per-kembangan semai selanjutnya.
-      Macam atau jenis substrat baru yang terbentuk
-      Sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Jika vegetasi yang ada kemudian musnah dan timbul lahan kosong disebut la-han sekunder atau lahan terdenudasi. Suksesi sekunder mempunyai tahap yang lebih sedikit daripada suksesi primer, dan biasanya klimaks pada suksesi sekunder lebih cepat dicapai.
Sebaliknya proses suksesi primer berjalan lambat, hal ini disebabkan oleh ke-adaan iklim batuan yang kering yang disertai belum terbentuknya tanah. Karenanya hanya tumbuhan tertentu yang dapat hidup pada keadaan tersebut. Spesies pertama hidup di atas habitat yang belum pernah ditumbuhi tumbuhan disebut tumbuhan pioner, contoh lumut. Tumbuhan lumut umumnya sangat sedikit pengaruhnya dalam penghan-curan bongkah batuan menjadi tanah. Lumut dan tumbuhan berpembuluh merupakan penyokong terbesar dalam pembentukan tanah dan vegetasi.
-          Ada beberapa macam tipe suksesi berdasarkan habitatnya yaitu:
a)      Hidrosere
Tipe suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch. Vegetasi yang sering berganti dalam hidrarch disebut hidrosere. Tipe suksesi ini tidak selalu memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke perkem-bangan komunitas daratan. Jika air yang ada dalam jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air selalu bergerak kuat (gelombang) atau adanya kekuatan fisik lain, suksesi menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan sukar meng-alami pergantian.
b)      Halosere
Suksesi yang dimulai pada tanah bergaram atau air asin, biasanya dimulai dari jenis tumbuhan yang tahan kadar garam tinggi, seperti Spindifec, Ipomea pescapre dll.
c)      Xerosere 
Suksesi vegetasi yang berkembang pada daerah xerik (kering), disebut Xerarch. Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja. De-ngan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu hanyalah tumbuhan yang ta-han kering dan mampu hidup di tanah miskin.
Beberapa faktor penyebab suksesi baik alami maupun tidak alamai atau buatan berikut ini adalah :
a.       Iklim : tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa akibat rusaknya ve-getasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan meng-ubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa ke-adaan yang tidak menguntung-kan pada vegetasi.
b.      Topografi : suksesi terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara lain :
·         Erosi : erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan ak-hirnya proses suksesi dimulai.
·         Pengendapan (sedimentasi) : erosi yang melarutkan lapisan tanah, disuatu tem-pat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat ter-sebut.
c.       Biotik : pemakan tumbuhan seperti serangga yang menjadi pengganggu di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
d.      Bencana Alam : peristiwa bencana alam dapat menghilangkan semua jenis mahluk hidup disuatu tempat atau hanya menghilangkan sebagian, demikian pula pada ha-bitat. Kemudian di habitat yang baru secara perlahan muncul komunitas baru kembali.
3.      Konsep Klimaks
Tingkat akhir dari suksesi suatu komunitas tumbuhan, adalah tercapainya keseimbangan dengan keadaan lingkungan. Jadi pada tingkat ini hubungan langsung antara tumbuhan dengan lingkungannya telah mencapai suatu stabilisasi. Tumbuhan lain yang datang bermigrasi ke dalam komunitas tumbuhan itu tidak akan mudah mendapatkan tempat yang sesuai untuk perkembangannya.
Beberapa ciri komunitas klimaks antara lain adalah sebagai berikut.
1)      Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup di dalamnya.
2)      Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam – macam bentuk interaksi dibandingkan komunitas suksesional.
            Jika berubah habitat menjadi ekstrem, sehingga tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya tumbuhan awal maka akan digantikan oleh tumbuhan lainnya yang sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tumbuhan sehingga tumbuhan baru bisa menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang telah teradaptasi dan mampu bereproduksi dengan baik, hal inilah yang disebut suatu kimunitas telah mencapai komunitas klimaks yang matang, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan invasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat:
1.      Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks yang sama.
2.      Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan iklim itu saling berhubungan, kemudian klimaks ini disebut Klimaks Klimatik.
3.      Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik akan tercapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak ekstrem untuk terjadinya perubahan terhadap keadaan iklim di suatu wilayah. Terkadang klimaks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air, klimaks seperti ini disebut Klimaks Edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik di suatu wilayah, hal ini disebabkan adanya faktor edafik yang mempunyai karakteristik yang tersendiri.
            Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, penggembalaan ternak, keterge-nangan dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang ti-dak sempurna (tahap sebelum klimaks) baik oleh faktor alam atau buatan, keadaan ini disebut Sub Klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor penghalang/penghambat dihilangkan.
            Gangguan terhadap modifikasi klimaks yang sebenarnya dapat menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi), dan keadaan ini disebut Disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1971) mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks misalnya antara lain : Melastoma polyanthum, Macaranga sp, dan Melaleuca leucadendron. Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan maka disebut Pre Klimaks
Pada keadaan iklim dimana vegetasi dilindungi dari manusia, penyakit, serangga dan api, maka kecambah yang tumbuh akan hampir sama jenisnya dengan vegetasi dominan. Vegetasi berada dalam keadaan seimbang dengan iklim, tanah dan hewan herbivora. Semua unsur-unsur lingkungan tidak berubah, bentuk vegetasi dengan pola jenis-jenis utamanya akan tetap demikian. Vegetasi yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan lingkungannya, kemungkinan masuknya jenis lain hampir tidak ada, karena bekerja faktor-faktor pembatas, sedangkan pertumbuhan vegetasi dikendalikan oleh pengaruh dari faktor-faktor pembatasnya untuk vegetasi tertentu. Vegetasi yang demikian sekarang dikatakan berada dalam keadaan klimaks.
Tingkat akhir dari perkembangan komunitas tumbuhan ini disebut “klimaks”. Ada dua pendapat mengenai bagaimana klimaks ini dapat dicapai oleh suatu komunitas tumbuhan, yaitu :
1.      Teori Monoklimaks
Berpendapat bahwa tiap daerah hanya mengalami satu kali klimaks saja. Ekolo-giawan pioner seperti Braun-Blanquet dan Clements mengatakan bahwa klimaks itu adalah perkembangan suatu vegetasi dan pembentukan tanah yang telah mencapai titik akhir setelah dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor iklim. Konsep ini disebut konsep “monoklimaks”, sebab disini hanya satu faktor alam saja yang ditonjolkan dan dianggap memegang peranan penting, yaitu faktor iklim.  Dalam konsep monoklimaks, Clements memperkenalkan pula beberapa istilah yang berhubunga de-ngan tingkat-tingkat vegetasi dalam mencapai klimaks. Istilah itu hanya menun-jukkan saja kesukaran menentukan klimaks dalam skala waktu.
-      Subklimaks : tingkat yang hampir berakhir dari suatu suksesi tetapi tetap bertahan dalam keadaan tersebut dalam masa yang panjang, dan pada akhirnya tercapai juga tingkat klimaksnya.
-      Disklimaks : yang berubah setelah tercapainya klimaks disebabkan adanya gangguan terhadap alam lingkungan.
-      Postklimaks dan preklimaks : perubahan iklim menurut garis lintang bumi me-nimbulkan perubahan vegetasi meskipun kurang jelas. Bila terjadi suatu fluktuasi keadaan iklim, maka akan timbul pula perubahan pada vegetasinya. Misalnya, bila iklim berubah menjadi dingin dan lebih basah dari kondisi biasa menimbulkan postklimaks. Sedangkan bila keadaan menjadi lebih hangat dan kering akan menimbulkan vegetasi yang preklimaks.
2.      Teori Poliklimaks
Berpendapat bahwa semua komunitas dalam daerah iklim tertentu tidak mencapai klimaks yang sama, hal ini dipengaruhi kedaaan fisik habitat bervariasi. Odum dan para ahli ekologi lainnya, terutama angkatan lebih muda berpendapat bahwa klimaks merupakan suatu komunitas tumbuhan yang telah mencapai tingkat akhir dan stabil, setelah mencapai atau melampaui seri-seri suksesi, kestabilan dan peng-abadian komunitas tumbuhan. Tercapainya pengabadian karena komunitas tum-buhan telah dapat menyesuaikan dengan satu atau beberapa faktor alam. Oleh karena itu, konsep terakhir ini disebut “polyklimaks”.
3.      Konsep Whittaker (1953)
Menyatakan bahwa sebetulnya tidak ada klimaks yang mutlak untuk tiap habitat, susunan klimaks mempunyai arti yang relatif untuk suatu keadaan lingkungan dan untuk semua faktor-faktor ekosistem yang ada. Sehingga baik monoklimaks dan poliklimaks tidak memenuhi kriteria sesuai dengan kenyataan, karena klimaks me-rupakan suatu keadaan seimbang dari produktivitas, struktur dan populasi dengan keseimbangan dinamis dari populasi-populasi yang menentukan. Keanekaragaman vegetasi klimaks tergantung dari keanekaragaman lingkungan dan macam populasi yang ada. Keseimbangan di antara pergantian populasi dengan perubahan-per-ubahan dalam lingkungan, dan vegetasi klimaks merupakan suatu pola dari popu-lasi yang berhubungan dengan pola penurunan lingkungan
4.      Teori informasi (Odum 1971)
Dikemukakan oleh Odum yang merupakan jalan tengah antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks. Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan energi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan energi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan keluaran energi dan informasi sama dengan satu atau hasil energi dan informasi sama besar dengan masukan energi dan informasi, sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks.
Kedua konsep / teori monoklimaks dan poliklimaks memiliki perbedaan, dima-na yang satu hanya menekankan kontrol dari alam lingkungan terhadap vegetasi kli-maks itu kepada satu faktor alam saja yaitu iklim, sedangkan yang lainnya menganggap bahwa tidak hanya iklim saja yang dapat menentukan klimaks dari suatu vegetasi itu, tetapi mungkin juga faktor-faktor alam lainnya, seperti faktor tanah, faktor biotik dll.
Sangat sukar untuk memberi batasan pada apa yang disebut stabilisasi komu-nitas tumbuhan yang telah mencapai klimaks tanpa mempertimbangkan soal waktu. Persoalannya sekarang adalah suatu batas waktu tertentu untuk membedakan komu-nitas-komunitas yang masih mengalami suksesi dan sudah mencapai klimaks. Bila di-ukur dengan waktu geologi yang panjang dimana iklim selalu berubah-berubah, ve-getasi dimuka bumi dapat dikatakan tidak pernah mencapai klimaks dan selalu dalam keadaan suksesi. Kalau demikian adakah vegetasi yang mencapai klimaks. Dalam hal ini kita perlu meninjau masalah klimaks ini dalam ukuran waktu yang relatif, bukan dalam ukuran waktu yang absolut. Hanya dengan cara begitu maka konsep klimaks ini ada manfaatnya bagi ilmu pengetahuan.
Aspek yang sangat jelas dari pengertian klimaks secara teoritis adalah harus di-tinjau dari sudut kecepatan perubahan dalam bentuk suksesinya. Pada tingkat-tingkat permulaan suksesi tumbuhan, biasanya perubahan bentuk dan komposisi tumbuhan relatif cepat sekali. Makin tua umur suksesi makin lama pula perubahan-perubahan ve-getasi terjadi. Kemudian kalau dapat diperkirakan bahwa perubahan yang lama ini ka-rena vegetasi itu telah mengarah kepada penyesuaian terhadap alam lingkungan (iklim bagi konsep monoklimaks atau aneka ragam faktor alam bagi konsep poly-klimaks), maka perubahan itu memang akan berhenti dalam bentuk vegetasi klimaks.

C. Gangguan dan Ketidakseimbangan Ekosistem

            Dalam suatu ekosistem mempunyai keteraturan, berwujud sebagai kemampuan untuk memelihara diri sendiri, mengatur sendiri atau menahan berbagai perubahan serta mengadakan keseimbangan kembali, kecuali jika secara serius terganggu oleh aktivitas manusia. Fokus pandangan “keseimbangan alami” ini adalah pendefinisian faktor-faktor, terutama interaksi antar spesies yang kelihatannya memeperhatikan stabilitas dalam komunitas yang dapat mengembalikan stabilitas ke daerah yang terganggu. Stabilitas dalam konteks ini adalah kecenderungan suatu komunitas untuk mencapai dan mempertahankan suatu keseimbangan atau kondisi yang relatif konstan dalam menghadapi gangguan.
            Gangguan terhadap ekosistem dapat diakibatkan oleh alam dan aktivitas manusia. Gangguan seringkali menciptakan kesempatan bagi spesies-spesies sebelumnya tidak menempati habitat tersebut untuk memantapkan dirinya disitu. Banyak hewan merupakan penyebab gangguan komunitas, gundulnya padang rumput dan hutan dapat disebabkan oleh hewan-hewan seperti rusa, jerapah, gajah, sapi dan kelompok herbivora lainnya akibat terjadinya perumputan (over grassing), Gangguan ini bahkan disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat memiliki dampak paling besar pada komunitas secara keseluruhan di muka bumi.
            Penebangan dan pembukaan hutan untuk pengembangan perkotaan, pertambangan dan pertanian telah mengurangi hamparan hijau yang sangat luas menjadi kumpulan-kumpulan kecil rumpun pepohonan yang tidak saling berhubungan dibanyak tempat di dunia ini sehingga mempertinggi gejala efek api. Gangguan manusia umumnya mengurangi keanekaragaman spesies dalam komunitas. Gangguan dapat mempengaruhi struktur komunitas pada hampir semua skala. Gangguan skala kecil seringkali meningkatkan ketidakseragaman lingkungan yang dapat sangat penting bagi pemeliharaan keanekaragaman spesies dalam satu komunitas.

D. Dampak Aktivitas Manusia Terhadap Ekosistem

            Ketika populasi manusia tumbuh hingga mencapai suatu jumlah yang sangat besar, aktivtas dan kemampuan teknologi kita dan lain hal telah mengganggu dinamika sebagian ekosistem di biosfer. Bahkan saat kita masih belum secara sempurna merusak suatu sistem alamiah, tindakan kita telah mengganggu struktur tropik, aliran energi, dan siklus materi ekosistem pada sebagian besar wilayah dan daerah disunia. Pengaruh itu kadang bersifat lokal atau regional, akan tetapi dampak ekologis manusia dapat menyebar luas atau bahkan secara global.
      1.      Perusakan Hutan
Hutan menurut undang-undang nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kawasan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan sebagai sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hutan secara keseluruhan merupakan kumpulan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya.Keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan hutan alam terdapat beragam jenis pepohonan, umur yang beragam dan tingkat kerapatan yang tidak teratur dan pertumbuhan.
Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan yaitu sebagai berikut adalah ilegal logging (penebangan liar), kebakaran hutan, perambahan hutan, program pembangunan, serta serangan hama dan penyakit. Selain faktor-faktor tersebut adanya Kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada lingkungan misalnya, dalam penyusunan tata ruang, yang seharusnya suatu lahan itu adalah kawasan hutan, menjadi kawasan pertanian, pemukimam dan lain-lain juga menjadi faktor penyebab kerusakan hutan.
2. Pencemaran Tanah
Definisi dan Pengertian dari Pencemaran tanah adalah kerusakan lapisan tipis bumi yang bermanfaat yaitu tanah produktif untuk menumbuhkan tanaman sebagai sumber bahan makanan.Tanpa tanah yang subur, petani tidak bisa bercocok tanam dan menghasilkan makanan untuk orang di seluruh dunia.
Tanah yang subur dipengaruhi juga oleh organisme seperti bakteri, jamur, dan organisme lain yang menguraikan limbah dalam tanah dan menyediakan unsur hara. Unsur hara memberikan pertumbuhan bagi tanaman.Pupuk dan pestisida dapat membatasi kemampuan organisme tanah untuk menguraikan limbah.Akibat penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dapat merusak produktivitas tanah.
Oleh hasil pembuangan limbah yang mengandung bahan-bahan anorganik yang sukar terurai dalam tanah seperti plastik, kaca, dan kaleng. Bahan-bahan ini sukar diuraikan oleh organisme dan mengakibatkan produktivitas tanah akan berkurang.
Jika limbah atau sampah yang dibuang mudah terurai oleh mikroorganisme, bahan-bahan itu akan mengalami proses pembusukan kemudian terurai dan menyatu dengan tanah sehingga tidak menimbulkan pencemaran.
Dampak langsung akibat limbah yang dirasakan manusia adalah timbulnya bau yang tidak sedap dan kotor. Dampak yang tidak langsung diantaranya tempat pembuangan limbah dapat menjadi tempat berkembangnya organisme penyebab penyakit.Organisme ini dapat menyebabkan pernyakit ataupun hanya sebagai vektor (pembawa) penyakit yang merugikan manusia. Adapun penyakit yang dapat berkembang pada daerah berlimbah yang tidak terjada sanitasinya seperti pes, kaki gajah, malaria, demam berdarah ataupun penyakit yang lain.
3. Pencemaran Air
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
·         Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
·         Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
·         Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan olehpembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.  Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
·         Pencemaran air oleh sampah
·         Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air  antara lain yaitu dapat menyebabkan banjir, erosi,  kekurangan sumber air, dapat membuat sumber penyakit, tanah longsor, dapat merusak ekosistem sungai, dan kerugian untuk Nelayan.
4. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diakibatkan oleh gas yang dikeluarkan oleh idusttri, kendaraan bermotor, dan kegiatan rumahtangga. Gas-gas tersebut berupa gas hasil pembakaran fosil (minyak bumi, batu bara) dan pengguna gas berbahaya, misal gas CFC (klorofluorokarbon).
a) Gas Hasil Pembakaran
Hasil pembakaran fosil (minyak bumi, batu bara) berupa gas buangan dalam bentuk gas karbon dioksidaCO2 dan belerang dioksida (SO, SO2). CO2  dikeluarkan oleh pabrik, mesin, mobil, sepeda motor, kom[por minyak, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Dengan semakin besarnya populasi manusia dan semakin meningkatnya kesejahteraann, akan meningkatkan pembakaran yang mengakibatkan gas buangan CO2semakin besar. Pencemaran udara di perkotaan dan daerah industri lebih tinggi daripada di pedesaan.
Meningkatnya CO2 di udara dapat menyebabkan efek rumah kaca.Pada sketsa efek rumahkaca yang dibandingkan dengan kondisi yang dialami oleh planet ini.Bumi diselubungi oleh CO2 dan gas-gas pencemaran lainnya, seolah-olah bumi yang diselubungi kaca.Pana matahari yang mencapai permukaan bumidipantulkan ke angkasa.Akan tetapi, karana bumi diselubungi gas pecemaran ini menyebabkan panas matahari terperangkap sehingga suhu bumi meningkat.Peningkatan suhu bumi dikenal dengan istilah pemanasan global.
Dampak dari meningkatnya suhu bumi adalah terjadi perubahan iklim dan es di kutub mencair. Jika ini terjadi, permukaan air laut akan meningkat dan beberapa pentai akan tenggelam.
Meningkatnya belerang oksida (SO, SO2) dapat meninggalkan hujan asam. Gas-gas  tersebut dengan air hujan membentuk asam sulfat, menyebabkan air hujan bersifat asam. Hujan asam mengakibatkan tumbuhan mati, organisme telah mati, besi dan logam berkarat sehingga membahayakan bangiunan dan jembatan. Akibat yang lain ialah kerusakan bangunan sejarah, seperti candi. Hujan asam membuatnya cepat kropos dan rusak. (gambar pohon mati karena hujan asam).
b) Gas CFC
CFC (klorofluorokarbon) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun. Gas inni banya digunak sebagai gas pengembang (pembuat karet busa), pendingin (AC, kulkas), dan menyemprot (hair spray parfum). Semaki banyaknya penggunaan CFC akan menyebabkan semakin banyak gas tersebut yang terlepas ke udara dan mencapai lapisan stratosfer.
Di stratosfer terdapat gas Ozone (O3) yang merupakan lapisan pelindung bumi dari cahaya  ultraviolet. Adanay lapisan ozone menyebabkan cahaya ultraviolet terpantul ke ruang angkasa dan hanya sebagian kecil yang mencapai bumi.
Gas CFC ddi stratosfer dapat bereaksi dengan gas Ozone dan menyebabkan Ozone berkurang sehingga terbentuk lubang ozone. Melalui lubang ozone teersebu, cahaya ultrsviolet mencapai bumi dan mengakibatka tumbuhan menjadi kerdil, alga di laut  punah, terjadi mutasi genetic  (perubahan sifat organisme), menyebabkan kanker kulit dan mata. Menurut pengamatan, lobang ozone angg terjadi diatas kutub selatan semakin meluas.
4. Pencemaran Suara
Pencemaran suara dapat ditimbulkan oleh adanya suara bising yang disebabkan oleh suara mesin pabrik, mesin penggilingan padi, mesin las, pesawat, kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, dan suara kereta api sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Suara-suara bising ini dapat menyebabkan terganggunya pendengaran manusia. Selain itu, lama-kelamaan suara bising ini akan menimbulkan berbagai keluhan pada tubuh kita, misalnya, pusing, mual, jantung berdebar-debar, sulit tidur, badan kaku, dan naiknya tekanan darah.

E. Kaidah-Kaidah dalam Ekosistem.

             Di dalam ekosistem interaksi makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik) akan mengikuti kaidah-kaidah alam sebagai berikut :
1.  Suatu Ekosistem diatur dan dikendalikan secara ilmiah
2.  Suatu Ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali, dengan akibat menimbulkan perubahan perubahan lingkungan atau krisis lingkungan dan tidak lagi dalam keadaan lestari.
3.   Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling mempengaruhi dan bersifat timbal balik.
4.   Interaksi terjadi antara : Komponen biotis dengan komponen abiotis, Sesama komponen biotis, Sesama komponen-komponen abiotis
5.   Interaksi itu senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran batas-batas kesanggupannya.
6.   Setiap ekosistem memiliki sifat yang khas disamping yang umum dan secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap ekosistem keseluruhannya .
7.   Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan di antara ekosistem itu sendiri sebagai pencerminan sifat-sifat yang khas.
8.  Antara satu dengan yang lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih interaksinya pula secara tertentu.

BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

            Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka disimpulkan sebagai berikut :
1.      Secara biologis, habitat seringkali diibaratkan sebagai “alamat” atau tempat tinggal suatu organisme, sedangkan relung ekologi diibaratkan sebagai “profesi” atau “status fungsional” suatu populasi organisme di alamatnya. Kelentingan merupakan sifat dari suatu sistem yang memungkinkannya kembali pulih seperti keadaan semula (stabilitas) dan daya dukung lingkungan merupakan batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi, di batas mana jumlah populasi itu tidak lagi dapat didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada.
2.      Homeostatis merupakan kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan, suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks sedangkan klimaks adalah tingkat akhir dari suksesi suatu komunitas tumbuhan, adalah tercapainya keseimbangan dengan keadaan lingkungan.
3.      Stabilitas dalam komunitas dapat mengembalikan stabilitas ke daerah yang terganggu adapun gangguan terhadap ekosistem dapat diakibatkan oleh alam dan aktivitas manusia.
4.      Aktivitas manusia dapat berakibat langsung pada lingkungan baik berupa aktivitas yang membawa dampak positif maupun negatif seperti pembakaran hutan dan pencemaran limbah.
5.      Di dalam ekosistem interaksi makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik) akan mengikuti kaidah-kaidah alam.

B. Saran

            Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh maka penulis menyarankan :
1.      Kepada mahaiswa agar menjaga lingkungan disekitarnya karena sebagai manusia kita juga memegang peranan penting di dalam perkembangan ekosistem.
2.      Kepada mahasiwa agar memahami dan menghayati konsep tentang perkembangan ekosistem.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim.2012.Ekologi Tumbuhan Ekosistem.http://pustakabiolog.files.wordpress. com/2012/10/bab-4-ekosistem-1.docx diakses 23 Februari 2013 pukul 20.30 WITA

Anonim.2012.Ekologi Tumbuhan Suksesi.http://pustakabiolog.files.wordpress. com/2012/10/bab-5-suksesi.docx diakses 23 Februari 2013 pukul 19.10 WITA

Fitri, Dwi Eka.2012. Klimaks. http://diwimothy.blogspot.com/2012/04/ klimaks.html diakses 23 Februari 2013 pukul 19.15 WITA

Hairad, Andika.2012.Dampak Kegiatan Manusia terhadap Lingkungan. http://andhikahairad.blogspot.com/2012/11/karya-tulis.html diakses 23 Februari 2013 pukul 19.20 WITA

Pradewa.2012.Tahap-Tahap Suksesi. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012 /02/tahap-tahap-suksesi.html diakses 23 Februari 2012 pukul 19.34 WITA

Umar, Muhammad Ruslan.2010.Modul Bahan Ajar Ekologi Umum.Makassar: Universitas Hasanuddin



Klasifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi
I.    PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

       Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.(wikipedia,2012)
         Dasar pengelompokan makhluk hidup antara sistem klasifikasi yang satu dengan yang lain mungkin saja berbeda. Namun, pada umumnya klasifikasi makhluk hidup tersebut mempunyai tujuan dan manfaat yang hampir sama. Tujuan klasifikasi antara lain yaitu, mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup agar mudah dikenali, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri, melihat hubungan kekerabatan antar anggota kelompok makhluk hidup dalam klasifikasi tersebut, menyederhanakan objek studi, dan mengurutkan proses evolusi/ perkembangan suatu makhluk hidup berdasarkan hubungan kekerabatan dengan golongan lain. (Ameilia Siregar, 2010, /bio/Tujuan dan Manfaat Klasifikasi).
        Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.(wikipedia, 2012)
Selain memiliki tujuan, klasifikasi juga bermanfaat untuk kepentingan  manusia. Adapun manfaat klasifikasi antara lain untuk mengetahui jenis-jenis makhluk hidup, mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. (Tujuan dan Manfaat Klasifikasi _ Chem-Is-Try.Org,2012).

1.2    Tujuan
      Tujuan dari praktikum klasifikasi tumbuhan ini antara lain untuk mengenal contoh-contoh tumbuhan tingkat rendah, dan mempelajari dan mengenal spematophyta (tumbuhan tingkat tinggi). (penuntun ptaktikum biologi umum,2012).


II.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup

     Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem dua kingdom dikemukakan oleh Aristoteles dibagi menjadi 2 kingdom : 1. Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) ciri–ciri : memiliki dinding sel, berklorofil,mampu berfotosintesis 2. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) ciri–ciri : tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil,mampu bergerak bebas.(Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
      Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem tiga kingdom dikemukakan oleh Ernst Haeckel dibagi menjadi 3 kingdom : 1. Kingdom Protista ciri : uniseluler atau multiseluler 2. Kingdom Plantae ciri : autotrof, eukariot multiseluler, reproduksi dgn spora 3. Kingdom Animalia ciri : heterotrof, eukariot multiseluler. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
 
      Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem empat kingdom dikemukakan oleh Herbert Copeland. Dibagi menjadi 4 kingdom : 1. Kingdom Monera, ciri-ciri memiliki inti tanpa membran inti (prokariotik) 2. Kingdom Protista, terdiri dari organisme bersel satu dan bersel banyak 3. Kingdom Plantae, terdiri dari jamur, tumbuhan lumut, tumb. paku, tumbuhan biji 4. Kingdom Animalia, terdiri dari semua hewan dari protozoa sampai chordata. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
      Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem lima kingdom dikemukakan oleh Robert H. Whittaker. Dibagi menjadi 5 kingdom : 1. Kingdom Monera, ciri : prokariotik (Archaebacteria dan Eubacteria) 2. Kingdom Protista, Ciri : uniseluler/multiseluler, eukariotik 3. Kingdom Fungi, Ciri : eukariotik, heterotrof, tidak berklorofil, dinding sel dari zat kitin. 4. Kingdom Plantae, Ciri : uniseluler/multiseluler, eukariotik, autotrof 5. Kingdom Animalia, Ciri : multiseluler, eukariotik, heterotrof. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). 
Kingdom Eubacteria 6. Kingdom Archaebacter. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). Kelebihannya adalah mampu menjelaskan kingdom monera secara spesifik, sehingga memberikan informasi yang cukup signifikan bagi kingdom monera. Kelemahan sistem ini pada dasarnya tidak ada, namun bagi beberapa pakar ilmuwan sering menjadi pro dan kontra, karena kingdom monera merupakan kingdom yang sudah mencakup bakteri archae dan eubacteria sehingga tidak perlu di bagi lagi.
.5        Perkembangan sistem klasifikasi 6 kingdom dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977. Dibagi menjadi 6 kingdom : 1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) 2. Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) 3. Kingdom Protista 4. Kingdom Mycota (Dunia Jamur)
      Perkembangan sistem klasifikasi 7 kingdom ini diperkenalkan oleh ahli Cavalier-Smith tahun 1998. sistem ini dikembangkan dari sistem kingdom sebelumnya dan secara garis besar digolongkan dalam dua kelas utama prokariot dan eukariot (2 Empires, Chatton 1937) dari kedua golongan besar ini dibagi lagi, eukariot mencakup Animalia, Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan golongan prokariot mencakup Eubacteria dan Archaebacteria. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
 
     Perkembangan sistem klasifikasi 8 kingdom terbagi menjadi 8 kingdom dan 3 domain antara lain, (Animalia, Plantae, Monera, Fungi, Protista, Aarchea, Archeazo, Chromista, dan Bacteria). (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). Perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa  secara singkat adalah sebagai berikut:
1.    Periode tertua (abad ke- 4 SM)
2.    Periode system Habitus (abad ke-4 SM sampai abad ke-17M)
3.    Periode sistem numerik (awal abad 18)
4.    Periode sistem alam (akhir abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19)
5.    Periode Sistem Filogenetik dari Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
6.    Sistem Klasifikasi Kontemporer (abad ke- 20)
(penuntun biologi umum,2012)

2.2    Taksonomi Dunia Tumbuhan
     Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh, pemerian, pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini merupakan cabang dari taksonomi.
 
Berikut takson dunia tumbuhan :
 
-    Kerajaan      = kingdom,
 
-    Divisi         = divisio,
 
-    Kelas         = classis,
 
-    Bangsa     = ordo,
 
-    Suku         = familia,
 
-    Marga         = genus,
 
-    Jenis         = spesies,
 
 (wikipedia,2012)

2.3    Divisio Tumbuhan
        Dalam biologi, divisio atau divisi adalah istilah yang sama dengan filum. Divisio dipakai dalam taksonomi untuk kerajaan tumbuhan dan fungi. Terdapat beberapa versi divisio tumbuhan, namun versi-versi ini umumnya sepakat pada sebagian besar pembagian. Divisio-divisio tersebut adalah :
      Superdivisio Bryophyta contohnya Bryophyta (Lumut-lumutan), Superdivisio Pteridophyta contohnya Lycopodiophyta (Rane dan Paku kawat), Psilophyta (Psilofita), Equisetophyta (Paku ekor kuda), Filicophyta atau Pteridophyta (Paku-pakuan atau pakis-pakisan), dan Superdivisio Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) contohnya Cycadophyta (Pakis haji atau sikas), Ginkgophyta (Ginkgo), Pinophyta (Tumbuhan berdaun jarum atau tumbuhan runjung / konifer), Gnetophyta (Melinjo-melinjoan, dan Magnoliophyta atau Angiospermophyta (Tumbuhan berbiji tertutup).
(wikipedia,2012).

III.    BAHAN DAN METODE

3.1    Tempat dan waktu
      Praktikum Biologi Umum acara ke-2 Klasifikasi Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Pada hari kamis, 11 Oktober 2012 pukul 15.00-16.40 WIB.
 

3.2     Bahan dan alat    
 
        Alat yang digunakan pada praktikum tentang klasifikasi yaitu gelas piala 250 ml, pipet tetes, lup, pisau, pinset, jarum bertangkai, slide glass, cover glass, dan mikroskop.
        Bahan yang diperlukan yaitu bakteri air parit dan Saccharomyces dan jamur ganoderma (Tallophyta), Lumut daun (Briophyta), Paku fertil (Pteridophyta), dan yang termasuk spermatophyta adalah Pinus (Pinus merkusii), Melinjo (Gnetum gnemon), Putri malu (Mimosa pudica), dan Alang-alang (Imperata Cylindrica).

3.3    Cara kerja
3.3.1. Pengenalan Contoh-Contoh Tumbuhan Tingkat Rendah

a. Bakteri air parit
        Mengambil  mikroskop, mengambil cairan (air parit) dengan pipet tetes, meneteskan pada kaca objek, menutup dengan kaca penutup. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan diafragma bukaan kecil, dan menggambarkan bagian-bagian baktteri dikertas.

b. Saccharomyces
     Organisme ini terdapat pada air tapai. Mengambil 2 tetes cairan air tapai, meneteskan pada kaca objek, menutup dengan kaca penutup, mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x dengan diafragma kecil,
 
c. Ganoderma
    Mengambil jamur ganoderma, mengamati bagian-bagian dari jamur ganoderma dengan menggunakan lup, dan menggambar bagian jamur dikertas.   
 

d. Lumut daun
    Mengambil lumut daun, mengamati bagian-bagian dari lumut daun dengan menggunakan lup, dan menggambar bagian-bagian lumut daun dikertas.

e. Paku fertil
    Mengambil tumbuhan paku fertil, mengamati dengan kaca pembesar atau mikroskop stereo, menggambar bagian-bagian dari tumbuhan paku fertil dikertas.

3.3.2. Mempelajari dan Mengenal Spermatophyta
A. Pengenalan Gymnospermae
    Contoh tumbuhan kelas Gymnospermae antara lain pinus (Pinus merkusii), dan melinjo (Gnetum gnemon).

1. Pinus merkusii
    Mengambil tumbuhan pohon pinus, mengamati bagian-bagian dari pohon pinus, mengamati dan menggambarkan strobilus betina yang telah terbuka, ada beberapa biji pada satu daun sisik, strobilus jantan dan daunnya. Dan beberapa helai daun yang bersatu pada tangkainya.

2. Gnetum gnemon
    Mengambil tumbuhan melinjo, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan melinjo dengan kaca pembesar, menggambarkan bagian-bagian dari tumbuhan melinjo.

B. Pengenalan Angiospermae
-Pengenalan Dicotyledoneae
    Contoh tumbuhannya adalah putri malu (Mimosa pudica). Mengambil tumbuhan putri malu, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan putri malu dengan menggunakan kaca pembesar, dan menggambarkan bagian-bagian dari tumbuhan putri malu.
-Pengenalan Monocotyledoneae
    Contoh tumbuhan monocotyledoneae adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Mengambil tumbuhan alang-alang, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan alang-alang dengan menggunakan kaca pembesar, menggambar bagian-bagian dari tumbuhan alang-alang.

IV.  PEMBAHASAN

4.2    Pembahasan
     Terdapat berbagai jenis tumbuhan pada saat pelaksanaan praktikum tentang klasifikasi tumbuhan. Tumbuhan tersebut dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta).

4.2.1    Tumbuhan Tingkat Rendah
        Tumbuhan tingkat rendah yang ada pada saat praktikum antara lain (saccharomyces, jamur ganoderma, paku fertil, lumut).
a.    Sacchromyces
      Saccharomyces merupakan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil. Mikroorganisme ini dapat membantu proses fermentasi dan dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Biasa ditemukan di air tapai.
      Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.Menurut Dr. Anton Muhibuddin (2011), beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum. (wikipedia,2012)

Kerajaan:    Fungi

Filum:    Ascomycota

Kelas:    Saccharomycetes

Ordo:    Saccharomycetales

Famili:    Saccharomycetaceae

Genus:    Saccharomyces
(E.C. Hansen 1838) Meyen

b.    Jamur Ganoderma
        Jamur ini merupakan tumbuhan tingka rendah yang sering dijumpai atau hidup di pohon yang lapuk. Jamur ini memiliki banyak pori-pori.
 
      Merupakan organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, daun sehingga disebut dengan tumbuhan tallus. Tubuh terdiri dari satu sel (uniseluller) dan bersel banyak (multiseluller). Sel berbentuk benang (hifa). Hifa akan bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium. Tubuh multiseluller terdiri atas hifa yang bersekat. Hidup terestrial saprofit, parasit atau membentuk mikorhiza. Tubuh buah disebut basidiokarp yaitu tempat terbentuknya basidium dan dan basidium terbentuk spora basidium. Basidiokarp tersusun atas basidiun-basidium yang di dalamnya berisi spora (basidiospora). Basidium ada yang terdiri atas satu sel dan ada yang bersekat-sekat terbagi. Sel bersifat eukaryotik, tidak mempunyai klorofil, sebagai parasit atau saprofit. Menyukai hidup pada tempat yang lembab dan tidak menyukai akan adanya cahaya. Fase dikaryotik lebih panjang di cirikan oleh adanya basidium dan basidiospora, basidiospora dibentuk di liau basidium, basidiospore yang dibentuk selalu 4, hasil fruktifikasi disebut basidiocarp.  Mempunyai tingkat perkembangan sederhana, belum membentuk tubuh buah, basidium bebas. Hifa pendukung membentuk tubuh buah dan basidium terkumpul membentuk himenium yang didukung himenofor. Himenium terletak di atas tubuh buah. Spora sangat banyak dan secara aktif dilontarkan oleh basidium. Tubuh buah tanpa Himenofor yang menonjol, himenium terletak di atas tubuh buah dan sudah terbentuk Sejas tubuh buah maíz muda, lamella atau papan, sehingga permukaan menjadi lebih luas. Basidiolarp seperti kertas / kulit / belulang / kayu. Himenium terdapat pada satu sisi atau seluruhnya, banyak tumbuh pada pohon atau sebagai saprofit dan bisa merusak kayu bangunan. Ganoderma applanatum tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada kayu lapuk. Ganoderma applanatum tidak mempunyai batang dan bertumbuh di atas batang-batang. Cendawan yang baru bertumbuh berwarna kuning muda kecoklatan, setelah itu Ganoderma applanatum akan berubah warna menjadi coklat. Cara reproduksi : Dengan cara vegetatif dan fragmentasi. Reproduksi aseksual dengan fregmentasi sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk spora pada basidium. (wikipedia,2012)
 

Klasifikasi Ganoderma :
Divisi : Basidiomycetes
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Hymenomycetales
Familia : Polyporaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma applanatum

c.    Paku fertil
        Paku fertil merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sering dijumpai. Tumbuhan ini memiliki sorus yang didalamnya banyak mengandung spora. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan cara seksual. Paku fertil  termasuk ke dalam divisio pteridophyta yang termasuk ke dalam tumbuhan tingkat rendah. Tumbuhan paku bereproduksi dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif.  Reproduksi secara generatif yaitu perkembang biakan yang melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Sedangkan reproduksi secara vegetatif  dengan cara pembentukan spora. Perkembang biakan tersebut berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. (Wikipedia,2012)

d.    Lumut daun
     Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah karena belum memiliki akar , daun dan batang sejati. Tumbuhan ini banyak di temukan di pinggir jalan yang keadaannya lembab.  Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina (dari bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
      Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia.

 
 
4.2.2    Tumbuhan Tingkat Tinggi (Spermatophyta)
 
        Tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat pada saat praktikum dibagi menjadi kelas Gymnospermae (Pinus merkusii, dan Gnetum gnemon) dan Angiospermae mempunyai subkelas yaitu Dicotyledoneae (Mimosa pudica) dan Monocotyledoneae (Imperta cylindrica).
A.    Pengenalan Gymnospermae
1.    Pinus merkusii
        Pohon pinus merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang sering ditemukan di pinggir jalan. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan cara seksual, dan memiliki strobilus. Tumbuhan berkayu, panjang 30-50(70) m, diameter batang 60-80 cm, selalu berdaun hijau, saat pohon muda pucuk selalu berbentuk kerucut, dengan cabang kuat. Daun dimorfik, tersusun spiral, berbentuk jarum, panjang 15-25 cm, hijau gelap, langsing dan kaku, dengan satu atau dua berkas pembuluh pengangkutan dan saluran resin. Tumbuhan ini hampir selalu berumah satu. Strobilus ♂ aksilar atau terminal pada sirung pendek, dengan banyak mikrosporofil bertangkai dan dua kantong sari. Serbuk sari dengan dua gelembung udara, yang pada perkecambahan merupakan dua sel protalium. Strobilus ♀ terminal atau aksilar, dengan banyak sisik-sisik penutup yang tersusun dalam spiral. Pada ketiak sisik penutup terdapat satu sisik biji dengan dua bakal biji yang mikropilnya menghadap ke sumbu. Sehabis penyerbukan sisik-sisik penutup dan sisik-sisik biji membesar dan mengayu selanjutnya terjadilah buah yang berbentuk kerucut. Biji kecil, oval, ringan, mempunyai sayap ke samping, lembaga dengan 2-15 daun lembaga. Berbunga pada bulan Mei-Juni. Buah masak pada bulan Oktober-Nopember. (wikipedia)
 
2.    Gnetum gnemon
         Melinjo merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena sudah memiliki akar, daun dan batang sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas gymnospermae, dan berkembagbiak dengan cara seksual.Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina) . Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging. Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek). Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl. (wikipedia,2012).
 

Kerajaan    : Plantae
Divisi        : Gnetophyta
Kelas        : Gnetopsida 
Ordo        : Gnetales
Famili         : Gnetaceae
Genus         : Gnetum
Spesies     : G. Gnemon        

B.    Pengenalan Angiospermae
Pengenalan Dicotyledoneae
    Contoh tumbuhan dicotyledoneae adalah putri malu (Mimosa pudica).
a.    Mimosa pudica (putri malu)
        Putri malu merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena sudah memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas angiospermae dan subkelas dicotyledoneae. Tumbuhan ini berkembang biak dengan cara aseksual. Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Kata pudica sendiri dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
        Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh. Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri malu tidak peduli darimana arah datangnya sentuhan. (wikipedia,2012)   
 
Kerajaan    : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta
Kelas        : Magnoliopsida
Ordo        : Fabales
Famili        : Fabaceae
Genus        : Mimosa
Spesies    : M. pudica

Pengenalan Monocotyledoneae
    Contoh tumbuhan mononcotyledoneae adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
a.    Imperata cylindrica (alang-alang)
     Alang-alang merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena telah memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas angiospermae dan subkelas monocotyledoneae. Berkembangbiak dengan cara aseksual.
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak suku Panicoideae.
     Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih.
Kerajaan    :Plantae
Divisi        :Magnoliophyta
Kelas        :Liliopsida
Ordo        :Poales
Famili        :Poaceae
Genus        :Imperata
Spesies    :I.cylindrica

V.    PENUTUP

5.1    Kesimpulan

       Berdasarkan pengamatan yang telah saya lakukan banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan beraneka ragam jenis dan karakteristik masing-masing. Untuk memudahkan dalam mengetahui berbagai jenis macam tumbuhan maka dilakukan pengklasifikasian.
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Tujuannya untuk memudahkan objek studi, dan manfaatnya adalah mengetahui kekerabatan antar makhluk hidup.
       Klasifikasi dunia tumbuhan terbagi menjadi tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Contoh tumbuhan tingkat rendah antara lain Scizophyta, Tallophyta, Briophyta, dan Pteridophyta, sedangkan contoh tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta) terbagi menjadi kelas gymnospermae dan angiospermae. Kelas angiospermae dibagi menjadi 2 subkels yaitu Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae. Contoh tumbuhannya antara lain, gymnospermae (Pinus merkusii, dan Gnetum gnemon), dan angiospermae subkelas dicotyledoneae putri malu (Mimosa pudica) dan subkelas monocotyledoneae alang-alang (Imperata cylindrica).


DAFTAR PUSTAKA

Tim Biologi Umum Jurusan Budidaya Pertanian. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pertanian UNPAR
    Ameilia Siregar.blogspot.com ,2010 : http//Tujuan dan Manfaat Klasifikasi. 11 Oktober 2012, 19.37 WIB
    _,2012 : http//Tujuan dan Manfaat Klasifikasi _ Chem-Is-Try.Org. 11 Oktober 2012, 19.43 WIB
    Wikipedia. 2012. Divisio. http://id.wikipedia.org/wiki/divisio . 11 Oktober 2012, 19.55 WIB
    2011 : http//Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011. 11 Oktober 2012
Wikipedia. 2012. Divisio tumbuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/divisio tumb . 11 Oktober 2012, 20.07 WIB
Wikipedia. 2012. Divisio. http://id.wikipedia.org/wiki/divisio . 11 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. Taksonomi tumbuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/taksonomi tumb . 11 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. pinus. http://id.wikipedia.org/wiki/pinus . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. melinjo. http://id.wikipedia.org/wiki/melinjo . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. Alang-alang. http://id.wikipedia.org/wiki/alang-alang . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.saccharomyces. http://id.wikipedia.org/wiki/saccharomyces . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.ganoderma. http://id.wikipedia.org/wiki/ganoderma . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.briophyta. http://id.wikipedia.org/wiki/briophyta. 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.paku fertil. http://id.wikipedia.org/wiki/paku fertil. 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.putri malu. http://id.wikipedia.org/wiki/putri malu. 13 Oktober 2012


Berbagai Musim Di Dunia

  • Musim Semi
Musim semi adalah satu dari empat musim di daerah nontropis, peralihan dari musim dingin ke musim panas.
Di belahan utara bumi, musim semi dimulai sekitar tanggal 21 Maret  hingga 21 Juni , sementara di belahan selatan bumi musim semi dimulai sekitar tanggal 23 September hingga 21 Desember musim semi terjadi setelah musim dingin, dimana tumbuh-tumbuhan mekar kembali, karna itulah musim semi juga disebut “musim bunga”. musim semi membuat siang hari menjadi lebih panjang daripada malam hari. hawa di musim semi biasanya terasa hangat karna menjelang musim panas. berbeda dengan musim gugur yang udaranya terasa dingin karna menjelang musim dingin.
  • Musim Panas
Musim panas adalah salah satu musim di negara berhawa sedang. Tergantung letak sebuah negara, musim panas dapat terjadi pada waktu yang berbeda-beda.
Di belahan utara bumi, musim panas dimulai sekitar tanggal 21 Juni  hingga 23 September, sementara di belahan selatan bumi musim panas dimulai sekitar tanggal 21 Desember hingga 21 Maret.
Di banyak negara, musim panas adalah musim liburan Sekolah. Pada musim ini orang-orang suka pergi ke Pantai untuk Berjemur.  Selain itu, pada musim panas buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan umumnya sedang pada masa pertumbuhan penuhnya.
  • Musim Gugur
Musim gugur adalah salah satu dari empat musim di daerah beriklim sedang, masa peralihan dari musim panas ke musim dingin.
Dalam zona beriklim sedang, musim gugur adalah musim di mana kebanyakan tumbuhan dipanen atau ditunai, dan pohon deciduous melepas daun-daun mereka. Dia juga merupakan musim di mana hari-hari bertambah pendek dan dingin (terutama di latituda utara), dan peningkatan presipitasi di beberapa bagian dunia.
Di belahan utara bumi, musim gugur dimulai sekitar tanggal 23 Septembar hingga 21 Desember, sementara di belahan selatan bumi musim gugur dimulai sekitar tanggal 21 Maret hingga 21 Juni.
Secara Astronomi,Bumi mulai dengan equinox autumnal dan berakhir pada titk balik matahari. Namun, meteorologis menghitung bulan-bulan September, Oktober, dan November di belahan Utara dan Maret, April, dan Mei di belahan Selatan sebagai musim gugur. Suatu pengecualian definisi ini ditemukan di Kalender Irlandia di mana mereka masih mengikuti putaran Keltik, di mana musim gugur dihitung dari bulan-bulan Agustus, September dan Oktober.
  • Musim Dingin
Musim dingin atau musim salju ialah saat paling dingin di bumi. Merupakan salah satu dari 4 musim di negeri-negeri yang beriklim tropis dan sedang.
Di belahan utara bumi, musim dingin dimulai sekitar tanggal 21 Desember hingga21 Maret, sementara di belahan selatan bumi musim dingin dimulai sekitar tanggal 21 Juni hingga 23 Septemberr.
  • Musim Kemarau
Musim kemarau atau musim kering adalahmusim di daerah tropis  yang dipengaruhi oleh sistem muson. Untuk dapat disebut musim kemarau, curah hujan per bulan harus di bawah 60 mm per bulan (atau 20 mm per dasarian) selama tiga dasarian berturut-turut. Wilayah tropika di Asia Tenggara dan Asia Selatan, Australia bagian timur laut, Afrika, dan sebagian Amerika Selatan mengalami musim ini.
Musim kemarau adalah pasangan dari musim penghujan  dalam wilayah dwimusim.
Gejala ENSO dikenal dapat memperpanjang durasi musim ini sehingga mengakibatkan kekerngan berkepanjangan.
  • Musim Hujan

Musim hujan atau musim basah adalah musim dengan ciri meningkatnya curah hujan di suatu wilayah dibandingkan biasanya dalam jangka waktu tertentu secara tetap. Musim hujan hanya dikenal di wilayah dengan iklim tropis. Secara teknis meteorologi, musim hujan dianggap mulai terjadi apabila curah hujan dalam tigadasarianberturut-turut telah melebihi 100 mm per meter persegi per dasarian dan berlanjut terus. Apabila hal ini belum terpenuhi namun curah hujan telah tinggi kondisinya dianggap sebagai peralihan musim (pancaroba).
Di daerah tropis musim hujan bergantian dengan musim kemarau (musim kering) dan sangat dipengaruhi oleh pergerakan semu matahari tahunan. Pergerakan matahari mengubah peta suhu udara dan permukaan tanah dan samudera. Pada gilirannya perbedaan suhu akan mengubah konsentrasi uap air di udara. Biasanya musim hujan terjadi pada bagian bumi yang tengah mengalami posisi zenith peredaran semu matahari
Pada satu waktu, kurang lebih separuh Bumi menghadap Matahari dan bagian tersebut mengalami siang hari. Karena rotasi ... Posisi Bumi sedikit miring pada porosnya dan kemiringan itulah yang menyebabkan adanyaberbagai musim.
3. Mutiara,tia,dkk.2006.Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMK dan MAK Kelas X.jakarta: erlangga
Ford harry, ‎Kay Barnham -.2005.Cuaca.jakarta:erlangga.
Morris, neil. 2005.luar angkasa yang sangat luas.jakarta:erlangga
2.  Siahaan, Nommy Horas Thombang – 2004.Hukum Lingkungan dan ekologi pembangunan.jakrta:erlangga.
Aryulina,Diah,Dkk.2006. Biologi SMA dan MA untuk KELAS X.JAKARTA:ERLANGGA
Daftar Pustaka
1.     Purwoko, Agung. et al. 2007. Biologi SMA X. Semarang: CV Mitra Media Pustaka.
Susilowarno, Gunawan. et al. 2007. Biologi SMA X. Jakarta: Grasindo.
Winatasasmita, Djambur dan Sukarno. 2000. Biologi 1. Jakarta: PT Garuda Maju Cipta.
www.brainneiyudi.blogspot.com


4 dan 5. DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011
Chandra,budi. 2003.Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf . diakses tanggal 4 maret 2011.
Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.
Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tenteng Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.
Rahayu, Subekti. 2004. Semut Sahabat Petani. http://www.blueboard.com/kerengga/pdf/rahuya.pdf. di akses tanggal 4 maret 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar