BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Daratan adalah
suatu tempat/wilayah dimana terdapat makhluk hidup yang saling ketergantungan,
saling mempengaruhi, serta berkembang biak satu sama lainnya.
Di sekitar kita terdapat berbagai komponen
lingkungan yang berinteraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi tersebut
telah terjalin sekian lama, sehingga terbentuk sebuah keseimbangan. Namun
sayangnya berbagai intervensi manusia telah merusak tatanan dan keseimbangan
yang terjadi, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk memulihkannya.
Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem.
Keberadaannya sebagian telah mengalami kerusakan karena intervensi manusia.
Akibatnya terjadi berbagai permasalahan lingkungan akibat dari tidak
seimbanganya interaksi yang terjadi di dalamnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan Makalah ini
untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai pengertian ekosistem dan
jenis-jenis ekosistem
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui pengertian ekosistem
b.
Untuk
mengetahui jenis-jenis ekosistem
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan agar dapat menjadi salah
satu tambahan pengetahuan tentang pengertian dan jenis-jenis suatu ekosistem.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap
unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik
tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Ekosistem juga dapat dikenal dalam ekologi.
Ekologi berasal dari kata oikos artinya rumah dan secara luas berarti rumah
tangga alam dan dari kata logos yang definisinya adalah ilmu.Jadi ekologi
adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari segala sesuatu tentang rumah
tangga alam atau ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya.
Ekosistem yang saling berhubungan satu sama lain
membuat terjalinnya setiap kehidupan dari mulai ekosistem yang kecil ke yang
besar dan adapula yang lebih kecil lagi yang membentuk menjadi berbagai macam
ekosistem dan menjadi eksositem besar.
Pengertian lain dari Ekosistem adalah
tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara
makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang
merupakan komponen abiotik.
2.2 Jenis-Jenis Ekosistem
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki
penyusun yang beragam. Di bumi ada berbagai macam ekosistem. Secara garis besar
ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem
perairan meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
1. Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan
fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya),
ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut:
a) Bioma Gurun
Beberapa bioma gurun terdapat di daerah tropis
(sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma
gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari
tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam
hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam
sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain
itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air,
contohnya kaktus. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal,
katak, dan kalajengking.
b) Bioma Padang Rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang
dari daerah tropis ke subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih
25 – 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air)
tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan
terna (herba) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya
antara lain bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah,
kangguru, serangga, tikus, dan ular
c) Bioma Hutan Basah
Bioma hutan basah terdapat di daerah tropis dan
subtropis. Ciri-cirinya adalah curah hujan 200 – 225 cm per tahun. Spesies
pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya
tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20 – 40 m,
cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk
tudung (kanopi). Daerah tudung ini cukup mendapat sinar
matahari. Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang
langsung terdapat di sekitar organisme). Variasi suhu dan kelembapan cukup
tinggi dengan suhu rata-rata harian25°C. Dalam hutan basah tropis sering
terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai
epifit. Hewan yang menghuni antara lain, kera, burung, badak, babi
hutan, harimau, dan burung hantu.
d) Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim
sedang. Ciricirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di
daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon
sedikit dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah,
bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
e) Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah
utara dan di pegunungan daerah tropis. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin
rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti
konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang
bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
f) Bioma Tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah
utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung
tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang
dominan adalah Sphagnum, lumut kerak, tumbuhan biji semusim,
tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu
beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang
menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan
yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya rusa kutub,
beruang kutub, dan serangga terutama nyamuk dan lalat hitam.
2. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain
variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca. Tumbuhan yang banyak ditemukan adalah jenis ganggang,
sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi tumbuhan air tawar mikroskopis yaitu dengan bersel satu dan dinding
selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Tumbuhan tingkat tinggi,
seperti teratai (Nymphaea gigantea) mempunyai akar jangkar
(akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan
osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau bersifat isotonis.
Adaptasi hewan air tawar, misalnya ikan dalam mengatasi perbedaan tekanan
osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya
melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan
perantara habitat laut dan habitat darat. Berdasarkan kebiasaan hidup,
organisme air tawar
dibedakan sebagai berikut.
1) Plankton, terdiri alas
fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif)
mengikuti gerak aliran air.
2) Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3) Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air
atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
4) Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada
tumbuhan atau benda lain, misalnya siput.
5) Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air
tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang meliputi danau dan rawa,
sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
a) Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai
dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat
pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat
ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah
yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di
danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin
memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas
tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
1) Daerah litoral, merupakan
daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat
berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dengan
daun ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenisjenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput
dan remis, serangga, Crustacea, ikan, amfibi, reptil air dan semiair seperti
kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari
makan di danau.
2) Daerah limnetik, merupakan
daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari.
Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi
selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk
Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan
oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
3) Daerah profundal, merupakan
daerah yang dalam, yaitu daerah afotik. Organisme yang ada hidup dengan
mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Organisme yang
menghuni adalah cacing dan mikroba.
4) Daerah bentik, merupakan
daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Berdasarkan produksi materi organiknya, terdapat dua macam danau yaitu danau
oligotropik dan danau eutropik. Danau oligotropikmerupakan danau
yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. Danau
eutropik merupakan danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan,
karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh,
terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya
materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat
dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi ledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang
berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut eutrofikasi.Eutrofikasi
menyebabkan air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan
danau.
b) Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke
satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan
makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air.
Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan
danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas
plankton, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang
yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi
evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil
yang bebas dari pusaran air.
3. Ekosistem Air Laut
dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan
terumbu karang.
a. Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas
(kadar garam) yang tinggi terutama di daerah laut tropis, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropis, suhu air laut
sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas
antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian
bawah disebut daerahtermoklin. Di daerah dingin, suhu air laut
merata sehingga air dapat bercampur, akibatnya daerah permukaan laut tetap
subur sehingga banyak plankton dan ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga
memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik. Habitat laut
dapat dibedakan berdasarkan kedalaman dan wilayah permukaan secara horizontal.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu
sebagai berikut:
1) Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
2) Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus
cahaya matahari sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.
3) Basial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara
200 – 2.500 m
4) Abisal merupakan
daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 – 10.000 m.
Menurut wilayah permukaan secara horizontal,
berturutturut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut:
1) Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan
kedalaman air sekitar 200 m.
2) Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan
kedalaman 200 – 1.000 m. Hewan yang hidup misalnya ikan hiu.
3) Basiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200
– 2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
4) Abisopelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000
m, tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada hewan yang hidup. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
5) Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar), dengan
kedalaman lebih dari 6.000 m. Ikan laut yang hidup di bagian ini umumnya dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri
kemosintesis. Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan
osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat
tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan
melalui insang secara aktif.
b) Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan
ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi
oleh daur harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki
adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah
pantai paling atas hanya terendam saat pasang naik tertinggi. Daerah ini dihuni
oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi
kepiting dan burung pantai.
Daerah pantai bagian tengah terendam saat pasang
tertinggi dan pasang terrendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera,
anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan
ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut.
Daerah ini dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah
darat dibedakan menjadi formasi pescaprae dan formasi baringtonia. Pada formasi
pescaprae paling banyak ditemukan tumbuhan Ipomoea
pescaprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan
ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex
littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia
atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi
ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus
tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
Pada formasi baringtonia didominasi
tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia,
Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang
surut berlumpur, maka kawasan ini akan dihuni hutan bakau yang memiliki akar
napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang
oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan
sebagai penahan dari hempasan gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika
tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
c) Ekosistem Estuari
Estuari (muara sungai) merupakan tempat
bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur
intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap
mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh daur
harian pasang surut. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan
yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan
estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi Vertebrata semiair, misalnya
berbagai unggas air.
d) Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik terdapat
suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang dan organisme lainnya.
Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas
ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis
dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam
bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa
bahan organik. Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara
karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi
mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
4. Biosfer
Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer.
Dalam biosfer,setiap makhluk hidup menempati lingkungan yang cocok untuk
hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk kehidupan suatu makhluk hidup
disebut habitat. Habitat untuk makhluk hidup berukuran
kecil, seperti jamur dan bakteri diberi istilah khusus yaitu substrat.Dua
spesies atau lebih dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memilikirelung
(nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam
ekosistem. Dalam nisianya, suatu organisme akan berperan aktif, sedang-kan
organisme lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Pengertian lain dari Ekosistem adalah
tempat dimana terjadinya proses saling interaksi dan ketergantungan antara
makhluk hidup sebagai komponen biotik, dengan lingkungan hidupnya yang
merupakan komponen abiotik.
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang
kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada berbagai macam
ekosistem. Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi dua jenis yaitu
ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekositem darat dibagi menjadi beberapa
bioma, yaitu: bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma hutan
gugur, bioma taiga, dan bioma tundra. Sedangkan ekosistem perairan meliputi
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomohadi N. Dr. 1945. Pembinaan Sumber Daya Alam dan
Ekosistem. Bandung: Departemen Pendidikan Kanwil Propinsi Jawa Barat
Soemarwoto O., 2001. Ekologi,
lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya perubahan-perubahan pada
populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi
menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah
terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem.
Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari luar, kesimbangan ini dapat
berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya
keseimbangan baru.
Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai
mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati
pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian
suksesinya sebagai berikut.
Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa
saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak.
Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi
rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan
suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan
melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya
dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin
subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah
itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin
gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan
mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi
oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni
daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis
vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas
klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga
komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus,
hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan
tropis.
Uraian diatas menunjukkan perkembangan dari suatu ekositem
dimana didalamnya terjadi suksesi dan untuk mencapai mekanisme yang klimaks
didalam ekosistem tersebut. Keberhasilan perkembangan ekosistem ini sangat
dipengaruhi oleh organisme yang hidup di dalamnya, kelentingan ekosistem, dan
daya dukung ekosistem.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dibuatlah makalah yang
berjudul “Perkembangan Ekosistem”.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagimanakah perbedaan antara
habitat dan relung ekologis, kelentingan dan daya dukung ekosistem?
2. Bagaimanakah konsep homeostatis
ekosistem, suksesi dan mekanisme klimaks?
3. Bagaimanakah keseimbangan
ekositem dan penyebab gangguan keseimbangan ekosistem?
4. Apakah dampak aktivitas manusia
pada ekosistem?
5. Bagimanakah kaidah-kaidah di
dalam ekosistem?
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah
:
1. Untuk mengetahui perbedaan
antara habitat dan relung ekologis, kelentingan dan daya dukung ekosistem.
2. Untuk mengetahui konsep
homeostatis ekosistem, suksesi dan mekanisme klimaks.
3. Untuk mengetahui keseimbangan
ekositem dan penyebab gangguan keseimbangan ekosistem.
4. Untuk mengetahui dampak
aktivitas manusia pada ekosistem.
5. Untuk mengetahui kaidah-kaidah
di dalam ekosistem.
Manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh adalah :
1. Menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa dalam hal perkembangan ekosistem dan menyedari perannya
didalam ekosistem.
2. Mahasiswa mampu memahami dan
menerapkan konsep-konsep dasar ekologi dan menelaah baik secara teoritis maupun
praktek untuk memecahkan masalah lingkungan dalam upaya perbaikan dan
konservasi.
1. Habitat
Eksistensi dan penyebaran suatu spesies organisme di muka bumi
ini di tentukan oleh habitat dan relung ekologi (niche). Habitat dan
relung ekologi adalah dua istilah tentang kehidupan organisme yang memerlukan
pemahaman yang mantap agar pemakaian kedua istilah itu tidak keliru.
Habitat merupakan
tempat dimana organisme tertentu hidup dari pengaruh lingkungan luar, baik
secara langsung maupun tidak langsung sedangkan nicheadalah cara pandang
atau propesi suatu organisme dalam habitatnya dimana propesi tersebut
menunjukkan fungsi dari organisme tersebut di dalam suatu habitat. Habitat
secara umum menunjukkan corak atau keragaman lingkungan yang ditempati populasi
organisme, sedangkan relung ekologi menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan
populasi organisme itu terhadap berbagai faktor abiotik dan biotik
lingkungannya. Secara biologis, habitat seringkali diibaratkan sebagai “alamat”
atau tempat tinggal suatu organisme, sedangkan relung ekologi diibaratkan
sebagai “profesi” atau “status fungsional” suatu populasi organisme di
alamatnya. Relung
atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana
cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya
makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai
dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal,tumbuh berkembang dan
melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan
(misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada. Dalam
ekologi,seluruh peranan dan fungsi makhluk hidup dalam komunitasnya dinamakan
relung atau niche ekologi. Jadi relung ekologi merupakan semua faktor atau
unsur yang terdapat dalam habitatnya yang mencakup jenis-jenis organisme
yang berperanan, lingkungan, dan tempat tinggal yang sesuai dan spesialisasi
populasi organisme yang terdapat dalam komunitas
Habitat makhluk hidup adalah tempat tinggal berbagai jenis
organisme hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi
habitatnya dapat bermacam-macam, seperti perairan,daratan, hutan atau sawah.
Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni
seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem. Bagi tumbuhan
dan makhluk hidup lainnya, sebagai habitat selain lokasi atau tempat yang
bersifat fisik juga berbaga jenishubungan (asosiasi) yang terjadi dalam habitat
tersebut. Pada umumnya tumbuhan dan makhluk hiduplainnya mempunyai preferensi
ekologi (persyaratan faktor ekologi yang dibutuhkan untuk hidupnya yang sesuai)
tertentu. Misalnya tumbuhan mangrove mempunyai preferensi ekologi habitat rawa
payau di tepi pantai yang berlumpur dengan salinitas bervariasi sesuai dengan
frekuensi, kedalaman danlumpur, dan ketahanan jenis mangrove terhadap arus dan
ombak.
Berbagai jenis tumbuhan mempunyai habitat yang berbeda-beda,
serupa atau sama sesuai dengan preferensi ekologinya. Berdasarkan kondisi
habitatnya dikenal 2 tipe habitat, yaitu habitat mikrodan habitat makro.
Habitat makro merupakan habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan
yangbersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan
hujan tropika, dansebagainya. Sebaliknya habitat mikro merupakan habitat local
dengan kondisi lingkungan yang bersifatsetempat yang tidak terlalu luas,
misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau,dan sebagainya.
Secara garis besar habitat di dalam biosfer dikenal ada 2
golongan utama, sebagai berikut:
a. Habitat Teresterial (daratan)
b. Habitat akuatik (air asin, air
tawar, air payau)
Habitat berdasarkan lingkungan fisiknya, dikenal ada 4 tipe
utama, yaitu:
-Habitat teresterial
(daratan)
-Habitat perairan tawar
-Habitat perairan estuaria (payau)
-Habitat perairan bahari
Masing-masing kategori utama itu dapat dibagi lagi tergantung
corak kepentingannya atau mengenai aspek yang ingin diketahui.
2. Kelentingan Ekosistem (Reselience)
Suatu sistem dalam ekosistem akan memberikan tanggapan terhadap
suatu gangguan, baik gangguan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggapan ekosistem tersebut sesuai dengan keadaan kelentingan yang
dimilikinya. Kelentingan merupakan sifat dari suatu sistem yang memungkinkannya
kembali pulih seperti keadaan semula (stabilitas), bahkan untuk menyerap dan
memanfaatkan gangguan yang menimbulkan dinamika atau perubahan kecil.
Gangguan kecil terhadap suatu sistem dapat diserap secara
berangsur-angsur, terutama apabila tidak ada tanda-tanda akan munculnya suatu
batas-batas bahaya. Dalam suatu sistem dengan kelentingan yang besar penyerapan
gangguan itu akan mengubah stabilitas sistem ini. Sebaliknya sistem yang
mempunyai kelentingan kecil, dapat berubah menjadi sistem baru.
3. Daya Dukung (Carrying
Capacity)
Batasan daya dukung yang
berhubungan dengan populasi adalah jumlah individu atau populasi yang dapat
didukung oleh satuan luas sumber daya dan ling-kungan yang dapat memberikan
sumber daya dan lingkungan dalam keadaan se-jahtera.
Ekosistem yang kuat
mempunyai daya dukung yang tinggi misalnya di lokasi yang landai dengan
ketinggian yang rendah dari permukaan laut, suhu yang tinggi, tanah yang subur.
Sebaliknya pada daerah daratan tinggi dengan suhu yang rendah, terjal dan tanah
tidak subur, ekosistem tersebut daya dukungnya lebih rendah, rapuh dan mudah
terganggu.
Daya dukung lingkungan
merupakan batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi, di batas mana jumlah
populasi itu tidak lagi dapat didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan
yang ada. Ada organisme yang mempunyai strategi hidup sangat memperhatikan daya
dukung lingkungan, organisme tersebut mampu menekan jumlah individu populasinya
apabila jumlahnya sudah mendekati batas da-ya dukung lingkungannya dimana
mereka hidup. Namun juga ada organisme yang tidak peduli dengan batas daya
dukung lingkungannya dan mereka akan berkem-bang biak menurut nalurinya saja.
Dalam pengelolaan
margasatwa, konsep daya dukung dalam hal ini merupa-kan jumlah individu yang
dapat di dukung oleh suatu habitat. Sedangkan dalam pe-ngelolaan peternakan
adalah jumlah individu hewan ternak yang dapat didukung oleh habitat dalam
keadaan sehat dan kuat.
1. Homeostatis Ekosistem
Ekosistem merupakan tingkatan
organisasi di alam yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan
dari komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubungan keteraturan. Keteraturan
ini terjadi oleh adanya arus siklus materi dan aliran energi yang terkendalikan
oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem itu, dimana setiap komponen
mempunyai fungsi. Keseimbangan itu tidak bersifat statis, melainkan dapat
berubah-ubah (dinamis), perubahan ini dapat terjadi secara alamiah, maupun
sebagai akibat perbuatan manusia. Keseimbangan dinamis tercapai akibat adanya
proses pengaturan diri erhadap setiap perubahan dari energi dan materi yang
masuk atau beredar dalam sistem
Dalam ekosistem terdapat suatu
mekanisme keseimbangan yang dikenal dengan istilah homeostatis (steady state),
yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor yang rumit dan
didalamnya termasuk mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan
hara makanan, pertumbuhan or-ganisme, produksi, dan dekomposisi bahan organik.
Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap
perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis tersebut dengan mudah
dapat diterobos oleh kegiatan ma-nusia. Sebagai contoh sungai yang menerima
limbah dan sampah yang tidak terlalu banyak, maka sungai dapat menjernihkan
kembali airnya secara alami, sehingga air sungai dianggap tidak tercemar.
Tetapi bila limbah dan sampah yang masuk itu ba-nyak dan kontinyu, apalagi
mengandung bahan beracun, maka batas homeostasis alami sungai akan terlampaui,
sehingga mungkin saja sistem sungai tersebut tidak memiliki lagi sistem homeostasis
alami dan secara permanen airnya berubah atau rusak sama sekali.
Ekosistem memberikan informasi
yang sangat bermanfaat bagi manusia un-tuk dipelajari dalam mengelola dan
pelestarian lingkungan. Informasi dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai suatu
simbol atau sebagai indikator tentang sesuatu yang terjadi atau yang ada di
masa lalu, maupun di masa akan datang pada komponen ekosistem, baik secara
individu maupun secara keseluruhan pada sistem itu. Sebagai contoh dari gejala
alam yang memberikan informasi adalah :
- Fosil
yang terkandung dalam tanah dan batuan, memberikan informasi tentang masa lalu
dari sistem tersebut.
- Jejak
telapak kaki dan kotoran gajah, memberikan informasi keberadaan gajah di
ekosistem tersebut.
- Adanya
sinar merah pada saat matahari akan terbenam memberikan informasi pada manusia
bahwa besok hari udara akan baik dan cerah.
- Keberadaan
organisme tertentu dalam ekosistem dapat dijadikan petunjuk, mi-salnya adanya
kunang-kunang di suatu daerah menunjukkan adanya ekosistem tersebut padang
rumput ataupun hutan mangrove.
- Warna
yang beraneka ragam pada hewan, misalnya kuning belang pada hari-mau, warna
ular kuning berbintik hitam dll. Warna yang beraneka ragam mem-punyai maksud,
dan memberi informasi kepada jenisnya maupun jenis lainnya, yang dapat menolong
kedua belah pihak. Informasi tersebut ada yang maksud-nya untuk tidak mudah
terlihat oleh musuhnya, agar mudah dikenal pasangan-nya, memberi peringatan
harus dijauhi dan hati-hati. Warna ini juga memberikan informasi identitas dari
spesies tertentu.
Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang telah ba-nyak digali dan ditemukan informasi
yang berguna bagi manusia, misalnya dalam usaha pendeteksian menggunakan sistem
radar, yang mencontoh dari sistem navi-gasi kelelawar dll.
2. Suksesi
Perubahan komposisi dan struktur
dalam komunitas dapat dengan mudah diamati atau terlihat dan seringkali
perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain setelah beberapa
gangguan, seperti kebakaran besar atau ledakan gunung berapi. Daerah yang
terganggu itu bisa dikolonisasi oleh berbagai varietas spesies, yang secara
perlahan-lahan digantikan oleh suatu komunitas spesies lain.
Proses perubahan dalam komunitas
yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur,
pasti dan terarah serta dapat diramalkan disebut suksesi. Suksesi terjadi
akibat modifikasi lingkungan fisik dan komunitas atau ekosistem, dan terjadinya
faktor persaingan di antara satuan-satuan vegetasi menyebabkan perubahan ke
arah tertentu.
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas
atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
Suksesi merupakan proses yang
menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya
mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase kematangan yang
final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan
vegetasi dalam suatu iklim.
Interaksi dari semua faktor
lingkungan yang berpengaruh akan menentukan komposisi jenis vegetasi komunitas.
Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi akan bervariasi antar satu tipe
dengan tipe lainnya bahkan terdapat variasi antar unit hu-tan. Faktor
lingkungan yang membatasi jumlah spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi
dikenal ke dalam dua kategori, yaitu (Mueller (1974) :
ü Faktor
lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomena-fenomena yang
membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah dan suhu;
ü Faktor
yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan sebagian maupun
keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama, patogen atau manusia.
Umumnya komunitas tumbuhan
terbentuk mulai dari tingkat pioner yang kemudian digeser oleh seri tumbuhan
yang lebih dewasa sampai pada komunitas yang relatif stabil dan berada dalam
keseimbangan dengan lingkungan setempat. Perubahan dalam suksesi bersifat kontinu,
dimana rentetan suatu perkembangan dan pergantian komunitas merupakan suatu
seri komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu disebut sere, dan komunitas
yang sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut klimaks. Proses suksesi
yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat diartikan
bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai
akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari komponennya terhadap
setiap rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal
komunitas.
Laju pertumbuhan populasi dan
komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian
menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan
populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan
yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis
tertentu. Dalam suksesi terjadi suatu proses perubahan secara bertahap menuju
suatu keseimbangan. Clements menyusun urutan kejadian secara rasional ke dalam
5 fase, yaitu:
· Fase
1. NUDASI : proses awal terjadinya pertumbuhan pada lahan terbuka/kosong.
· Fase
2. MIGRASI : proses hadirnya biji-biji tumbuhan, spora dan lain-lainnya.
· Fase
3. ECESIS : proses kemantapan pertumbuhan biji-biji tersebut.
· Fase
4. REAKSI : proses persaingan atau kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah
ada/hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat.
· Fase
5. STABILISASI: proses manakala populasi jenis tumbuhan mencapai titik akhir
kondisi yang seimbang (equilibrium), di dalam keseimbangan dengan kondisi
habitat lokal maupun regional.
Suksesi lebih lanjut
tersusun atas suatu rangkaian rute perjalanan terbentuknya komunitas vegetasi
transisional menuju komunitas dalam kesetimbangan. Clements memberi istilah
untuk tingkat komunitas vegetasi transisi dengan nama SERE/SERAL, dan kondisi
akhir yang seimbang disebut sebagai Vegetasi Klimaks. Untuk komunitas tumbuhan
yang berbeda akan berkembang pada tipe habitat yang berbeda.
Beberapa ahli berpendapat bahwa
proses suksesi selalu progresif (selalu meng-alami kemajuan), sehingga membawa
pengertian ke dua hal :
a. Pergantian
progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari
habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
b. Pergantian
progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian
perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-jenis
tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat
dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi mi-salnya
hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan
sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).
Konsep lama tentang suksesi
menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat
diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks, konsep ini masih diterima.
Sedangkan menurut konsep mutakhir, suksesi ini tidak lebih dari pergantian
jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuai-kan
secara lebih baik dengan lingkungannya.
Suksesi ada dua tipe, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak
pada kondisi habitat awal proses terjadinya suksesi.
a. Suksesi
primer (Primary succession)
Suksesi primer merupakan
suatu tahapan perubahan komunitas biotik ke komunitas biotik lain, yang dimulai dengan kehadiran
tumbuhan pioner disuatu tempat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya
komunitas biotik tersebut sebelumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks
(climax forest ecosystem). Terjadi bila komunitas asal mengalami gangguan berat
sekali, sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total, dan di
tempat komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
Pada habitat baru ini
tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal tertinggal, gangguan ini
dapat terjadi secara alami seperti letusan gunung api, tanah longsor, endapan
lumpur dimuara sungai, endapan pasir di pantai, maupun akibat aktivitas manusia
seperti pertambangan, dll. Pada habitat tersebut secara perlahan, searah, dan
pasti akan berkembang menuju suatu komunitas yang klimaks dalam waktu lama,
proses ini disebut suksesi primer. Proses suksesi primer ini membutuhkan waktu
yang lama sampai ratusan tahun.
Suksesi primer dimulai di
atas bongkahan batu pada pulau yang baru timbul, delta yang baru terbentuk,
danau baru dan sebagainya. Pelapukan batu-batuan pada ekosistem yang rusak
total karena pengaruh iklim (hari panas, kering dan waktu hujan, dingin atau
basah), mengandung bahan unsur mineral dan organik yang dapat ditumbuhi oleh
tetumbuhan pioner (lumut kerak dan algae). Pengaruh iklim te-us berlangsung
hingga bahan mineral dan bahan organik semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi
oleh tumbuhan herba dan tahunan. Jika jalannya suksesi dipengaruhi atau
ditentukan oleh iklim disebut dengan klimaks-klimatis. Jika dipengaruhi oleh
habitat / tanah disebut klimaks edaphis. Tumbuhan atau organisme yang mampu
menghuni untuk pertama kalinya substrat yang baru digolongkan sebagai organisme
pionir yang mempunyai toleransi besar terhadap berbagai faktor lingkungan yang
ekstrim.
Gangguan ini dapat terjadi
secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur
yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula
karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuk-nya suksesi di Gunung
Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung
Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (likenes) serta tumbuhan
lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis
itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk
tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya
pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas peng-uraian bercampur dengan hasil
pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya
tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur.
Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan
herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi
demikian tidak menjadikan pioner subur tapi seba-liknya. Sementara itu, rumput
dan belukar dengan akarnya yang kuat terns meng-adakan pelapukan lahan.Bagian
tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih
tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka
terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon
mendesak tumbuhan belukar sehingga terben-tuklah hutan. Saat itulah ekosistem
disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni
perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem
itu.
b. Suksesi
sekunder
Proses suksesi sekunder
relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya terletak
pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya gangguan
menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami maupun buatan,
dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan tempat hidup
organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terbentuk sebelumnya),
masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat tersebut terjadi
perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder. Proses
kerusakan komunitas disebut denudasi, yang dapat disebabkan oleh api,
pengolahan, angin kencang, banjir, gelombang laut, penebangan hutan, dan
kegiatan-kegiatan biotis lainnya menyebabkan vegetasi asal musnah. Proses
suksesi se-kunder ini membutuhkan waktu sampai puluhan tahun.
Pada suksesi sekunder
benih ataupun biji-biji bukan berasal dari luar tetapi dari dalam habitat itu
sendiri. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran, banjir, angin
kencang dan gelombang laut (tsunami) secara alami dan penebangan hutan secara
selektif, pembakaran padang rumput secara sengaja dan kegiatan biotis
menyebabkan vegetasi asal musnah. Contoh seperti tegalan, semak belukar bekas
ladang, padang alang-alang dan kebun karet dan kebun kelapa sawit yang
ditinggalkan, adalah sebagian dari contoh komunitas sebagai hasil dari contoh
ko-munitas sebagai hasil suksesi. Komunitas ini masih mengalami perubahan
menuju kearah komunitas klimaks, kecuali bila dalam proses tersebut terjadi
lagi gangguan, maka suksesi akan mundur lagi dan mulai kembali dari titik nol.
Penelitian di dekat Samarinda, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa pembentukan
padang alang-alang terjadi hanya dalam waktu 4 tahun setelah penebangan hutan
primer atau hutan klimaks, memperlihatkan perubahan yang terjadi setelah
ditebang habis dan kemudian dibakar setiap tahun untuk dijadikan ladang padi.
Proses pergantian antar tingkat
dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat membutuhkan waktu puluhan,
ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang dibutuhkan suksesi sekunder
lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Tingkat perubahan komunitas
berlangsung dalam periode pendek dengan perkem-bangan yang cepat, hal ini
disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong pertumbuhan
vegetasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan sebagai
berikut :
- Perkembangan
sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya pertam-bahan
kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin
kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
- Semakin
kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan,
sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
- Peningkatan
produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkem-bangan tanah.
- Peningkatan
jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
- Peningkatan
pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan peningkatan jumlah jenis.
- Perubahan
iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form)
tumbuhan dan struktur komunitas.
- Komunitas
berkembang menjadi lebih kompleks.
Kecepatan proses suksesi pada
suatu komunitas atau ekosistem dipengaruhi oleh faktor, antara lain :
- Luasnya
komunitas asal yang rusak karena gangguan
- Jenis-jenis
tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
- Kehadiran
tumbuhan pemencar biji dan benih
- Iklim,
terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih la-in,
serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan
per-kembangan semai selanjutnya.
- Macam
atau jenis substrat baru yang terbentuk
- Sifat-sifat
jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Jika vegetasi yang ada
kemudian musnah dan timbul lahan kosong disebut la-han sekunder atau lahan
terdenudasi. Suksesi sekunder mempunyai tahap yang lebih sedikit daripada
suksesi primer, dan biasanya klimaks pada suksesi sekunder lebih cepat dicapai.
Sebaliknya proses suksesi
primer berjalan lambat, hal ini disebabkan oleh ke-adaan iklim batuan yang
kering yang disertai belum terbentuknya tanah. Karenanya hanya tumbuhan
tertentu yang dapat hidup pada keadaan tersebut. Spesies pertama hidup di atas
habitat yang belum pernah ditumbuhi tumbuhan disebut tumbuhan pioner, contoh
lumut. Tumbuhan lumut umumnya sangat sedikit pengaruhnya dalam penghan-curan
bongkah batuan menjadi tanah. Lumut dan tumbuhan berpembuluh merupakan
penyokong terbesar dalam pembentukan tanah dan vegetasi.
- Ada
beberapa macam tipe suksesi berdasarkan habitatnya yaitu:
a) Hidrosere
Tipe suksesi yang berkembang di daerah
(habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch. Vegetasi yang sering
berganti dalam hidrarch disebut hidrosere. Tipe suksesi ini tidak selalu
memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke perkem-bangan komunitas daratan.
Jika air yang ada dalam jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air
selalu bergerak kuat (gelombang) atau adanya kekuatan fisik lain, suksesi
menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan sukar meng-alami
pergantian.
b) Halosere
Suksesi yang dimulai pada tanah bergaram
atau air asin, biasanya dimulai dari jenis tumbuhan yang tahan kadar garam
tinggi, seperti Spindifec, Ipomea pescapre dll.
c) Xerosere
Suksesi vegetasi yang berkembang pada daerah
xerik (kering), disebut Xerarch. Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang
tinggal batuan induknya saja. De-ngan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu
hanyalah tumbuhan yang ta-han kering dan mampu hidup di tanah miskin.
Beberapa faktor penyebab suksesi
baik alami maupun tidak alamai atau buatan berikut ini adalah :
a. Iklim
: tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam
waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa akibat rusaknya
ve-getasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru
(kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan meng-ubah
kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa ke-adaan
yang tidak menguntung-kan pada vegetasi.
b. Topografi
: suksesi terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara lain :
· Erosi
: erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah
menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan
ak-hirnya proses suksesi dimulai.
· Pengendapan
(sedimentasi) : erosi yang melarutkan lapisan tanah, disuatu tem-pat tanah
diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan
vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat ter-sebut.
c. Biotik
: pemakan tumbuhan seperti serangga yang menjadi pengganggu di lahan pertanian
demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang
penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali
dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
d. Bencana
Alam : peristiwa bencana alam dapat menghilangkan semua jenis mahluk hidup
disuatu tempat atau hanya menghilangkan sebagian, demikian pula pada ha-bitat.
Kemudian di habitat yang baru secara perlahan muncul komunitas baru kembali.
3. Konsep
Klimaks
Tingkat akhir dari suksesi suatu komunitas tumbuhan, adalah
tercapainya keseimbangan dengan keadaan lingkungan. Jadi pada tingkat ini
hubungan langsung antara tumbuhan dengan lingkungannya telah mencapai suatu
stabilisasi. Tumbuhan lain yang datang bermigrasi ke dalam komunitas tumbuhan
itu tidak akan mudah mendapatkan tempat yang sesuai untuk perkembangannya.
Beberapa ciri komunitas klimaks antara lain adalah sebagai
berikut.
1) Mampu menyokong kehidupan
seluruh spesies yang hidup di dalamnya.
2) Mengandung lebih banyak makhluk
hidup dan macam – macam bentuk interaksi dibandingkan komunitas suksesional.
Jika berubah habitat menjadi ekstrem, sehingga tidak memenuhi syarat untuk
tumbuhnya tumbuhan awal maka akan digantikan oleh tumbuhan lainnya yang sesuai
dengan lingkungan yang baru, kemudian tumbuhan sehingga tumbuhan baru bisa
menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu
saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang telah teradaptasi dan mampu
bereproduksi dengan baik, hal inilah yang disebut suatu kimunitas telah
mencapai komunitas klimaks yang matang, dapat memelihara dirinya sendiri dan
selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Di dalam kondisi klimaks ini
spesies-spesies dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat
sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan invasi baru. Di dalam konsep
klimaks ini Clements berpendapat:
1. Suksesi
dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks
yang sama.
2. Klimaks
hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan
iklim itu saling berhubungan, kemudian klimaks ini disebut Klimaks Klimatik.
3. Setiap
kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri menentukan pembentukan
klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik akan tercapai pada saat
kondisi fisik di sub stratum tidak ekstrem untuk terjadinya perubahan terhadap
keadaan iklim di suatu wilayah. Terkadang klimaks dimodifikasi begitu besar
oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air, klimaks seperti
ini disebut Klimaks Edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan
lain dari klimatik di suatu wilayah, hal ini disebabkan adanya faktor edafik
yang mempunyai karakteristik yang tersendiri.
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa
faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, penggembalaan ternak,
keterge-nangan dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan
yang ti-dak sempurna (tahap sebelum klimaks) baik oleh faktor alam atau buatan,
keadaan ini disebut Sub Klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung
untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor penghalang/penghambat
dihilangkan.
Gangguan terhadap modifikasi klimaks yang sebenarnya dapat menyebabkan
terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi), dan keadaan ini disebut
Disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh
dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut.
Odum (1971) mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuhan yang
dominan pada pyrix klimaks misalnya antara lain : Melastoma polyanthum,
Macaranga sp, dan Melaleuca leucadendron. Jika pergantian iklim secara temporer
menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
maka disebut Pre Klimaks
Pada keadaan iklim dimana
vegetasi dilindungi dari manusia, penyakit, serangga dan api, maka kecambah
yang tumbuh akan hampir sama jenisnya dengan vegetasi dominan. Vegetasi berada
dalam keadaan seimbang dengan iklim, tanah dan hewan herbivora. Semua
unsur-unsur lingkungan tidak berubah, bentuk vegetasi dengan pola jenis-jenis
utamanya akan tetap demikian. Vegetasi yang berada dalam keseimbangan dinamis
dengan lingkungannya, kemungkinan masuknya jenis lain hampir tidak ada, karena
bekerja faktor-faktor pembatas, sedangkan pertumbuhan vegetasi dikendalikan
oleh pengaruh dari faktor-faktor pembatasnya untuk vegetasi tertentu. Vegetasi
yang demikian sekarang dikatakan berada dalam keadaan klimaks.
Tingkat akhir dari perkembangan komunitas tumbuhan ini disebut
“klimaks”. Ada dua pendapat mengenai bagaimana klimaks ini dapat dicapai oleh
suatu komunitas tumbuhan, yaitu :
1. Teori
Monoklimaks
Berpendapat bahwa tiap
daerah hanya mengalami satu kali klimaks saja. Ekolo-giawan pioner seperti
Braun-Blanquet dan Clements mengatakan bahwa klimaks itu adalah perkembangan
suatu vegetasi dan pembentukan tanah yang telah mencapai titik akhir setelah dipengaruhi
dan ditentukan oleh faktor iklim. Konsep ini disebut konsep “monoklimaks”,
sebab disini hanya satu faktor alam saja yang ditonjolkan dan dianggap memegang
peranan penting, yaitu faktor iklim. Dalam
konsep monoklimaks, Clements memperkenalkan pula beberapa istilah yang
berhubunga de-ngan tingkat-tingkat vegetasi dalam mencapai klimaks. Istilah itu
hanya menun-jukkan saja kesukaran menentukan klimaks dalam skala waktu.
- Subklimaks : tingkat yang
hampir berakhir dari suatu suksesi tetapi tetap bertahan dalam keadaan tersebut
dalam masa yang panjang, dan pada akhirnya tercapai juga tingkat klimaksnya.
- Disklimaks : yang berubah
setelah tercapainya klimaks disebabkan adanya gangguan terhadap alam
lingkungan.
- Postklimaks dan preklimaks :
perubahan iklim menurut garis lintang bumi me-nimbulkan perubahan vegetasi
meskipun kurang jelas. Bila terjadi suatu fluktuasi keadaan iklim, maka akan
timbul pula perubahan pada vegetasinya. Misalnya, bila iklim berubah menjadi
dingin dan lebih basah dari kondisi biasa menimbulkan postklimaks. Sedangkan
bila keadaan menjadi lebih hangat dan kering akan menimbulkan vegetasi yang
preklimaks.
2. Teori
Poliklimaks
Berpendapat bahwa semua
komunitas dalam daerah iklim tertentu tidak mencapai klimaks yang sama, hal ini
dipengaruhi kedaaan fisik habitat bervariasi. Odum dan para ahli ekologi
lainnya, terutama angkatan lebih muda berpendapat bahwa klimaks merupakan suatu
komunitas tumbuhan yang telah mencapai tingkat akhir dan stabil, setelah
mencapai atau melampaui seri-seri suksesi, kestabilan dan peng-abadian
komunitas tumbuhan. Tercapainya pengabadian karena komunitas tum-buhan telah
dapat menyesuaikan dengan satu atau beberapa faktor alam. Oleh karena itu,
konsep terakhir ini disebut “polyklimaks”.
3. Konsep
Whittaker (1953)
Menyatakan bahwa sebetulnya tidak ada
klimaks yang mutlak untuk tiap habitat, susunan klimaks mempunyai arti yang
relatif untuk suatu keadaan lingkungan dan untuk semua faktor-faktor ekosistem
yang ada. Sehingga baik monoklimaks dan poliklimaks tidak memenuhi kriteria
sesuai dengan kenyataan, karena klimaks me-rupakan suatu keadaan seimbang dari
produktivitas, struktur dan populasi dengan keseimbangan dinamis dari
populasi-populasi yang menentukan. Keanekaragaman vegetasi klimaks tergantung
dari keanekaragaman lingkungan dan macam populasi yang ada. Keseimbangan di
antara pergantian populasi dengan perubahan-per-ubahan dalam lingkungan, dan
vegetasi klimaks merupakan suatu pola dari popu-lasi yang berhubungan dengan
pola penurunan lingkungan
4. Teori
informasi (Odum 1971)
Dikemukakan oleh Odum yang merupakan jalan
tengah antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks. Odum berpendangan bahwa
suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan enersi dan
informasi dan pada saatnya akan menghasilkan energi dan informasi. Suatu sistem
berkembang, pada permulaannya memerlukan energi dan informasi sehingga disebut
sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan
informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan
keluaran energi dan informasi sama dengan satu atau hasil energi dan informasi
sama besar dengan masukan energi dan informasi, sistem yang demikian ini oleh
Odum disebut Klimaks.
Kedua konsep / teori monoklimaks dan
poliklimaks memiliki perbedaan, dima-na yang satu hanya menekankan kontrol dari
alam lingkungan terhadap vegetasi kli-maks itu kepada satu faktor alam saja
yaitu iklim, sedangkan yang lainnya menganggap bahwa tidak hanya iklim saja
yang dapat menentukan klimaks dari suatu vegetasi itu, tetapi mungkin juga
faktor-faktor alam lainnya, seperti faktor tanah, faktor biotik dll.
Sangat
sukar untuk memberi batasan pada apa yang disebut stabilisasi komu-nitas
tumbuhan yang telah mencapai klimaks tanpa mempertimbangkan soal waktu.
Persoalannya sekarang adalah suatu batas waktu tertentu untuk membedakan
komu-nitas-komunitas yang masih mengalami suksesi dan sudah mencapai klimaks.
Bila di-ukur dengan waktu geologi yang panjang dimana iklim selalu
berubah-berubah, ve-getasi dimuka bumi dapat dikatakan tidak pernah mencapai
klimaks dan selalu dalam keadaan suksesi. Kalau demikian adakah vegetasi yang
mencapai klimaks. Dalam hal ini kita perlu meninjau masalah klimaks ini dalam
ukuran waktu yang relatif, bukan dalam ukuran waktu yang absolut. Hanya dengan
cara begitu maka konsep klimaks ini ada manfaatnya bagi ilmu pengetahuan.
Aspek
yang sangat jelas dari pengertian klimaks secara teoritis adalah harus
di-tinjau dari sudut kecepatan perubahan dalam bentuk suksesinya. Pada
tingkat-tingkat permulaan suksesi tumbuhan, biasanya perubahan bentuk dan
komposisi tumbuhan relatif cepat sekali. Makin tua umur suksesi makin lama pula
perubahan-perubahan ve-getasi terjadi. Kemudian kalau dapat diperkirakan bahwa
perubahan yang lama ini ka-rena vegetasi itu telah mengarah kepada penyesuaian
terhadap alam lingkungan (iklim bagi konsep monoklimaks atau aneka ragam faktor
alam bagi konsep poly-klimaks), maka perubahan itu memang akan berhenti dalam
bentuk vegetasi klimaks.
C. Gangguan dan
Ketidakseimbangan Ekosistem
Dalam suatu ekosistem mempunyai
keteraturan, berwujud sebagai kemampuan untuk memelihara diri sendiri, mengatur
sendiri atau menahan berbagai perubahan serta mengadakan keseimbangan kembali,
kecuali jika secara serius terganggu oleh aktivitas manusia. Fokus pandangan
“keseimbangan alami” ini adalah pendefinisian faktor-faktor, terutama interaksi
antar spesies yang kelihatannya memeperhatikan stabilitas dalam komunitas yang
dapat mengembalikan stabilitas ke daerah yang terganggu. Stabilitas dalam
konteks ini adalah kecenderungan suatu komunitas untuk mencapai dan
mempertahankan suatu keseimbangan atau kondisi yang relatif konstan dalam
menghadapi gangguan.
Gangguan terhadap ekosistem dapat
diakibatkan oleh alam dan aktivitas manusia. Gangguan seringkali menciptakan
kesempatan bagi spesies-spesies sebelumnya tidak menempati habitat tersebut
untuk memantapkan dirinya disitu. Banyak hewan merupakan penyebab gangguan
komunitas, gundulnya padang rumput dan hutan dapat disebabkan oleh hewan-hewan
seperti rusa, jerapah, gajah, sapi dan kelompok herbivora lainnya akibat
terjadinya perumputan (over grassing), Gangguan ini bahkan disebabkan
oleh aktivitas manusia, yang dapat memiliki dampak paling besar pada komunitas
secara keseluruhan di muka bumi.
Penebangan dan pembukaan hutan untuk
pengembangan perkotaan, pertambangan dan pertanian telah mengurangi hamparan
hijau yang sangat luas menjadi kumpulan-kumpulan kecil rumpun pepohonan yang
tidak saling berhubungan dibanyak tempat di dunia ini sehingga mempertinggi
gejala efek api. Gangguan manusia umumnya mengurangi keanekaragaman spesies
dalam komunitas. Gangguan dapat mempengaruhi struktur komunitas pada hampir
semua skala. Gangguan skala kecil seringkali meningkatkan ketidakseragaman
lingkungan yang dapat sangat penting bagi pemeliharaan keanekaragaman spesies
dalam satu komunitas.
D. Dampak Aktivitas Manusia Terhadap Ekosistem
Ketika populasi manusia tumbuh hingga
mencapai suatu jumlah yang sangat besar, aktivtas dan kemampuan teknologi kita
dan lain hal telah mengganggu dinamika sebagian ekosistem di biosfer. Bahkan
saat kita masih belum secara sempurna merusak suatu sistem alamiah, tindakan
kita telah mengganggu struktur tropik, aliran energi, dan siklus materi
ekosistem pada sebagian besar wilayah dan daerah disunia. Pengaruh itu kadang
bersifat lokal atau regional, akan tetapi dampak ekologis manusia dapat
menyebar luas atau bahkan secara global.
1.
Perusakan Hutan
Hutan menurut undang-undang nomor
41 tahun 1999 adalah suatu kawasan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan sebagai
sekumpulan ekosistem dimana saling berhubungan erat antara hutan dan lingkungan
baik itu berupa pepohonan, benda-benda hayati dan non hayati, lingkungan
pendukung (jasa) dimana semua yang ada diatas selalu saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Hutan secara keseluruhan merupakan kumpulan hidup alam
hayati beserta alam lingkungannya.Keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan
hutan alam terdapat beragam jenis pepohonan, umur yang beragam dan tingkat
kerapatan yang tidak teratur dan pertumbuhan.
Faktor-faktor penyebab kerusakan
hutan yaitu sebagai berikut adalah ilegal
logging (penebangan liar),
kebakaran hutan, perambahan hutan, program pembangunan, serta serangan hama dan
penyakit. Selain faktor-faktor tersebut adanya Kebijakan pemerintah yang tidak
memihak kepada lingkungan misalnya, dalam penyusunan tata ruang, yang
seharusnya suatu lahan itu adalah kawasan hutan, menjadi kawasan pertanian,
pemukimam dan lain-lain juga menjadi faktor penyebab kerusakan hutan.
2. Pencemaran Tanah
Definisi dan Pengertian dari
Pencemaran tanah adalah kerusakan lapisan tipis bumi yang bermanfaat yaitu
tanah produktif untuk menumbuhkan tanaman sebagai sumber bahan makanan.Tanpa
tanah yang subur, petani tidak bisa bercocok tanam dan menghasilkan makanan
untuk orang di seluruh dunia.
Tanah yang subur dipengaruhi juga
oleh organisme seperti bakteri, jamur, dan organisme lain yang menguraikan
limbah dalam tanah dan menyediakan unsur hara. Unsur hara memberikan
pertumbuhan bagi tanaman.Pupuk dan pestisida dapat membatasi kemampuan
organisme tanah untuk menguraikan limbah.Akibat penggunaan pupuk dan pestisida
berlebihan dapat merusak produktivitas tanah.
Oleh hasil pembuangan limbah yang
mengandung bahan-bahan anorganik yang sukar terurai dalam tanah seperti
plastik, kaca, dan kaleng. Bahan-bahan ini sukar diuraikan oleh organisme dan
mengakibatkan produktivitas tanah akan berkurang.
Jika limbah atau sampah yang
dibuang mudah terurai oleh mikroorganisme, bahan-bahan itu akan mengalami
proses pembusukan kemudian terurai dan menyatu dengan tanah sehingga tidak
menimbulkan pencemaran.
Dampak langsung akibat limbah
yang dirasakan manusia adalah timbulnya bau yang tidak sedap dan kotor. Dampak
yang tidak langsung diantaranya tempat pembuangan limbah dapat menjadi tempat
berkembangnya organisme penyebab penyakit.Organisme ini dapat menyebabkan
pernyakit ataupun hanya sebagai vektor (pembawa) penyakit yang merugikan
manusia. Adapun penyakit yang dapat berkembang pada daerah berlimbah yang tidak
terjada sanitasinya seperti pes, kaki gajah, malaria, demam berdarah ataupun
penyakit yang lain.
3. Pencemaran Air
Air biasanya disebut tercemar
ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung
kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai
dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan.
Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga
menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
Pencemaran air dapat disebabkan
oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
· Sampah
organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen
pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat
berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
· Industri
membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan olehpembangkit listrik,
yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke
sungai seperti di sungai citarum
· Pencemaran
air oleh sampah
· Penggunaan
bahan peledak untuk menangkap ikan
Akibat yang ditimbulkan oleh
pencemaran air antara lain yaitu dapat menyebabkan banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat membuat
sumber penyakit, tanah longsor, dapat merusak ekosistem sungai, dan kerugian
untuk Nelayan.
4. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diakibatkan oleh
gas yang dikeluarkan oleh idusttri, kendaraan bermotor, dan kegiatan rumahtangga.
Gas-gas tersebut berupa gas hasil pembakaran fosil (minyak bumi, batu bara) dan
pengguna gas berbahaya, misal gas CFC (klorofluorokarbon).
a) Gas Hasil Pembakaran
Hasil pembakaran fosil
(minyak bumi, batu bara) berupa gas buangan dalam bentuk gas karbon dioksidaCO2 dan belerang dioksida (SO, SO2).
CO2 dikeluarkan
oleh pabrik, mesin, mobil, sepeda motor, kom[por minyak, pesawat terbang, dan
pembakaran kayu. Dengan semakin besarnya populasi manusia dan semakin
meningkatnya kesejahteraann, akan meningkatkan pembakaran yang mengakibatkan
gas buangan CO2semakin besar. Pencemaran udara di perkotaan dan
daerah industri lebih tinggi daripada di pedesaan.
Meningkatnya CO2 di udara dapat menyebabkan efek rumah
kaca.Pada sketsa efek rumahkaca yang dibandingkan dengan kondisi yang dialami
oleh planet ini.Bumi diselubungi oleh CO2 dan gas-gas pencemaran lainnya,
seolah-olah bumi yang diselubungi kaca.Pana matahari yang mencapai permukaan
bumidipantulkan ke angkasa.Akan tetapi, karana bumi diselubungi gas pecemaran
ini menyebabkan panas matahari terperangkap sehingga suhu bumi
meningkat.Peningkatan suhu bumi dikenal dengan istilah pemanasan global.
Dampak dari meningkatnya
suhu bumi adalah terjadi perubahan iklim dan es di kutub mencair. Jika ini
terjadi, permukaan air laut akan meningkat dan beberapa pentai akan tenggelam.
Meningkatnya belerang
oksida (SO, SO2) dapat meninggalkan hujan asam. Gas-gas
tersebut dengan air hujan membentuk asam sulfat, menyebabkan air hujan bersifat
asam. Hujan asam mengakibatkan tumbuhan mati, organisme telah mati, besi dan
logam berkarat sehingga membahayakan bangiunan dan jembatan. Akibat yang lain
ialah kerusakan bangunan sejarah, seperti candi. Hujan asam membuatnya cepat
kropos dan rusak. (gambar pohon mati karena hujan asam).
b) Gas CFC
CFC (klorofluorokarbon)
merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun. Gas inni
banya digunak sebagai gas pengembang (pembuat karet busa), pendingin (AC,
kulkas), dan menyemprot (hair spray parfum). Semaki banyaknya penggunaan CFC
akan menyebabkan semakin banyak gas tersebut yang terlepas ke udara dan
mencapai lapisan stratosfer.
Di stratosfer terdapat
gas Ozone (O3) yang merupakan lapisan pelindung bumi dari
cahaya ultraviolet. Adanay lapisan ozone menyebabkan cahaya ultraviolet
terpantul ke ruang angkasa dan hanya sebagian kecil yang mencapai bumi.
Gas CFC ddi stratosfer
dapat bereaksi dengan gas Ozone dan menyebabkan Ozone berkurang sehingga
terbentuk lubang ozone. Melalui lubang ozone teersebu, cahaya ultrsviolet
mencapai bumi dan mengakibatka tumbuhan menjadi kerdil, alga di laut
punah, terjadi mutasi genetic (perubahan sifat organisme), menyebabkan
kanker kulit dan mata. Menurut pengamatan, lobang ozone angg terjadi diatas
kutub selatan semakin meluas.
4. Pencemaran Suara
Pencemaran suara dapat
ditimbulkan oleh adanya suara bising yang disebabkan oleh suara mesin pabrik,
mesin penggilingan padi, mesin las, pesawat, kendaraan bermotor yang
berlalu-lalang, dan suara kereta api sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan
menyebutkan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Suara-suara bising ini dapat
menyebabkan terganggunya pendengaran manusia. Selain itu, lama-kelamaan suara
bising ini akan menimbulkan berbagai keluhan pada tubuh kita, misalnya, pusing,
mual, jantung berdebar-debar, sulit tidur, badan kaku, dan naiknya tekanan
darah.
E. Kaidah-Kaidah dalam Ekosistem.
Di dalam ekosistem interaksi
makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik) akan mengikuti
kaidah-kaidah alam sebagai berikut :
1. Suatu Ekosistem diatur dan
dikendalikan secara ilmiah
2. Suatu
Ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang. Di
atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali, dengan akibat
menimbulkan perubahan perubahan lingkungan atau krisis lingkungan dan tidak
lagi dalam keadaan lestari.
3. Terdapat
interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling mempengaruhi dan
bersifat timbal balik.
4. Interaksi
terjadi antara : Komponen biotis dengan komponen abiotis, Sesama komponen
biotis, Sesama komponen-komponen abiotis
5. Interaksi
itu senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk suatu
optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam
ukuran batas-batas kesanggupannya.
6. Setiap
ekosistem memiliki sifat yang khas disamping yang umum dan secara bersama-sama
dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan terhadap ekosistem keseluruhannya .
7. Setiap
ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat, waktu dan
masing-masing membentuk basis-basis perbedaan di antara ekosistem itu sendiri
sebagai pencerminan sifat-sifat yang khas.
8. Antara satu
dengan yang lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih
interaksinya pula secara tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya maka disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara
biologis, habitat seringkali diibaratkan sebagai “alamat” atau tempat tinggal
suatu organisme, sedangkan relung ekologi diibaratkan sebagai “profesi” atau
“status fungsional” suatu populasi organisme di alamatnya. Kelentingan merupakan
sifat dari suatu sistem yang memungkinkannya kembali pulih seperti keadaan
semula (stabilitas) dan daya dukung lingkungan merupakan batas teratas dari
pertumbuhan suatu populasi, di batas mana jumlah populasi itu tidak lagi dapat
didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada.
2. Homeostatis
merupakan kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem
secara keseluruhan, suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks
dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada
fase klimaks sedangkan klimaks adalah tingkat akhir dari suksesi suatu
komunitas tumbuhan, adalah tercapainya keseimbangan dengan keadaan lingkungan.
3. Stabilitas
dalam komunitas dapat mengembalikan stabilitas ke daerah yang terganggu adapun
gangguan terhadap ekosistem dapat diakibatkan oleh alam dan aktivitas manusia.
4. Aktivitas
manusia dapat berakibat langsung pada lingkungan baik berupa aktivitas yang
membawa dampak positif maupun negatif seperti pembakaran hutan dan pencemaran
limbah.
5. Di
dalam ekosistem interaksi makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik)
akan mengikuti kaidah-kaidah alam.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan
yang diperoleh maka penulis menyarankan :
1. Kepada
mahaiswa agar menjaga lingkungan disekitarnya karena sebagai manusia kita juga
memegang peranan penting di dalam perkembangan ekosistem.
2. Kepada
mahasiwa agar memahami dan menghayati konsep tentang perkembangan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Ekologi
Tumbuhan Ekosistem.http://pustakabiolog.files.wordpress. com/2012/10/bab-4-ekosistem-1.docx diakses 23 Februari
2013 pukul 20.30 WITA
Anonim.2012.Ekologi
Tumbuhan Suksesi.http://pustakabiolog.files.wordpress.
com/2012/10/bab-5-suksesi.docx diakses 23 Februari 2013 pukul 19.10
WITA
Fitri, Dwi Eka.2012. Klimaks. http://diwimothy.blogspot.com/2012/04/ klimaks.html diakses 23 Februari 2013 pukul 19.15 WITA
Hairad, Andika.2012.Dampak Kegiatan Manusia terhadap
Lingkungan. http://andhikahairad.blogspot.com/2012/11/karya-tulis.html diakses 23 Februari 2013 pukul 19.20 WITA
Pradewa.2012.Tahap-Tahap
Suksesi. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012
/02/tahap-tahap-suksesi.html diakses 23
Februari 2012 pukul 19.34 WITA
Umar, Muhammad
Ruslan.2010.Modul Bahan Ajar Ekologi Umum.Makassar: Universitas
Hasanuddin
Klasifikasi Tumbuhan
Tingkat Rendah dan Tingkat Tinggi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.(wikipedia,2012)
Dasar pengelompokan makhluk hidup antara sistem klasifikasi yang satu dengan yang lain mungkin saja berbeda. Namun, pada umumnya klasifikasi makhluk hidup tersebut mempunyai tujuan dan manfaat yang hampir sama. Tujuan klasifikasi antara lain yaitu, mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup agar mudah dikenali, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri, melihat hubungan kekerabatan antar anggota kelompok makhluk hidup dalam klasifikasi tersebut, menyederhanakan objek studi, dan mengurutkan proses evolusi/ perkembangan suatu makhluk hidup berdasarkan hubungan kekerabatan dengan golongan lain. (Ameilia Siregar, 2010, /bio/Tujuan dan Manfaat Klasifikasi).
Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.(wikipedia, 2012)
Selain memiliki tujuan, klasifikasi juga bermanfaat untuk kepentingan manusia. Adapun manfaat klasifikasi antara lain untuk mengetahui jenis-jenis makhluk hidup, mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. (Tujuan dan Manfaat Klasifikasi _ Chem-Is-Try.Org,2012).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum klasifikasi tumbuhan ini antara lain untuk mengenal contoh-contoh tumbuhan tingkat rendah, dan mempelajari dan mengenal spematophyta (tumbuhan tingkat tinggi). (penuntun ptaktikum biologi umum,2012).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem dua kingdom dikemukakan oleh Aristoteles dibagi menjadi 2 kingdom : 1. Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) ciri–ciri : memiliki dinding sel, berklorofil,mampu berfotosintesis 2. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) ciri–ciri : tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil,mampu bergerak bebas.(Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem tiga kingdom dikemukakan oleh Ernst Haeckel dibagi menjadi 3 kingdom : 1. Kingdom Protista ciri : uniseluler atau multiseluler 2. Kingdom Plantae ciri : autotrof, eukariot multiseluler, reproduksi dgn spora 3. Kingdom Animalia ciri : heterotrof, eukariot multiseluler. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem empat kingdom dikemukakan oleh Herbert Copeland. Dibagi menjadi 4 kingdom : 1. Kingdom Monera, ciri-ciri memiliki inti tanpa membran inti (prokariotik) 2. Kingdom Protista, terdiri dari organisme bersel satu dan bersel banyak 3. Kingdom Plantae, terdiri dari jamur, tumbuhan lumut, tumb. paku, tumbuhan biji 4. Kingdom Animalia, terdiri dari semua hewan dari protozoa sampai chordata. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
1.1 Latar belakang
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan.(wikipedia,2012)
Dasar pengelompokan makhluk hidup antara sistem klasifikasi yang satu dengan yang lain mungkin saja berbeda. Namun, pada umumnya klasifikasi makhluk hidup tersebut mempunyai tujuan dan manfaat yang hampir sama. Tujuan klasifikasi antara lain yaitu, mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup agar mudah dikenali, mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri, melihat hubungan kekerabatan antar anggota kelompok makhluk hidup dalam klasifikasi tersebut, menyederhanakan objek studi, dan mengurutkan proses evolusi/ perkembangan suatu makhluk hidup berdasarkan hubungan kekerabatan dengan golongan lain. (Ameilia Siregar, 2010, /bio/Tujuan dan Manfaat Klasifikasi).
Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.(wikipedia, 2012)
Selain memiliki tujuan, klasifikasi juga bermanfaat untuk kepentingan manusia. Adapun manfaat klasifikasi antara lain untuk mengetahui jenis-jenis makhluk hidup, mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. (Tujuan dan Manfaat Klasifikasi _ Chem-Is-Try.Org,2012).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum klasifikasi tumbuhan ini antara lain untuk mengenal contoh-contoh tumbuhan tingkat rendah, dan mempelajari dan mengenal spematophyta (tumbuhan tingkat tinggi). (penuntun ptaktikum biologi umum,2012).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Perkembangan Klasifikasi Makhluk Hidup
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem dua kingdom dikemukakan oleh Aristoteles dibagi menjadi 2 kingdom : 1. Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) ciri–ciri : memiliki dinding sel, berklorofil,mampu berfotosintesis 2. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) ciri–ciri : tidak memiliki dinding sel, tidak berklorofil,mampu bergerak bebas.(Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem tiga kingdom dikemukakan oleh Ernst Haeckel dibagi menjadi 3 kingdom : 1. Kingdom Protista ciri : uniseluler atau multiseluler 2. Kingdom Plantae ciri : autotrof, eukariot multiseluler, reproduksi dgn spora 3. Kingdom Animalia ciri : heterotrof, eukariot multiseluler. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan klasifikasi makhluk hidup sistem empat kingdom dikemukakan oleh Herbert Copeland. Dibagi menjadi 4 kingdom : 1. Kingdom Monera, ciri-ciri memiliki inti tanpa membran inti (prokariotik) 2. Kingdom Protista, terdiri dari organisme bersel satu dan bersel banyak 3. Kingdom Plantae, terdiri dari jamur, tumbuhan lumut, tumb. paku, tumbuhan biji 4. Kingdom Animalia, terdiri dari semua hewan dari protozoa sampai chordata. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan klasifikasi makhluk
hidup sistem lima kingdom dikemukakan oleh Robert H. Whittaker. Dibagi menjadi
5 kingdom : 1. Kingdom Monera, ciri : prokariotik (Archaebacteria dan
Eubacteria) 2. Kingdom Protista, Ciri : uniseluler/multiseluler, eukariotik 3.
Kingdom Fungi, Ciri : eukariotik, heterotrof, tidak berklorofil, dinding sel
dari zat kitin. 4. Kingdom Plantae, Ciri : uniseluler/multiseluler, eukariotik,
autotrof 5. Kingdom Animalia, Ciri : multiseluler, eukariotik, heterotrof.
(Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Kingdom Eubacteria 6. Kingdom Archaebacter. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). Kelebihannya adalah mampu menjelaskan kingdom monera secara spesifik, sehingga memberikan informasi yang cukup signifikan bagi kingdom monera. Kelemahan sistem ini pada dasarnya tidak ada, namun bagi beberapa pakar ilmuwan sering menjadi pro dan kontra, karena kingdom monera merupakan kingdom yang sudah mencakup bakteri archae dan eubacteria sehingga tidak perlu di bagi lagi..5 Perkembangan sistem klasifikasi 6 kingdom dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977. Dibagi menjadi 6 kingdom : 1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) 2. Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) 3. Kingdom Protista 4. Kingdom Mycota (Dunia Jamur)
Perkembangan sistem klasifikasi 7 kingdom ini diperkenalkan oleh ahli Cavalier-Smith tahun 1998. sistem ini dikembangkan dari sistem kingdom sebelumnya dan secara garis besar digolongkan dalam dua kelas utama prokariot dan eukariot (2 Empires, Chatton 1937) dari kedua golongan besar ini dibagi lagi, eukariot mencakup Animalia, Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan golongan prokariot mencakup Eubacteria dan Archaebacteria. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan sistem klasifikasi 8 kingdom terbagi menjadi 8 kingdom dan 3 domain antara lain, (Animalia, Plantae, Monera, Fungi, Protista, Aarchea, Archeazo, Chromista, dan Bacteria). (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). Perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Periode tertua (abad ke- 4 SM)
2. Periode system Habitus (abad ke-4 SM sampai abad ke-17M)
3. Periode sistem numerik (awal abad 18)
4. Periode sistem alam (akhir abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19)
5. Periode Sistem Filogenetik dari Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
6. Sistem Klasifikasi Kontemporer (abad ke- 20)
(penuntun biologi umum,2012)
2.2 Taksonomi Dunia Tumbuhan
Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh, pemerian, pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini merupakan cabang dari taksonomi.
Berikut takson dunia tumbuhan :
- Kerajaan = kingdom,
- Divisi = divisio,
- Kelas = classis,
- Bangsa = ordo,
- Suku = familia,
- Marga = genus,
- Jenis = spesies,
(wikipedia,2012)
2.3 Divisio Tumbuhan
Dalam biologi, divisio atau divisi adalah istilah yang sama dengan filum. Divisio dipakai dalam taksonomi untuk kerajaan tumbuhan dan fungi. Terdapat beberapa versi divisio tumbuhan, namun versi-versi ini umumnya sepakat pada sebagian besar pembagian. Divisio-divisio tersebut adalah :
Superdivisio Bryophyta contohnya Bryophyta (Lumut-lumutan), Superdivisio Pteridophyta contohnya Lycopodiophyta (Rane dan Paku kawat), Psilophyta (Psilofita), Equisetophyta (Paku ekor kuda), Filicophyta atau Pteridophyta (Paku-pakuan atau pakis-pakisan), dan Superdivisio Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) contohnya Cycadophyta (Pakis haji atau sikas), Ginkgophyta (Ginkgo), Pinophyta (Tumbuhan berdaun jarum atau tumbuhan runjung / konifer), Gnetophyta (Melinjo-melinjoan, dan Magnoliophyta atau Angiospermophyta (Tumbuhan berbiji tertutup).
(wikipedia,2012).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum Biologi Umum acara ke-2 Klasifikasi Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Pada hari kamis, 11 Oktober 2012 pukul 15.00-16.40 WIB.
3.2 Bahan dan alat
Alat yang digunakan pada praktikum tentang klasifikasi yaitu gelas piala 250 ml, pipet tetes, lup, pisau, pinset, jarum bertangkai, slide glass, cover glass, dan mikroskop.
Bahan yang diperlukan yaitu bakteri air parit dan Saccharomyces dan jamur ganoderma (Tallophyta), Lumut daun (Briophyta), Paku fertil (Pteridophyta), dan yang termasuk spermatophyta adalah Pinus (Pinus merkusii), Melinjo (Gnetum gnemon), Putri malu (Mimosa pudica), dan Alang-alang (Imperata Cylindrica).
3.3 Cara kerja
3.3.1. Pengenalan Contoh-Contoh Tumbuhan Tingkat Rendah
a. Bakteri air parit
Mengambil mikroskop, mengambil cairan (air parit) dengan pipet tetes, meneteskan pada kaca objek, menutup dengan kaca penutup. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan diafragma bukaan kecil, dan menggambarkan bagian-bagian baktteri dikertas.
b. Saccharomyces
Organisme ini terdapat pada air tapai. Mengambil 2 tetes cairan air tapai, meneteskan pada kaca objek, menutup dengan kaca penutup, mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x dengan diafragma kecil,
c. Ganoderma
Mengambil jamur ganoderma, mengamati bagian-bagian dari jamur ganoderma dengan menggunakan lup, dan menggambar bagian jamur dikertas.
d. Lumut daun
Mengambil lumut daun, mengamati bagian-bagian dari lumut daun dengan menggunakan lup, dan menggambar bagian-bagian lumut daun dikertas.
e. Paku fertil
Mengambil tumbuhan paku fertil, mengamati dengan kaca pembesar atau mikroskop stereo, menggambar bagian-bagian dari tumbuhan paku fertil dikertas.
3.3.2. Mempelajari dan Mengenal Spermatophyta
A. Pengenalan Gymnospermae
Contoh tumbuhan kelas Gymnospermae antara lain pinus (Pinus merkusii), dan melinjo (Gnetum gnemon).
1. Pinus merkusii
Mengambil tumbuhan pohon pinus, mengamati bagian-bagian dari pohon pinus, mengamati dan menggambarkan strobilus betina yang telah terbuka, ada beberapa biji pada satu daun sisik, strobilus jantan dan daunnya. Dan beberapa helai daun yang bersatu pada tangkainya.
2. Gnetum gnemon
Mengambil tumbuhan melinjo, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan melinjo dengan kaca pembesar, menggambarkan bagian-bagian dari tumbuhan melinjo.
B. Pengenalan Angiospermae
-Pengenalan Dicotyledoneae
Contoh tumbuhannya adalah putri malu (Mimosa pudica). Mengambil tumbuhan putri malu, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan putri malu dengan menggunakan kaca pembesar, dan menggambarkan bagian-bagian dari tumbuhan putri malu.
Kingdom Eubacteria 6. Kingdom Archaebacter. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). Kelebihannya adalah mampu menjelaskan kingdom monera secara spesifik, sehingga memberikan informasi yang cukup signifikan bagi kingdom monera. Kelemahan sistem ini pada dasarnya tidak ada, namun bagi beberapa pakar ilmuwan sering menjadi pro dan kontra, karena kingdom monera merupakan kingdom yang sudah mencakup bakteri archae dan eubacteria sehingga tidak perlu di bagi lagi..5 Perkembangan sistem klasifikasi 6 kingdom dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977. Dibagi menjadi 6 kingdom : 1. Kingdom Animalia (Dunia Hewan) 2. Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan) 3. Kingdom Protista 4. Kingdom Mycota (Dunia Jamur)
Perkembangan sistem klasifikasi 7 kingdom ini diperkenalkan oleh ahli Cavalier-Smith tahun 1998. sistem ini dikembangkan dari sistem kingdom sebelumnya dan secara garis besar digolongkan dalam dua kelas utama prokariot dan eukariot (2 Empires, Chatton 1937) dari kedua golongan besar ini dibagi lagi, eukariot mencakup Animalia, Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan golongan prokariot mencakup Eubacteria dan Archaebacteria. (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011).
Perkembangan sistem klasifikasi 8 kingdom terbagi menjadi 8 kingdom dan 3 domain antara lain, (Animalia, Plantae, Monera, Fungi, Protista, Aarchea, Archeazo, Chromista, dan Bacteria). (Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011). Perkembangan sistem klasifikasi dari masa ke masa secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Periode tertua (abad ke- 4 SM)
2. Periode system Habitus (abad ke-4 SM sampai abad ke-17M)
3. Periode sistem numerik (awal abad 18)
4. Periode sistem alam (akhir abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19)
5. Periode Sistem Filogenetik dari Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
6. Sistem Klasifikasi Kontemporer (abad ke- 20)
(penuntun biologi umum,2012)
2.2 Taksonomi Dunia Tumbuhan
Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh, pemerian, pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini merupakan cabang dari taksonomi.
Berikut takson dunia tumbuhan :
- Kerajaan = kingdom,
- Divisi = divisio,
- Kelas = classis,
- Bangsa = ordo,
- Suku = familia,
- Marga = genus,
- Jenis = spesies,
(wikipedia,2012)
2.3 Divisio Tumbuhan
Dalam biologi, divisio atau divisi adalah istilah yang sama dengan filum. Divisio dipakai dalam taksonomi untuk kerajaan tumbuhan dan fungi. Terdapat beberapa versi divisio tumbuhan, namun versi-versi ini umumnya sepakat pada sebagian besar pembagian. Divisio-divisio tersebut adalah :
Superdivisio Bryophyta contohnya Bryophyta (Lumut-lumutan), Superdivisio Pteridophyta contohnya Lycopodiophyta (Rane dan Paku kawat), Psilophyta (Psilofita), Equisetophyta (Paku ekor kuda), Filicophyta atau Pteridophyta (Paku-pakuan atau pakis-pakisan), dan Superdivisio Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) contohnya Cycadophyta (Pakis haji atau sikas), Ginkgophyta (Ginkgo), Pinophyta (Tumbuhan berdaun jarum atau tumbuhan runjung / konifer), Gnetophyta (Melinjo-melinjoan, dan Magnoliophyta atau Angiospermophyta (Tumbuhan berbiji tertutup).
(wikipedia,2012).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan waktu
Praktikum Biologi Umum acara ke-2 Klasifikasi Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Pada hari kamis, 11 Oktober 2012 pukul 15.00-16.40 WIB.
3.2 Bahan dan alat
Alat yang digunakan pada praktikum tentang klasifikasi yaitu gelas piala 250 ml, pipet tetes, lup, pisau, pinset, jarum bertangkai, slide glass, cover glass, dan mikroskop.
Bahan yang diperlukan yaitu bakteri air parit dan Saccharomyces dan jamur ganoderma (Tallophyta), Lumut daun (Briophyta), Paku fertil (Pteridophyta), dan yang termasuk spermatophyta adalah Pinus (Pinus merkusii), Melinjo (Gnetum gnemon), Putri malu (Mimosa pudica), dan Alang-alang (Imperata Cylindrica).
3.3 Cara kerja
3.3.1. Pengenalan Contoh-Contoh Tumbuhan Tingkat Rendah
a. Bakteri air parit
Mengambil mikroskop, mengambil cairan (air parit) dengan pipet tetes, meneteskan pada kaca objek, menutup dengan kaca penutup. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan diafragma bukaan kecil, dan menggambarkan bagian-bagian baktteri dikertas.
b. Saccharomyces
Organisme ini terdapat pada air tapai. Mengambil 2 tetes cairan air tapai, meneteskan pada kaca objek, menutup dengan kaca penutup, mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x dengan diafragma kecil,
c. Ganoderma
Mengambil jamur ganoderma, mengamati bagian-bagian dari jamur ganoderma dengan menggunakan lup, dan menggambar bagian jamur dikertas.
d. Lumut daun
Mengambil lumut daun, mengamati bagian-bagian dari lumut daun dengan menggunakan lup, dan menggambar bagian-bagian lumut daun dikertas.
e. Paku fertil
Mengambil tumbuhan paku fertil, mengamati dengan kaca pembesar atau mikroskop stereo, menggambar bagian-bagian dari tumbuhan paku fertil dikertas.
3.3.2. Mempelajari dan Mengenal Spermatophyta
A. Pengenalan Gymnospermae
Contoh tumbuhan kelas Gymnospermae antara lain pinus (Pinus merkusii), dan melinjo (Gnetum gnemon).
1. Pinus merkusii
Mengambil tumbuhan pohon pinus, mengamati bagian-bagian dari pohon pinus, mengamati dan menggambarkan strobilus betina yang telah terbuka, ada beberapa biji pada satu daun sisik, strobilus jantan dan daunnya. Dan beberapa helai daun yang bersatu pada tangkainya.
2. Gnetum gnemon
Mengambil tumbuhan melinjo, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan melinjo dengan kaca pembesar, menggambarkan bagian-bagian dari tumbuhan melinjo.
B. Pengenalan Angiospermae
-Pengenalan Dicotyledoneae
Contoh tumbuhannya adalah putri malu (Mimosa pudica). Mengambil tumbuhan putri malu, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan putri malu dengan menggunakan kaca pembesar, dan menggambarkan bagian-bagian dari tumbuhan putri malu.
-Pengenalan Monocotyledoneae
Contoh tumbuhan monocotyledoneae adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Mengambil tumbuhan alang-alang, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan alang-alang dengan menggunakan kaca pembesar, menggambar bagian-bagian dari tumbuhan alang-alang.
Contoh tumbuhan monocotyledoneae adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Mengambil tumbuhan alang-alang, mengamati bagian-bagian dari tumbuhan alang-alang dengan menggunakan kaca pembesar, menggambar bagian-bagian dari tumbuhan alang-alang.
IV. PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Terdapat berbagai jenis tumbuhan pada saat pelaksanaan praktikum tentang klasifikasi tumbuhan. Tumbuhan tersebut dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta).
4.2.1 Tumbuhan Tingkat Rendah
Tumbuhan tingkat rendah yang ada pada saat praktikum antara lain (saccharomyces, jamur ganoderma, paku fertil, lumut).
a. Sacchromyces
Saccharomyces merupakan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil. Mikroorganisme ini dapat membantu proses fermentasi dan dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Biasa ditemukan di air tapai.
Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.Menurut Dr. Anton Muhibuddin (2011), beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum. (wikipedia,2012)
Kerajaan: Fungi
Filum: Ascomycota
Kelas: Saccharomycetes
Ordo: Saccharomycetales
Famili: Saccharomycetaceae
Genus: Saccharomyces
(E.C. Hansen 1838) Meyen
b. Jamur Ganoderma
Jamur ini merupakan tumbuhan tingka rendah yang sering dijumpai atau hidup di pohon yang lapuk. Jamur ini memiliki banyak pori-pori.
Merupakan organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, daun sehingga disebut dengan tumbuhan tallus. Tubuh terdiri dari satu sel (uniseluller) dan bersel banyak (multiseluller). Sel berbentuk benang (hifa). Hifa akan bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium. Tubuh multiseluller terdiri atas hifa yang bersekat. Hidup terestrial saprofit, parasit atau membentuk mikorhiza. Tubuh buah disebut basidiokarp yaitu tempat terbentuknya basidium dan dan basidium terbentuk spora basidium. Basidiokarp tersusun atas basidiun-basidium yang di dalamnya berisi spora (basidiospora). Basidium ada yang terdiri atas satu sel dan ada yang bersekat-sekat terbagi. Sel bersifat eukaryotik, tidak mempunyai klorofil, sebagai parasit atau saprofit. Menyukai hidup pada tempat yang lembab dan tidak menyukai akan adanya cahaya. Fase dikaryotik lebih panjang di cirikan oleh adanya basidium dan basidiospora, basidiospora dibentuk di liau basidium, basidiospore yang dibentuk selalu 4, hasil fruktifikasi disebut basidiocarp. Mempunyai tingkat perkembangan sederhana, belum membentuk tubuh buah, basidium bebas. Hifa pendukung membentuk tubuh buah dan basidium terkumpul membentuk himenium yang didukung himenofor. Himenium terletak di atas tubuh buah. Spora sangat banyak dan secara aktif dilontarkan oleh basidium. Tubuh buah tanpa Himenofor yang menonjol, himenium terletak di atas tubuh buah dan sudah terbentuk Sejas tubuh buah maÃz muda, lamella atau papan, sehingga permukaan menjadi lebih luas. Basidiolarp seperti kertas / kulit / belulang / kayu. Himenium terdapat pada satu sisi atau seluruhnya, banyak tumbuh pada pohon atau sebagai saprofit dan bisa merusak kayu bangunan. Ganoderma applanatum tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada kayu lapuk. Ganoderma applanatum tidak mempunyai batang dan bertumbuh di atas batang-batang. Cendawan yang baru bertumbuh berwarna kuning muda kecoklatan, setelah itu Ganoderma applanatum akan berubah warna menjadi coklat. Cara reproduksi : Dengan cara vegetatif dan fragmentasi. Reproduksi aseksual dengan fregmentasi sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk spora pada basidium. (wikipedia,2012)
Klasifikasi Ganoderma :
Divisi : Basidiomycetes
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Hymenomycetales
Familia : Polyporaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma applanatum
4.2 Pembahasan
Terdapat berbagai jenis tumbuhan pada saat pelaksanaan praktikum tentang klasifikasi tumbuhan. Tumbuhan tersebut dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta).
4.2.1 Tumbuhan Tingkat Rendah
Tumbuhan tingkat rendah yang ada pada saat praktikum antara lain (saccharomyces, jamur ganoderma, paku fertil, lumut).
a. Sacchromyces
Saccharomyces merupakan mikroorganisme yang berukuran sangat kecil. Mikroorganisme ini dapat membantu proses fermentasi dan dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Biasa ditemukan di air tapai.
Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.Menurut Dr. Anton Muhibuddin (2011), beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum. (wikipedia,2012)
Kerajaan: Fungi
Filum: Ascomycota
Kelas: Saccharomycetes
Ordo: Saccharomycetales
Famili: Saccharomycetaceae
Genus: Saccharomyces
(E.C. Hansen 1838) Meyen
b. Jamur Ganoderma
Jamur ini merupakan tumbuhan tingka rendah yang sering dijumpai atau hidup di pohon yang lapuk. Jamur ini memiliki banyak pori-pori.
Merupakan organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, daun sehingga disebut dengan tumbuhan tallus. Tubuh terdiri dari satu sel (uniseluller) dan bersel banyak (multiseluller). Sel berbentuk benang (hifa). Hifa akan bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium. Tubuh multiseluller terdiri atas hifa yang bersekat. Hidup terestrial saprofit, parasit atau membentuk mikorhiza. Tubuh buah disebut basidiokarp yaitu tempat terbentuknya basidium dan dan basidium terbentuk spora basidium. Basidiokarp tersusun atas basidiun-basidium yang di dalamnya berisi spora (basidiospora). Basidium ada yang terdiri atas satu sel dan ada yang bersekat-sekat terbagi. Sel bersifat eukaryotik, tidak mempunyai klorofil, sebagai parasit atau saprofit. Menyukai hidup pada tempat yang lembab dan tidak menyukai akan adanya cahaya. Fase dikaryotik lebih panjang di cirikan oleh adanya basidium dan basidiospora, basidiospora dibentuk di liau basidium, basidiospore yang dibentuk selalu 4, hasil fruktifikasi disebut basidiocarp. Mempunyai tingkat perkembangan sederhana, belum membentuk tubuh buah, basidium bebas. Hifa pendukung membentuk tubuh buah dan basidium terkumpul membentuk himenium yang didukung himenofor. Himenium terletak di atas tubuh buah. Spora sangat banyak dan secara aktif dilontarkan oleh basidium. Tubuh buah tanpa Himenofor yang menonjol, himenium terletak di atas tubuh buah dan sudah terbentuk Sejas tubuh buah maÃz muda, lamella atau papan, sehingga permukaan menjadi lebih luas. Basidiolarp seperti kertas / kulit / belulang / kayu. Himenium terdapat pada satu sisi atau seluruhnya, banyak tumbuh pada pohon atau sebagai saprofit dan bisa merusak kayu bangunan. Ganoderma applanatum tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada kayu lapuk. Ganoderma applanatum tidak mempunyai batang dan bertumbuh di atas batang-batang. Cendawan yang baru bertumbuh berwarna kuning muda kecoklatan, setelah itu Ganoderma applanatum akan berubah warna menjadi coklat. Cara reproduksi : Dengan cara vegetatif dan fragmentasi. Reproduksi aseksual dengan fregmentasi sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk spora pada basidium. (wikipedia,2012)
Klasifikasi Ganoderma :
Divisi : Basidiomycetes
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Hymenomycetales
Familia : Polyporaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma applanatum
c. Paku fertil
Paku fertil merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sering dijumpai. Tumbuhan ini memiliki sorus yang didalamnya banyak mengandung spora. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan cara seksual. Paku fertil termasuk ke dalam divisio pteridophyta yang termasuk ke dalam tumbuhan tingkat rendah. Tumbuhan paku bereproduksi dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Reproduksi secara generatif yaitu perkembang biakan yang melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Sedangkan reproduksi secara vegetatif dengan cara pembentukan spora. Perkembang biakan tersebut berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. (Wikipedia,2012)
d. Lumut daun
Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah karena belum memiliki akar , daun dan batang sejati. Tumbuhan ini banyak di temukan di pinggir jalan yang keadaannya lembab. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina (dari bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia.
4.2.2 Tumbuhan Tingkat Tinggi (Spermatophyta)
Tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat pada saat praktikum dibagi menjadi kelas Gymnospermae (Pinus merkusii, dan Gnetum gnemon) dan Angiospermae mempunyai subkelas yaitu Dicotyledoneae (Mimosa pudica) dan Monocotyledoneae (Imperta cylindrica).
A. Pengenalan Gymnospermae
1. Pinus merkusii
Pohon pinus merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang sering ditemukan di pinggir jalan. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan cara seksual, dan memiliki strobilus. Tumbuhan berkayu, panjang 30-50(70) m, diameter batang 60-80 cm, selalu berdaun hijau, saat pohon muda pucuk selalu berbentuk kerucut, dengan cabang kuat. Daun dimorfik, tersusun spiral, berbentuk jarum, panjang 15-25 cm, hijau gelap, langsing dan kaku, dengan satu atau dua berkas pembuluh pengangkutan dan saluran resin. Tumbuhan ini hampir selalu berumah satu. Strobilus ♂ aksilar atau terminal pada sirung pendek, dengan banyak mikrosporofil bertangkai dan dua kantong sari. Serbuk sari dengan dua gelembung udara, yang pada perkecambahan merupakan dua sel protalium. Strobilus ♀ terminal atau aksilar, dengan banyak sisik-sisik penutup yang tersusun dalam spiral. Pada ketiak sisik penutup terdapat satu sisik biji dengan dua bakal biji yang mikropilnya menghadap ke sumbu. Sehabis penyerbukan sisik-sisik penutup dan sisik-sisik biji membesar dan mengayu selanjutnya terjadilah buah yang berbentuk kerucut. Biji kecil, oval, ringan, mempunyai sayap ke samping, lembaga dengan 2-15 daun lembaga. Berbunga pada bulan Mei-Juni. Buah masak pada bulan Oktober-Nopember. (wikipedia)
2. Gnetum gnemon
Melinjo merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena sudah memiliki akar, daun dan batang sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas gymnospermae, dan berkembagbiak dengan cara seksual.Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina) . Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging. Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek). Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl. (wikipedia,2012).
Kerajaan : Plantae
Melinjo merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena sudah memiliki akar, daun dan batang sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas gymnospermae, dan berkembagbiak dengan cara seksual.Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbiji terbuka, berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina) . Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging. Tanaman melinjo dapat diperbanyak dengan cara generatif (biji) atau vegetatif (cangkokan, okulasi, penyambungan dan stek). Tanaman melinjo dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl. (wikipedia,2012).
Kerajaan : Plantae
Divisi : Gnetophyta
Kelas : Gnetopsida
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : G. Gnemon
B. Pengenalan Angiospermae
Pengenalan Dicotyledoneae
Contoh tumbuhan dicotyledoneae adalah putri malu (Mimosa pudica).
a. Mimosa pudica (putri malu)
Putri malu merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena sudah memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas angiospermae dan subkelas dicotyledoneae. Tumbuhan ini berkembang biak dengan cara aseksual. Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Kata pudica sendiri dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh. Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri malu tidak peduli darimana arah datangnya sentuhan. (wikipedia,2012)
B. Pengenalan Angiospermae
Pengenalan Dicotyledoneae
Contoh tumbuhan dicotyledoneae adalah putri malu (Mimosa pudica).
a. Mimosa pudica (putri malu)
Putri malu merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena sudah memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas angiospermae dan subkelas dicotyledoneae. Tumbuhan ini berkembang biak dengan cara aseksual. Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Kata pudica sendiri dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh. Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri malu tidak peduli darimana arah datangnya sentuhan. (wikipedia,2012)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : M. pudica
Pengenalan Monocotyledoneae
Contoh tumbuhan mononcotyledoneae adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
a. Imperata cylindrica (alang-alang)
Alang-alang merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena telah memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas angiospermae dan subkelas monocotyledoneae. Berkembangbiak dengan cara aseksual.
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak suku Panicoideae.
Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih.
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Poales
Famili :Poaceae
Genus :Imperata
Spesies :I.cylindrica
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : M. pudica
Pengenalan Monocotyledoneae
Contoh tumbuhan mononcotyledoneae adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
a. Imperata cylindrica (alang-alang)
Alang-alang merupakan tumbuhan tingkat tinggi karena telah memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuhan ini termasuk ke dalam kelas angiospermae dan subkelas monocotyledoneae. Berkembangbiak dengan cara aseksual.
Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan ditempatkan dalam anak suku Panicoideae.
Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga, sebagian kerapkali (merah) keunguan, kerapkali dengan karangan rambut di bawah buku. Tinggi 0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih.
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Poales
Famili :Poaceae
Genus :Imperata
Spesies :I.cylindrica
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah saya lakukan banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan beraneka ragam jenis dan karakteristik masing-masing. Untuk memudahkan dalam mengetahui berbagai jenis macam tumbuhan maka dilakukan pengklasifikasian.
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Tujuannya untuk memudahkan objek studi, dan manfaatnya adalah mengetahui kekerabatan antar makhluk hidup.
Klasifikasi dunia tumbuhan terbagi menjadi tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Contoh tumbuhan tingkat rendah antara lain Scizophyta, Tallophyta, Briophyta, dan Pteridophyta, sedangkan contoh tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta) terbagi menjadi kelas gymnospermae dan angiospermae. Kelas angiospermae dibagi menjadi 2 subkels yaitu Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae. Contoh tumbuhannya antara lain, gymnospermae (Pinus merkusii, dan Gnetum gnemon), dan angiospermae subkelas dicotyledoneae putri malu (Mimosa pudica) dan subkelas monocotyledoneae alang-alang (Imperata cylindrica).
DAFTAR PUSTAKA
Tim Biologi Umum Jurusan Budidaya Pertanian. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Pertanian UNPAR
Ameilia Siregar.blogspot.com ,2010 : http//Tujuan dan Manfaat Klasifikasi. 11 Oktober 2012, 19.37 WIB
_,2012 : http//Tujuan dan Manfaat Klasifikasi _ Chem-Is-Try.Org. 11 Oktober 2012, 19.43 WIB
Wikipedia. 2012. Divisio. http://id.wikipedia.org/wiki/divisio . 11 Oktober 2012, 19.55 WIB
2011 : http//Sejarah Klasifikasi « Biology Education.html,2011. 11 Oktober 2012
Wikipedia. 2012. Divisio tumbuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/divisio tumb . 11 Oktober 2012, 20.07 WIB
Wikipedia. 2012. Divisio. http://id.wikipedia.org/wiki/divisio . 11 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. Taksonomi tumbuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/taksonomi tumb . 11 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. pinus. http://id.wikipedia.org/wiki/pinus . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. melinjo. http://id.wikipedia.org/wiki/melinjo . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012. Alang-alang. http://id.wikipedia.org/wiki/alang-alang . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.saccharomyces. http://id.wikipedia.org/wiki/saccharomyces . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.ganoderma. http://id.wikipedia.org/wiki/ganoderma . 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.briophyta. http://id.wikipedia.org/wiki/briophyta. 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.paku fertil. http://id.wikipedia.org/wiki/paku fertil. 13 Oktober 2012,
Wikipedia. 2012.putri malu. http://id.wikipedia.org/wiki/putri malu. 13 Oktober 2012
Berbagai Musim
Di Dunia
- Musim
Semi
Musim
semi adalah
satu dari empat musim di daerah nontropis, peralihan dari musim dingin ke musim
panas.
Di belahan utara bumi, musim
semi dimulai sekitar tanggal 21 Maret hingga 21 Juni , sementara di
belahan selatan bumi musim semi dimulai sekitar tanggal 23 September hingga 21
Desember musim semi terjadi setelah musim dingin, dimana tumbuh-tumbuhan mekar kembali,
karna itulah musim semi juga disebut “musim bunga”. musim semi membuat siang
hari menjadi lebih panjang daripada malam hari. hawa di musim semi biasanya
terasa hangat karna menjelang musim panas. berbeda dengan musim gugur yang
udaranya terasa dingin karna menjelang musim dingin.
- Musim
Panas
Musim
panas adalah
salah satu musim di negara berhawa sedang. Tergantung letak sebuah negara,
musim panas dapat terjadi pada waktu yang berbeda-beda.
Di belahan utara bumi, musim
panas dimulai sekitar tanggal 21 Juni hingga 23 September, sementara di
belahan selatan bumi musim panas dimulai sekitar tanggal 21 Desember hingga 21
Maret.
Di banyak negara, musim panas
adalah musim liburan Sekolah. Pada musim ini orang-orang suka pergi ke Pantai
untuk Berjemur. Selain itu, pada musim panas buah-buahan dan
tumbuh-tumbuhan umumnya sedang pada masa pertumbuhan penuhnya.
- Musim
Gugur
Musim
gugur adalah
salah satu dari empat musim di daerah beriklim sedang, masa peralihan dari
musim panas ke musim dingin.
Dalam zona beriklim sedang,
musim gugur adalah musim di mana kebanyakan tumbuhan dipanen atau ditunai, dan
pohon deciduous melepas daun-daun mereka. Dia juga merupakan musim di mana
hari-hari bertambah pendek dan dingin (terutama di latituda utara), dan
peningkatan presipitasi di beberapa bagian dunia.
Di belahan utara bumi, musim
gugur dimulai sekitar tanggal 23 Septembar hingga 21 Desember, sementara di
belahan selatan bumi musim gugur dimulai sekitar tanggal 21 Maret hingga
21 Juni.
Secara Astronomi,Bumi mulai
dengan equinox autumnal dan berakhir pada titk balik matahari.
Namun, meteorologis menghitung bulan-bulan September, Oktober, dan November di
belahan Utara dan Maret, April, dan Mei di belahan Selatan sebagai musim gugur.
Suatu pengecualian definisi ini ditemukan di Kalender Irlandia di mana mereka
masih mengikuti putaran Keltik, di mana musim gugur dihitung dari bulan-bulan Agustus,
September dan Oktober.
- Musim
Dingin
Musim
dingin atau musim salju ialah saat paling dingin di bumi. Merupakan
salah satu dari 4 musim di negeri-negeri yang beriklim tropis dan sedang.
Di belahan utara bumi, musim
dingin dimulai sekitar tanggal 21 Desember hingga21 Maret, sementara di belahan
selatan bumi musim dingin dimulai sekitar tanggal 21 Juni hingga 23 Septemberr.
- Musim
Kemarau
Musim
kemarau atau musim kering adalahmusim di daerah tropis yang
dipengaruhi oleh sistem muson. Untuk dapat disebut musim kemarau, curah hujan
per bulan harus di bawah 60 mm per bulan (atau 20 mm per dasarian) selama tiga
dasarian berturut-turut. Wilayah tropika di Asia Tenggara dan Asia Selatan,
Australia bagian timur laut, Afrika, dan sebagian Amerika Selatan mengalami
musim ini.
Musim kemarau adalah pasangan
dari musim penghujan dalam wilayah dwimusim.
Gejala ENSO dikenal dapat
memperpanjang durasi musim ini sehingga mengakibatkan kekerngan berkepanjangan.
- Musim
Hujan
Musim
hujan atau musim basah adalah musim dengan ciri meningkatnya curah
hujan di suatu wilayah dibandingkan biasanya dalam jangka waktu tertentu secara
tetap. Musim hujan hanya dikenal di wilayah dengan iklim tropis. Secara
teknis meteorologi, musim hujan dianggap mulai terjadi apabila curah hujan
dalam tigadasarianberturut-turut telah melebihi 100 mm per meter persegi per
dasarian dan berlanjut terus. Apabila hal ini belum terpenuhi namun curah hujan
telah tinggi kondisinya dianggap sebagai peralihan musim (pancaroba).
Di daerah tropis musim hujan
bergantian dengan musim kemarau (musim kering) dan sangat dipengaruhi oleh
pergerakan semu matahari tahunan. Pergerakan matahari mengubah peta suhu udara
dan permukaan tanah dan samudera. Pada gilirannya perbedaan suhu akan mengubah
konsentrasi uap air di udara. Biasanya musim hujan terjadi pada bagian bumi
yang tengah mengalami posisi zenith peredaran semu matahari
Pada satu waktu, kurang lebih separuh Bumi menghadap Matahari dan bagian tersebut
mengalami siang hari. Karena rotasi ... Posisi Bumi sedikit miring pada porosnya dan
kemiringan itulah yang menyebabkan adanyaberbagai
musim.
3. Mutiara,tia,dkk.2006.Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMK dan
MAK Kelas X.jakarta: erlangga
Aryulina,Diah,Dkk.2006.
Biologi SMA dan MA untuk KELAS X.JAKARTA:ERLANGGA
Daftar Pustaka
1.
Purwoko, Agung. et al. 2007. Biologi SMA X. Semarang:
CV Mitra Media Pustaka.
Susilowarno, Gunawan. et al. 2007. Biologi SMA X.
Jakarta: Grasindo.
Winatasasmita, Djambur dan Sukarno. 2000. Biologi 1.
Jakarta: PT Garuda Maju Cipta.
www.brainneiyudi.blogspot.com
4 dan 5. DAFTAR
PUSTAKA
Afrizal,
D. 2010.
http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-penyakit.html
diakses pada tanggal 5 Maret 2011
Chandra,budi.
2003.Vektor Penyakit
Menular Pada Manusia. http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf
. diakses tanggal 4 maret 2011.
Nurmaini.
2001. Identifikasi
vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles Aconitus secara
sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf.
diakses tanggal 4 maret 2011.
Peraturan
Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tenteng Pengendalian
Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. diakses
tanggal 4 maret 2011.
Rahayu,
Subekti. 2004. Semut
Sahabat Petani. http://www.blueboard.com/kerengga/pdf/rahuya.pdf. di akses
tanggal 4 maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar