BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata manajemen berasal
dari bahasa perancis kuno management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan
mengatur. Kata manajemen jika dilihat dari bahasa latin yaitu “manus” yang artinya “to
control by hand” atau “gainresult”. Manajemen dapat didefinisikan sebagai
“proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan, dan
pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas
dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”.
Mary parker follet
mendefinisikan manajamen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut
Ricky W. Griffin, manajemen sebagai sebuah proses perencanaan dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran ( goals ) secara efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sedangkan
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir
dan sesuai dengan tujuan organisasi. Menurut James A.F Stoner definisi
manajemen lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek penting pengelolaan, manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Mamduh,
1997).
Manajemen dapat diterapkan
dalam berbagai bentuk organisasi, dan setiap organisasi memiliki norma sendiri
dalam menerapkan manajemen sebagai sistem yang menjalankan roda organisasi. Dalam menjalani
aktivitas sehari-hari, manajemen sangat dibutuhkan. Misalnya dalam manajemen
hidup sehari-hari, manajemen kerja, manajemen perkantoran dan lain sebagainya.
Suatu sistem agar
dapat berjalan dengan baik diperlukan manajemen yang baik pula. Suatu dalil umum yang
dapat disimpulkan dari proses menggerakkan orang-orang dan menggerakkan
fasilitas-fasilitas yang berlaku sebagai dasar petunjuk bagi seseorang dalam
melakukan perbuatan-perbuatan atau menjalankan tindakannya untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki disebut dengan prinsip manajemen.
Ilmu menejemen bersifat
universal, dan menggunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup
kaidah-kaidah prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua
situasi manajerial. Hal ini terbukti bahwa ilmu manajemen dapat diterapkan
dalam semua organisasi manusia. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi
manusia seperti, perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial dan lain-lain.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui prinsip – prinsip manajemen
2.
Untuk mengetahui macam-macam manajemen
3.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan dalam manajemen
koordinasi
4.
Untuk mengetahui komunikasi serta bagian-bagiannya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah Prinsip
dan Macam Manajemen ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prinsip dan macam
manajemen yang meliputi prinsip-prinsip manajemen, macam-macam manajemen,
prinsip-prinsip pengelolaan dalam manajemen koordinasi dan komunikasi.
BAB II
ISI
2.1 Prinsip
– Prinsip Manajemen
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau
nilai-nilai yang menjadi inti suatu keberhasilan sebuah manajemen.Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip
manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan bersifat lentur dalam arti
bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan
situasi-situasi yang berubah. Tiga prinsip pokok
manajemen adalah Rasional dalam mengambil keputusan , efektivitas, dan
efisiensi.
Menurut Henry
Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis. Henry
Fayol dikenal sebagai pelopor manajemen modern. Banyak dari
pendapat-pendapatnya menjadi landasan atau dasar dari praktek manajemen sampai
dengan saat sekarang ini. Salah satu diantaranya adalah 14 prinsip manajemen
yang dikemukakan olehnya. Prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1. Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian
kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan
kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan
prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like
and dislike. Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan
memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi
penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang
baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh
karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja
sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip
lainnya.
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority
and responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan
wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti
pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap
pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan
wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.
3. Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan
patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan
erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka
disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan
disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap
pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan,
karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah . Karyawan harus tahu
kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang
diperolehnya , sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
5. Kesatuan pengarahan (Unity of
direction)
Pelaksanaan
kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari
Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority
and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity
of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan
mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus
mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan.
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan
menuju sasarannya.
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan
kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan
suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.Setiap karyawan dapat mengabdikan
kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran
bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya
kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang
dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7. Penggajian pegawai
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan
kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja dan tercapainya
tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Prinsip
more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan
prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada
perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam
bekerja. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat
bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.
8. Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan
pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak
ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan
berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk
menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang
ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority)
.
9. Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya
atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada
manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini,
maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab
dan dari siapa ia mendapat perintah.
10.
Ketertiban (Order)
Ketertiban
dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan
maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan
disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan
pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa
bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.
11. Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah
satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran
terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan
kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang
yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya
dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
12. Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan
karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan
lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan
adanya ketertiban dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang
berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak
terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan
dalam bekerja.
13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa
(inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya
manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan
merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu,
seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang
dilahirkan karyawannya. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang
menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu
yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya.
14. Semangat kesatuan dan semangat korps
Semangat
kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap
karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh
dirinya .Artinya , karyawan memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib
sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik . Manajer
yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de
corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan
melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.
2.2
MACAM – MACAM MANAJEMEN
Ada beberapa tinjauan manajemen dari berbagai segi Berikut adalah macam
- macam manajemen :
2.2.1 Dari Segi Tingkatan
Dari segi tingkatan manajemen dibagi menjadi tiga :
1. Top Management
Manajer bertanggung jawab atas pengaruh
yang ditimbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari
organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang
dimiliki para manajer tingkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk
membuat dan merumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkat manajer
dibawahnya.
2. Middle
Management
Manajemen menengah harus memiliki keahlian
interpersional / manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama
dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal:
manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Lower Management
Manajer bertanggung jawab
menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang
lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian teknis, artinya
keahlian yang mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian, pengetahuan
dan keahlian dalam bidang khusus. Misalnya supervisor/pengawas produksi dan mandor.
2.2.2 Dari Segi Sifat, manajemen terdiri atas :
1. Patrimonial Management
Patrimonial
management ini menunjukkan proses pemillihan pimpinan perusahaan
berdasarkan hubungan kekerabatan, dalam artian posisi penting dalam organisasi
atau perusahaan ini diberikan oleh pimpinan kepada seseorang berdasarkan
hubungan kekeluargaan atas sistem famili (keluarga).
2. Political Management
Political
management ini menunjukkan adanya posisi pada ketua atau pimpinan dalam
pemerintah itu dipegang oleh pejabat pemerintah. Mereka ada yang menjabat
sebagai menteri, gubernur, atau pejabat TNI dan lainnya. Jadi, political management ini artinya,
organisasi-organisasi tersebut menjalankan manajemen yang memilih seorang
pimpinan berdasarkan hubungan politik.
3. Professional Management
Jenis manajemen ini tidak lagi mempertimbangkan
unsur hubungan keluarga dan politik. Tetapi, posisi manajer ini benar-benar
diberikan kepada orang-orang yang mempunyai kemampuan dan kejujuran.
Orang-orang seperti inilah yang dipercaya dan dipilih untuk memimpin perusahaan
atau organisasi karena mereka mengakui kemampuannya dalam memimpin. Jadi, professional management itu artinya,
posisi penting diberikan oleh pimpinan kepada seseorang berdasarkan keahlian,
kecakapan, dan kejujuran.
2.2.3 Dari segi sistem, manajemen dibagi
sebagai berikut :
1.
Manajemen Ilmiah
Manajemen Ilmiah adalah
manajemen yang berdasar ilmu, artinya yang dapat dikaji secara ilmiah,
dianalisis dengan menggunakan metode ilmiah dan dapat diperoleh suatu sintesis. Mempergunakan metode
ilmiah dalam menghadapi masalah atau kasus berarti pada waktu menghadapi
masalah atau kasus dan berusaha mencari jawaban atau jalan pemecahan si manajer
bersikap obyektif, sistematis, rasional, factual, analitis, dan kritis. Namun
dalam pelaksanaan dari keputusan-keputusan nanti barulah ia bersikap sesuai
dengan iklim social, psikologis, dan sebagainya. Manajemen ilmiah
dapat dipelajari secara ilmiah di tempat-tempat pendidikan (sekolah, penidikan
tinggi atau tempat-tempat kursus). Pelopor Manajemen Ilmiah adalah F.W.
Taylor ( USA) dan H.Fayol (Perancis). Mereka mencoba
mengkaji/mempelajari gerak perusahaan serta mencoba mengubah cara kerja dan
cara berpikir di kalangan perusahan. Kalau semula secara tradisional perusahaan
digerakkan dan dikendalikan oleh pemilik perusahaan itu sendiri, maka F.W.
Taylor mengatakan tidak harus digerakkan dan dikendalikan oleh pemilik
perusahaan (pemegang saham), tetapi hendaknya dipimpin oleh orang-orang yang
betul-betul mempunyai kecakapan dan kemampuan serta pengalaman yang cukup. Maka
F.W. Taylor mengubah cara kerja dengan sistem gerak dan waktu (time
and motion study). Ia membuat daftar catatan yang harus dipergunakan oleh
para pekerja, daftar catatan itu berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Setiap gerak dalam proses produksi dicatat secara cermat gerak dan waktunya
untuk menyelesaikan pekerjaan.
2.
manajemen sistematis
Manajemen
sistematis adalah manajemen yang melakukan praktik manajerial terhadap jalannya
roda organisasi dengan merangkai seluruh kegiatan secara tersusun sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Manajemen Sitematis menunjukkan bahwa segala
sesuatu diatur secara sistematis, yaitu secara tertib, rapi dan teratur dengan
tujuan untuk menghindarkan hal-hal yang tidak dikehendaki. Dengan perkataan
lain, sebelum usaha/kegiatan berjalan segala sesuatu harus diperinci dengan
sematang-matangnya. Sehingga saat kegiatan pelaksanaan dimulai sampai dengan
tujuan yang diinginkan berjalan lancar dan menjadi kenyataan. Selain itu Manajemen sistematis
merupakan jenis manajemen yang digemari oleh para insinyur dan teknisi pada
umumnya yang berjiwa eksakta. Penerapan manajemen ini dapat dilihat
pada operasi penerbangan, pelayaran dan sektor perhubungan lainnya. Segala
Sesuatu yang berkaitan dengan perjalanan telah dipersiapkan dengan sangat
terinci dan cermat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama
perjalanan.
3. Manajemen Terbuka (Open Management)
Manajemen Terbuka sering
menimbulkan salah pengertian, yang dimaksud dengan “ terbuka “ di sini adalah
di mana pimpinan sebelum mengambil suatu keputusan terlebih dahulu memberi
kesempatan kepada staf dan bawahannya untuk memberikan saran-saran, ide-ide
atau pendapat-pendapat, namun keputusan tetap ditentukan oleh pimpinan.
Kesempatan untuk memberikan masukan-masukan kepada pimpinan dengan tujuan agar
para staf atau bawahan ikut serta memikirkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
organisasi dan ikut serta pula memecahkannya temasuk mengembangkan organisasi.
Ditinjau dari pengertian positif dimana segala sesuatu yang dilakukan oleh
pimpinan harus dikontrol oleh staf atau bawahannya, hal ini karena biasanya
dalam setiap jabatan pasti ada yang bersifat rahasia dan tidak boleh terbuka.
Dengan sifat keterbukaan ini yaitu dengan diberikan kesempatan untuk
mengemukakan gagasan-gagasan, pendapat-pendapat atau saran-saran dapat
menimbulkan kegairahan, apalagi kalau gagasan-gagasan, pendapat-pendapat atau
saran-saran dapat diterima dan digunakan, maka yang mempunyai ide tersebut akan
merasa senang. Selain itu akan tibul suatu kompetisi yang sehat, berlomba-lomba
untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi. Kebaikan pada manajemen terbuka adalah para
bawahan ikut serta memikirkan kesulitan - kesulitan yang di hadapi organisasi
dan ikut memikirkan cara - cara pemecahan masalah yang dihadapi dan
mengembangkan usaha - usaha perusahaan. Keburukan dari manajemen ini adalah
mengambil keputusan lama, bertele - tele dan biaya.
4. Manajemen Tertutup
Dalam manajemen tertutup , manajer tidak memberitahukan atau
menginformasikan kadaan perusahaan kepada para bawahan walaupun dalam batas-batas
tertentu. Keputusan di ambil tanpa melibatkan partisipasi para bawahannya dalam
proses mengambil keputusan tersebut.Kebaikan dari manajemen ini adalah
mengambil keputusan cepat,karena tidak melibatatkan partisipasi bawahan dalam
mengambil keputusan tersebut.Keburukan dari manajemen ini adalah problem dan
pemecahan masalah yang di hadapi perusahaan hanya di hadapi manager.
5. Manajemen Diktator
Berdasarkan keputusan mutlak pemimpin dan dijalankan berdasarkan
kekerasan.
6. Manajemen Demokratis
Yang dimaksud dengan
demokratis di sini adalah mengarah ke demokrasi Pancasila, seperti yang
terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dimana disebutkan bahwa “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Jadi para staf
dan bawahan bukan sekedar menyumbangkan pemikiran , prakarsa serta petimbangan
semata, tetapi ikut serta menentukan keputusan atas dasar musyawarah untuk
mufakat. Pelaksanaan
manajemen demokrasi hampir sama dengan manajemen terbuka .Perbedaan antara lain
terletak pada manajemen demokrasi hanya dapat dilakukan dalam suatu
organisasi jika setiap anggotanya mempunyai hak suara yang sama, seperti MPR,
DPR, koperasi dan lain lain. Kebaikan manajemen demokrasi yaitu keputusan yang
diambil relatif lebih baik, karena di pikirkan dan diputuskan oleh orang
banyak. Keburukan dari manajemen ini adalah biaya, waktu untuk mengambil
keputusan cukup lama, bahkan bertele - tele sebab pemikiran pemikiran para
anggota tidak sama dan sering beradu argumentasi. Dilanjutkan dengan tulisan
asas manajemen.
7. Manajemen
tradisional.
Manajemen Tradisional adalah
manajemen yang digunakan dengan sistem kerja dan cara berpikir mengikuti
cara-cara zaman dahulu dan bahkan sampai masa sekarang ini masih ada yang
menggunakannya. Manajemen tradisional biasanya digunakan turun temurun, tidak
ada kreasi, monoton dan tidak dinamis. Pada
manajemen ini Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun dijadikan satu-satunya
model pengelolaan organisasi. Misalnya, manajemen Pondok Pesantren Salafiah
sangat tradisional. Kepemimpinan kiai bersifat turun-temurun mengikuti system
monarki.
8. Manajemen Paternalistik
atau Manajemen Bapak
Manajemen kebapaan dalam pelaksanaan manajerial berpusat pada
petunjuk dan kehendak pimpinan sebagai penguasaan tunggal. Dikatakan
“manajemen bapak “, karena dalam setiap usaha/kegiatan dari organisasi selalu
mengikuti jejak bapak (pimpinan), apa yang dikatakan bapak itulah yang benar. Seorang manajer atau leader dalam organisasi akan memandang
bahwa semua pegawai adalah anak-anak yang harus diperhatikan, diayomi, dan
tidak diberikan kepercayaan sepenuhnya. Pengawasan kepada pegawai seperti
mengawasi anak sendiri. Pegawai dipandang belum menguasai sepenuhnya kinerja
organisasi. Oleh karena itu, seluruh kinerjanya harus merujuk sepenuhnya kepada
petunjuk pimpinan. Manajemen paternalistic tidak begitu peduli dengan proses
kaderisasi, bahkan baginya kesuksesan sangat bergantung kepada kepemimpinannya
sendiri
Untuk manajemen semacam ini terdapat aspek baik buruknya. Kebaikannya adalah
kalau pemimipin tetap pada proporsi yang sebenarnya dan berlaku objektif,
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai tujuan organisasinya.
Keburukannya adalah kalau bapaknya berlaku tidak baik, maka bawahannyapun akan
berlaku seperti bapaknya, maka lambat laun perusahaan/organisasinya akan
hancur. Keburukan lainnya adalah kalau kalau bapaknya sudah mampu memimpin dan
diganti dengan bapak yang baru (tidak mengikuti cara lama) , maka akan
mengalami hambatan dalam memimpin bawahannya.
2.2.4 Dilihat dari segi
luasnya atau ruang lingkupnya, manajemen dapat dibagi :
1.
Makro manajemen
Makro manajemen adalah manajemen dengan ruang lingkup yang
besar, pada umumnya terdapat dalam bidang kenegaraan dan perusahaan-perusahaan
besar.
2.
Mikro manajemen
Mikro manajemen adalah manajemen dengan ruang lingkup yang
kecil/sempit/khusus (misalnya manajemen personalia, pergudangan, financial, dan
lain sebagainya).
2.2.5 Dari sifat kerja, manajemen dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
1.
Manajemen
Administratif (MA)
Manajemen administratif yaitu manajemen atau pejabat/pimpinan
yang kerjanya menitikberatkan pada pemikiran kerja (suatu pendekatan dari
pimpinan atas sampai ke tingkat paling bawah serta para pekerjanya). Dipelopori
oleh Henry Fayol.
2.
Manajemen Operatif
(MO)
Adalah manajemen atau pejabat/pimpinan yang langsung memimpin
kerj ke arah tercapainya kerja yang nyata. Maksudnya adalah suatu pendekatan
dari pimpinan atas sampai ke tingkat paling bawah yang titik beratnya pada
efisiensi dan produktivitas. Dipelopori oleh F.W. Taylor.
3. Manajemen Administratif dan Manajemen Operatif (MA/MO)
Adalah manajemen atau pejabat atau pimpinan/pejabat yang dapat
bertindak sebagai manajemen administratif dan manajemen operatif (pejabat
interpretor), yakni dapat menterjemahkan mnajemen administratif ke manajemen
operatif dan sebaliknya.
Peran pejabat ini sangat penting karena hasil
karya manajemen administratif yang bersifat garis-garis besar (umum) dan
berbentuk kebijakan (policy=bahasa pikir). Untuk memudahkan dalam pelaksanaan
oleh pejabat pelaksana dalam tugas interpretor diberikan dalam bentuk kerja
praktis (operasional).
2.3 Prinsip-prinsip Pengelolaan dalam Manajemen Koordinasi
2.3.1 Pengertian Koordinasi
Menurut G.R.
Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan
jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan
tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing
dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya
di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Menurut Mc.
Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana
pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya
dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
Sementara
itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses
pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang
terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Menurut
Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan
kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam satuan pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat
(1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat
dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan
kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena
satu sama lain saling mempengaruhi.
2.3.2 Prinsip koordinasi
Karena
adanya pembagian tugas/kerja dalam organisasi maka individu-individu atau
kelompok-kelompok dalam organisasi merupakan bagian dari organisasi yang
masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri - sendiri oleh karena itu
perlu dan harus diarahkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Prinsip-
prinsip koordinasi tersebut antara lain :
1.
Prinsip kesatuan arah dan tujuan.
2.
Prinsip kesepakatan tentang kegiatan atau
tindakan yang harus dilakukan masing-masing pihak, termasuk target dan
jadwalnya.
3.
Prinsip ketaatan dan loyalitas.
4.
Prinsip saling tukar informasi kegiatan,
hasil yang dicapai dan masalah yang dihadapi.
5.
Prinsip saling menghormati, saling percaya
dan saling membantu.
6.
Prinsip Profesionalitas.
7.
Prinsip saling dapat dipercaya.
8.
Prinsip Ketepatan penggunaan alat koordinasi.
9.
Prinsip Efisiensi
10.
Prinsip adanya koordinator atau pemimpin yang
menggerakan dan memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dalam organisasi dan
mengerti serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2.3.3 Teknik Koordinasi dengan
Pendekatan Proses Manajemen
Karena
peranannya sebagai fungsi yang mengintegrasikan seluruh proses organisasi maka
koordinasi perlu dilakukan dalam setiap tahapan proses manajemen. Hal ini
diperlukan karena setiap tahapan proses manajemen tentu memerlukan keterpaduan
peran para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mencapai tujuan
organisasi. Oleh karena itu, koordinasi dianggap sebagai salah satu kunci
sukses dalam proses manajemen. Dengan kata lain, koordinasi merupakan esensi
manajemen dan secara implisit terkandung dalam fungsi-fungsi manajemen. Teknik
koordinasi dalam tahapan proses manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Koordinasi
dalam Perencanaan.
Koordinasi dalam perencanaan merupakan upaya untuk
mengintegrasikan berbagai perencanaan melalui diskusi yang saling menguntungkan,
tukar pikiran. Contoh, koordinasi antara unit kelitbangan dan unit
kesekretariatan untuk mengoptimalkan peran kelitbangan yang didukung
kesekretariatan yang handal.
b. Koordinasi
dalam Pengorganisasian.
Koordinasi merupakan esensi
organisasi. Koordinasi dalam pengorganisasian sangat diperlukan manajemen
antara lain dalam distribusi tugas. Misalnya, untuk kegiatan reformasi
birokrasi dalam suatu instansi maka dibentuk satu tim reformasi yang bertugas
menyusun konsep reformasi birokrasi. Dalam tim tersebut ditetapkan beberapa
sub-tim yang diberi tugas untuk mempersiapkan konsep spesifik, misalnya:
sub-tim keuangan, sub-tim sumber daya manusia, sub-tim grand-design dan
sebagainya.
c. Koordinasi
dalam staffing.
Dalam penempatan pegawai perlu dilakukan koordinasi untuk
menjamin pegawai yang tepat di tempat yang tepat (the right man on the right
place). Misalnya, untuk menghasilkan keputusan promosi jabatan pada beberapa
jabatan tertentu maka dilakukan rapat Baperjakat yang terdiri dari unsur
pimpinan dan unsur kesekretariatan khususnya kepegawaian.
d. Koordinasi
dalam directing.
Efektivitas arahan, instruksi dan pedoman sangat
bergantung pada harmonisasi atasan dan bawahan. Misalnya, dalam satu unit
tertentu, pimpinan memberikan arahan ke mana unit tersebut diarahkan untuk
mendukung tugas, pokok dan fungsi organisasi.
e. Koordinasi
dalam pengawasan.
Koordinasi melalui pengawasan diperlukan untuk menjamin
sigkronisasi antara kinerja aktual dengan kinerja yang distandarkan. Misalnya
suatu organisasi berdasarkan rencana stratejiknya menetapkan beberapa
performance indicators dari beberapa kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan
performance indicators tersebut dilakukan evaluasi triwulanan atau tahunan
untuk mengevaluasi pencapaian kinerja tersebut.
Dengan
demikian, koordinasi perlu dilakukan dalam setiap proses manajemen sebagai
upaya mengintegrasikan upaya berbagai pemangku kepentingan dalam mencapai
tujuan organisasi. Kalau langkah tersebut tidak dilakukan maka sangat sulit
bagi para manajer untuk memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan dapat
bekerjasama secara terpadu.
2.4 Komunikasi
2.4.1 Pengertian
Istilah
komunikasi berasal dari kata Latin Communicare
atau Communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi
miliknya.
Adapun beberapa definisi komunikasi sendiri menurut beberapa pakar ilmu, sebagai berikut
(Mundakir, 2006:2)
1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambing tertentu, mengandung asti
dilakukan oleh penyampai pesanditujukan kepada penerima pesan. (Edward Depari,
dari AW Widjaja, 2000)
2. Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa
yang terkait dalam penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi
adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara
pemindahan pesan (James A.F. Stoner)
3. William J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa
komunikasi adalah proses yang mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan,
diterima dan diberi arti.
4. Hovlan, Janis, dan Kellery adalah ahli
sosiologi Amerika mengatakan bahwa “Communication
is the process by which an individual transmits stimuli (usually verbal) to
modify the behavior of other individuals.” Dengan kata lain, komunikasi
adalah proses individu dalam mengirim stimulus (umumnya dalam bentuk verbal)
untuk mengubah tingkah laku orang lain. (Forsdale, 1981)
5. Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi
dan pendidikan mengatakan bahwa komunikasi adalah proses memberikan signal
menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara uu suatu sistem dapat didirikan,
dipelihara, dan diubah. “Communication is
the process by which a system is established, maintained, and altered by means
of shared signals that operate according to rules.”
Dari
beberapa definisi tersebut di atas secara umum dapat disimpulkan bhawa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal,
simbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun noverbal dari pengirim ke
penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan baik dalam aspek kognitif,
afektif, psikomotrik. (Mundakir, 2006:4)
2.4.2 Tujuan Komunikasi
Secara umum, tujuan komunikasi antara lain:
1. Upaya
pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain (komunikan)
Dalam menjalankan perannya sebagai
komunikator, petugas kesehatan perlu menyampaikan pesan denga jelas, lengkap,
dan sopan. Hal ini sangat penting agar pesan kita dapat diterima oleh klien,
temen sejawat maupun kolega, sehingga tujuan bersama dalam membantu kesembuhan
klien dapat dicapai.
2. Membantu
orang lain
Sebagai komunikator, proses komunikasi
tidak akan dapat berlangsung dengan baik apabila petugas kesehatan tidak dapat
memahami kondisi atau apa yang diinginkan oleh klien (komunikan). Pemanhaman
ini sangat penting agar proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
3. Supaya
gagasan dapat diterima orang lain
Selain sebagai komunikator, petugas
kesehatan juga sebagai educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada
klien. Pesan ini akan efektif dan berhasil bila apa yang disampaikan oleh
petugas kesehatan dapat dimengerti dan diterima oleh klien.
4. Menggerakkan
orang lain untuk melakukan sesuatu
Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai
keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan yang jitu
agar orang lain (klien) percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk
dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi klien atau komunikan yang
lain. Upaya ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang persuasive dan demonstratif
agar komunikan dapat melakukan denga benar apa yang diharapkan komunikator.
(Mundakir, 2006:5)
Secara singkat dapat
kita katakn bahwa tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian, dukungan,
gagasan, dan tindakan komunikator dapat diterima oleh orang lain (komunikan).
(Mundakir, 2006:4)
Sebagai tenaga
kesehatan yang mempunyai tanggung jawab sesuai dengan tugas dan wewenangnya,
secara umum komunikasi yang dilakukan tenaga kesehatan mempunyai tujuan dan
target yaitu 1) social change/social
participation, 2) attitude change, 3) opinion change, dan 4) behavior change. (Mundakir,
2006:5)
Hewitt (1981) menjabarkan beberapa tujuan
penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1.
Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2.
Mempengaruhi perilaku seseorang
3.
Mengungkapkan perasaan
4.
Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku
orang lain
5.
Berhubungan dengan orang lain
6.
Menyelesaian sebuah masalah
7.
Mencapai sebuah tujuan
8.
Menurunkan ketegangan dan menyelesaian
konflik
9.
Menstimulasi minat pada diri sendiri atau
orng lain.
2.4.3
Fungsi Komunikasi
Beberapa
fungsi komunikasi secara umum yaitu
a. Informasi,
pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta
pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi
secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil
keputusan yang tepat.
b. Sosialisasi
Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin
disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini
sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat, misalnya komunikasi
massa baik langsung maupun tidak langsung (melalui media).
c. Motivasi
Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative dapat berfungsi sebagai penggerak semangat pendorong
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan komunikator.
d. Perdebatan
dan diskusi
Suatu permasalahan yang masih
kontroversial atau polemic dalam hubungan dengan masalah-masalah public dapat
dibahas dan diselesaikan dengan menggunakan komunikasi yang intens baik melalui
debat maupun diskusi.
e. Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan
watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui
komunikasi yang baik dan efektif.
f. Memanjukan
kehidupan
Contoh dari fungsi ini adalah
menyebarluaskan kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa
lalu, membuat leaflet, booklet atau sejenisnya yang berisi tentang bagaimana
hidup sehat, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan
estetikan dan lain-lain.
g. Hiburan
Dunia entertainment telah banyak muncul dari produk komunikasi, misalnya
lawak, menyanyi, drama, sastra, seni, dan lain-lain.
h. Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh
berbagai informasi dan pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam
bersikap, berperilaku dan berpola pikir serta sebagai sarana untuk menghargai
dan memahami pandangan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang
dilakukan. (Mundakir, 2006:6-7)
2.4.4 Bentuk
Komunikasi
1. Bentuk
komunikasi berdasarkan medianya
a. Komunikasi langsung
Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita
Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita
b. Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan
mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima penerima pesan (sasaran)
ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio,
buku, dll.
2. Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran
a. Komunikasi massa
Komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar,
umumnya tidak dikenal.
b. Komunikasi kelompok
Komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung,
dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.
c. Komunikasi perorangan
Komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon
3. Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan
a. Komunikasi satu arah
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
b. Komunikasi timbal balik.
Pesan disampaikan kepada
sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi
kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik
2.4.5
Proses Komunikasi
Proses
komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan
komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Dalam
model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4
Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah
3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.
1. Source (Sumber), Sumber adalah seseorang yang
memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator.
Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga
melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga
tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
2. Message (Pesan), pesan adalah isi
dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang
(komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan
juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal
dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi.
Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information.
3.
Channel
(Media dan saluran komunikasi), Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3
bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk
mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal),
maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media
telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang
bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran,
suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio).
4.
Receiver
(Penerima Pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari komunikator
melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah
proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut.
Penerima dapat juga disebut sebagai public, khalayak, masyarakat, dll.
Elemen tambahan:
1.
Feedback (Umpan Balik), Umpan balik adalah
suatu respon yang diberikan oleh penerima. Penerima disini bukan dimaksudkan
kepada penerima sasaran (khalayak), namun juga bisa didapatkan dari media itu
sendiri. Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah artikel kepada
suatu media massa. Lalu, bisa saja kita artikel kita ternyata bagus, namun ada
beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media mengembalikan artikel
kita untuk di edit ulang.
2.
Efek, sebuah komunikasi
dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah sebuah respon pada diri
sendiri yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif
atau positif) setelah menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang
dapat mengubah pengetahuan, perasaan, dan perilaku.
3.
Lingkungan, adalah
sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada
interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi. Tahapan proses
komunikasi adalah sebagai berikut :
1.
Penginterpretasian.
Proses
komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi
komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam
pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan
disebut interpreting.
2.
Penyandian.
Tahap
ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini
disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder,
alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3.
Pengiriman.
Proses
ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang
komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter,
alat pengirim pesan.
4.
Perjalanan.
Tahapan
ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan
diterima oleh komunikan.
5.
Penerimaan.
Tahapan
ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah
komunikan.
6.
Penyandian balik.
Tahap
ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui
peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya
berhasil menguraikannya (decoding).
7.
Penginterpretasian.
Tahap
ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam
bentuk pesan.
2.4.6 Prinsip
Komunikasi
a.
Komunikasi adalah suatu proses
Sebagai proses yang
merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai
permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah serta berdampak pada terjadinya
perubahan.
b.
Komunikasi adalah suatu sistem
Masing-masing elemen
komunikasi sangat terkait dan mempengaruhi dalam proses komunikasi yang
efektif.Satu elemen atau unsure tidaklah lebih penting disbanding elemen yang
lain.
c.
Komunikasi adalah interaksi dan transaksi
Interaksi dalam
komunikasi adalah saling bertukar pesan atau pikiran dengan komunikan. Apabila
komunikan yang diberikan pelayanan memberikan harapan-harapannya maka termasuk
transaksi.
d.
Komunikasi terjadi secara disengaja maupun
tidak disengaja
Komunikasi yang
disengaja terjadi apabila pesan yang akan disampaikan disiapkan terlebih dahulu
dan dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Sedangkan pada saat member
informasi, ada keluarga komunikan mwngikuti dan mendengarkan informasi yang
disampaikan sehingga menjadi lebih tahu untuk disampaikan kepada komunikan maka
termasuk komunikasi tidak disengaja. (Mundakir, 2006:15-16)
2.4.7 Komunikasi
kesehatan
Komunikasi
kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui
saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku
manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan
(status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial.
Komunikasi
kesehatan lebih sempit daripada komunikasi manusia pada umumnya. Komunikasi
kesehatan berkaitan erat dengan bagaimana individu dalam masyarakat berupaya
menjaga kesehatannya, berurusan dengan berbagai isu yang berhubungan dengan
kesehatan. Dalam komunikasi kesehatan, fokusnya meliputi transaksi hubungan
kesehatan secara spesifik, termasuk berbagai faktor yang ikut berpengaruh
terhadap transaksi yang dimaksud.
Dalam
tingkat komunikasi, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang – bidang seperti
program – program kesehatan nasional dan dunia, promosi kesehatan, dan
rencana kesehatan publik. Dalam konteks kelompok kecil, komunikasi kesehatan
merujuk pada bidang – bidang seperti rapat – rapat membahas perencanaan
pengobatan, laporan staf, dan interaksi tim medis. Dalam konteks interpersonal,
komunikasi kesehatan termasuk dalam komunikasi manusia yang secara langsung
mempengaruhi profesional – profesional dan profesional dengan klien.
Komunikalevasi kesehatan dipandang sebagai bagian dari bidang – bidang ilmu
yang relevan, fokusnya lebih spesifik dalam hal pelayanan kesehatan.
Komunikasi kesehatan merupakan
bagian dari human communication
yang lazim terjadi antara tenaga kesehatan, klien atau keluarga klien. Makna
dan area komunikasi lebih difokuskan pada masalah kesehatan sehingga efek dari
komunikasi ini diharapkan adanya pengaruh positif tentang kesehatan. Proses
komunikasi kesehatan berhubungan dengan transaksi antara tim tenaga kesehatan
dengan klien atau keluarga klien baik secara verbal maupun nonverbal. Proses
transaksi secara verbal merupakan proses komunikasi yang lazim terjadi antara
tenaga kesehatan. Proses transaksi verbal akan lebih bermakna dan meyakinkan
apabila proses tersebut dilakukan dengan dukungan komunikasi nonverbal dalam
proses berhubungan. (Mundakir, 2006:69)
BAB III
RINGKASAN
1.
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau
nilai-nilai yang menjadi inti suatu keberhasilan sebuah manajemen. Menurut Henry
Fayol, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari pembagian kerja (division of work), wewenang dan tanggung jawab (authority
and responsibility), disiplin (discipline), kesatuan perintah (unity of
command), kesatuan pengarahan (unity of direction), mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan sendiri, penggajian
pegawai, pemusatan (centralization), hirarki (tingkatan), ketertiban (order), keadilan
dan kejujuran, stabilitas kondisi karyawan, prakarsa (inisiative), semangat kesatuan, dan semangat korps.
2. Ada
beberapa tinjauan manajemen dari berbagai segi. Dari segi tingkatan, manajemen
dibagi menjadi tiga, yaitu Top Management, Middle Management, Lower Management.
Dari segi sifat, manajemen terdiri atas Patrimonial Management, Political
Management, dan Professional Management. Dari segi sistem, manajemen terdiri
dari manajemen ilmiah, manajemen sistematis, manajemen terbuka (open
management), manajemen tertutup, manajemen diktator, manajemen demokratis,
manajemen tradisional, dan manajemen paternalistik atau manajemen bapak. Dilihat dari segi
luasnya atau ruang lingkupnya, manajemen dapat dibagi menjadi makro manajemen
dan mikro manajemen. Dari sifat kerja, manajmen dapat digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu manajemen administratif, manajemen operatif, dan manajemen
administratif dan operatif.
3. Teknik
koordinasi dalam tahapan proses manajemen meliputi koordinasi dalam
perencanaan, koordinasi dalam pengorganisasian, koordinasi dalam staffing,
koordinasi dalam directing, dan koordinasi dalam pengawasan.
4. Komunikasi
dalam manajemen bertujuan untuk upaya pesan yang kita sampaikan dapat
dimengerti orang lain, membantu orang lain, supaya gagasan dapat diterima orang
lain, dan menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
5. Beberapa
fungsi komunikasi secara umum, yaitu informasi, sosialisasi, motivasi,
perdebatan dan diskusi, pendidikan, memajukan kehidupan, hiburan, dan
integrasi.
6.
Dalam model komunikasi David K.Berlo,
diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source,
Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu
Feedback, Efek, dan Lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar