Jumat, 26 September 2014

prinsip dan dasar manajemen


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kata manajemen berasal dari bahasa perancis kuno management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Kata manajemen jika dilihat dari bahasa latin yaitu “manus” yang artinya “to control by hand” atau “gainresult”. Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan, dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”.
Mary parker follet mendefinisikan manajamen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Ricky W. Griffin, manajemen sebagai sebuah proses perencanaan dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran ( goals ) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan tujuan organisasi. Menurut James A.F Stoner definisi manajemen lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek penting pengelolaan, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Mamduh, 1997).
Manajemen dapat diterapkan dalam berbagai bentuk organisasi, dan setiap organisasi memiliki norma sendiri dalam menerapkan manajemen sebagai sistem yang menjalankan roda organisasi. Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, manajemen sangat dibutuhkan. Misalnya dalam manajemen hidup sehari-hari, manajemen kerja, manajemen perkantoran dan lain sebagainya.
Suatu sistem agar dapat berjalan dengan baik diperlukan manajemen yang baik pula. Suatu dalil umum yang dapat disimpulkan dari proses menggerakkan orang-orang dan menggerakkan fasilitas-fasilitas yang berlaku sebagai dasar petunjuk bagi seseorang dalam melakukan perbuatan-perbuatan atau menjalankan tindakannya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki disebut dengan prinsip manajemen.
Ilmu menejemen bersifat universal, dan menggunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial. Hal ini terbukti bahwa ilmu manajemen dapat diterapkan dalam semua organisasi manusia. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi manusia seperti, perusahaan, pemerintah, pendidikan, sosial dan  lain-lain.


1.2   Tujuan
1.  Untuk mengetahui prinsip – prinsip manajemen
2.  Untuk mengetahui macam-macam manajemen
3.  Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan dalam manajemen koordinasi
4.  Untuk mengetahui komunikasi serta bagian-bagiannya.

1.3  Manfaat
Manfaat dari makalah Prinsip dan Macam Manajemen ini adalah agar mahasiswa dapat memahami prinsip dan macam manajemen yang meliputi prinsip-prinsip manajemen, macam-macam manajemen, prinsip-prinsip pengelolaan dalam manajemen koordinasi dan komunikasi.

BAB II
ISI
2.1   Prinsip – Prinsip Manajemen
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau nilai-nilai yang menjadi inti suatu keberhasilan sebuah manajemen.Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Tiga prinsip pokok manajemen adalah Rasional dalam mengambil keputusan , efektivitas, dan efisiensi.
Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis. Henry Fayol dikenal sebagai pelopor manajemen modern. Banyak dari pendapat-pendapatnya menjadi landasan atau dasar dari praktek manajemen sampai dengan saat sekarang ini. Salah satu diantaranya adalah 14 prinsip manajemen yang dikemukakan olehnya. Prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1.  Pembagian kerja (Division of work)
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike. Dengan adanya prinsip the right man in the right place akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.
2.  Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.
3.  Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.
4.  Kesatuan perintah (Unity of command)
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah . Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya , sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
5.  Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya.
6.  Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7.  Penggajian pegawai
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja dan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.
8.  Pemusatan (Centralization)
Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority) .
9.  Hirarki (tingkatan)
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.
10.   Ketertiban (Order)
Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.
11. Keadilan dan kejujuran
Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.
12. Stabilitas kondisi karyawan
Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.
13. Prakarsa (Inisiative)
Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya.
14. Semangat kesatuan dan semangat korps
Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya .Artinya , karyawan memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggyungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik . Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana.
2.2 MACAM – MACAM MANAJEMEN           
Ada beberapa tinjauan manajemen dari berbagai segi Berikut adalah macam - macam manajemen :
2.2.1 Dari Segi Tingkatan

Dari segi tingkatan manajemen dibagi menjadi tiga :
1. Top Management
Manajer bertanggung jawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tingkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan merumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkat manajer dibawahnya.
2.  Middle Management
Manajemen menengah harus memiliki keahlian interpersional / manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab  memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Lower Management
Manajer bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini juga memiliki keahlian teknis, artinya keahlian yang mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misalnya supervisor/pengawas produksi dan mandor.

2.2.2 Dari Segi Sifat, manajemen terdiri atas :
1. Patrimonial Management
Patrimonial management ini menunjukkan proses pemillihan pimpinan perusahaan berdasarkan hubungan kekerabatan, dalam artian posisi penting dalam organisasi atau perusahaan ini diberikan oleh pimpinan kepada seseorang berdasarkan hubungan kekeluargaan atas sistem famili (keluarga).
2. Political Management
Political management ini menunjukkan adanya posisi pada ketua atau pimpinan dalam pemerintah itu dipegang oleh pejabat pemerintah. Mereka ada yang menjabat sebagai menteri, gubernur, atau pejabat TNI dan lainnya. Jadi, political management ini artinya, organisasi-organisasi tersebut menjalankan manajemen yang memilih seorang pimpinan berdasarkan hubungan politik.
3. Professional Management
Jenis manajemen ini tidak lagi mempertimbangkan unsur hubungan keluarga dan politik. Tetapi, posisi manajer ini benar-benar diberikan kepada orang-orang yang mempunyai kemampuan dan kejujuran. Orang-orang seperti inilah yang dipercaya dan dipilih untuk memimpin perusahaan atau organisasi karena mereka mengakui kemampuannya dalam memimpin. Jadi, professional management itu artinya, posisi penting diberikan oleh pimpinan kepada seseorang berdasarkan keahlian, kecakapan, dan kejujuran.

2.2.3 Dari segi sistem, manajemen dibagi sebagai berikut :
1. Manajemen Ilmiah
Manajemen Ilmiah adalah manajemen yang berdasar ilmu, artinya yang dapat dikaji secara ilmiah, dianalisis dengan menggunakan metode ilmiah dan dapat diperoleh suatu sintesis. Mempergunakan metode ilmiah dalam menghadapi masalah atau kasus berarti pada waktu menghadapi masalah atau kasus dan berusaha mencari jawaban atau jalan pemecahan si manajer bersikap obyektif, sistematis, rasional, factual, analitis, dan kritis. Namun dalam pelaksanaan dari keputusan-keputusan nanti barulah ia bersikap sesuai dengan iklim social, psikologis, dan sebagainya. Manajemen ilmiah dapat dipelajari secara ilmiah di tempat-tempat pendidikan (sekolah, penidikan tinggi atau tempat-tempat kursus). Pelopor Manajemen Ilmiah adalah F.W. Taylor ( USA) dan H.Fayol (Perancis). Mereka mencoba mengkaji/mempelajari gerak perusahaan serta mencoba mengubah cara kerja dan cara berpikir di kalangan perusahan. Kalau semula secara tradisional perusahaan digerakkan dan dikendalikan oleh pemilik perusahaan itu sendiri, maka F.W. Taylor mengatakan tidak harus digerakkan dan dikendalikan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), tetapi hendaknya dipimpin oleh orang-orang yang betul-betul mempunyai kecakapan dan kemampuan serta pengalaman yang cukup. Maka F.W. Taylor mengubah cara kerja dengan sistem gerak dan waktu (time and motion study). Ia membuat daftar catatan yang harus dipergunakan oleh para pekerja, daftar catatan itu berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan. Setiap gerak dalam proses produksi dicatat secara cermat gerak dan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan.

2. manajemen sistematis
Manajemen sistematis adalah manajemen yang melakukan praktik manajerial terhadap jalannya roda organisasi dengan merangkai seluruh kegiatan secara tersusun sesuai dengan tugas dan fungsinya. Manajemen Sitematis menunjukkan bahwa segala sesuatu diatur secara sistematis, yaitu secara tertib, rapi dan teratur dengan tujuan untuk menghindarkan hal-hal yang tidak dikehendaki. Dengan perkataan lain, sebelum usaha/kegiatan berjalan segala sesuatu harus diperinci dengan sematang-matangnya. Sehingga saat kegiatan pelaksanaan dimulai sampai dengan tujuan yang diinginkan berjalan lancar dan menjadi kenyataan. Selain itu Manajemen sistematis merupakan jenis manajemen yang digemari oleh para insinyur dan teknisi pada umumnya yang berjiwa eksakta. Penerapan manajemen ini dapat dilihat pada operasi penerbangan, pelayaran dan sektor perhubungan lainnya. Segala Sesuatu yang berkaitan dengan perjalanan telah dipersiapkan dengan sangat terinci dan cermat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan.

3. Manajemen Terbuka (Open Management)
Manajemen Terbuka sering menimbulkan salah pengertian, yang dimaksud dengan “ terbuka “ di sini adalah di mana pimpinan sebelum mengambil suatu keputusan terlebih dahulu memberi kesempatan kepada staf dan bawahannya untuk memberikan saran-saran, ide-ide atau pendapat-pendapat, namun keputusan tetap ditentukan oleh pimpinan. Kesempatan untuk memberikan masukan-masukan kepada pimpinan dengan tujuan agar para staf atau bawahan ikut serta memikirkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi organisasi dan ikut serta pula memecahkannya temasuk mengembangkan organisasi. Ditinjau dari pengertian positif dimana segala sesuatu yang dilakukan oleh pimpinan harus dikontrol oleh staf atau bawahannya, hal ini karena biasanya dalam setiap jabatan pasti ada yang bersifat rahasia dan tidak boleh terbuka. Dengan sifat keterbukaan ini yaitu dengan diberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasan-gagasan, pendapat-pendapat atau saran-saran dapat menimbulkan kegairahan, apalagi kalau gagasan-gagasan, pendapat-pendapat atau saran-saran dapat diterima dan digunakan, maka yang mempunyai ide tersebut akan merasa senang. Selain itu akan tibul suatu kompetisi yang sehat, berlomba-lomba untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi. Kebaikan pada manajemen terbuka adalah para bawahan ikut serta memikirkan kesulitan - kesulitan yang di hadapi organisasi dan ikut memikirkan cara - cara pemecahan masalah yang dihadapi dan mengembangkan usaha - usaha perusahaan. Keburukan dari manajemen ini adalah mengambil keputusan lama, bertele - tele dan biaya.

4. Manajemen Tertutup
Dalam manajemen tertutup , manajer tidak memberitahukan atau menginformasikan kadaan perusahaan kepada para bawahan walaupun dalam batas-batas tertentu. Keputusan di ambil tanpa melibatkan partisipasi para bawahannya dalam proses mengambil keputusan tersebut.Kebaikan dari manajemen ini adalah mengambil keputusan cepat,karena tidak melibatatkan partisipasi bawahan dalam mengambil keputusan tersebut.Keburukan dari manajemen ini adalah problem dan pemecahan masalah yang di hadapi perusahaan hanya di hadapi manager.

5. Manajemen Diktator
Berdasarkan keputusan mutlak pemimpin dan dijalankan berdasarkan kekerasan.

6. Manajemen Demokratis
Yang dimaksud dengan demokratis di sini adalah mengarah ke demokrasi Pancasila, seperti yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dimana disebutkan bahwa “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Jadi para staf dan bawahan bukan sekedar menyumbangkan pemikiran , prakarsa serta petimbangan semata, tetapi ikut serta menentukan keputusan atas dasar musyawarah untuk mufakat. Pelaksanaan manajemen demokrasi hampir sama dengan manajemen terbuka .Perbedaan antara lain terletak pada manajemen  demokrasi hanya dapat dilakukan dalam suatu organisasi jika setiap anggotanya mempunyai hak suara yang sama, seperti MPR, DPR, koperasi dan lain lain. Kebaikan manajemen demokrasi yaitu keputusan yang diambil relatif lebih baik, karena di pikirkan dan diputuskan oleh orang banyak. Keburukan dari manajemen ini adalah biaya, waktu untuk mengambil keputusan cukup lama, bahkan bertele - tele sebab pemikiran pemikiran para anggota tidak sama dan sering beradu argumentasi. Dilanjutkan dengan tulisan asas manajemen.

7. Manajemen tradisional.
Manajemen Tradisional adalah manajemen yang digunakan dengan sistem kerja dan cara berpikir mengikuti cara-cara zaman dahulu dan bahkan sampai masa sekarang ini masih ada yang menggunakannya. Manajemen tradisional biasanya digunakan turun temurun, tidak ada kreasi, monoton dan tidak dinamis. Pada manajemen ini Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun dijadikan satu-satunya model pengelolaan organisasi. Misalnya, manajemen Pondok Pesantren Salafiah sangat tradisional. Kepemimpinan kiai bersifat turun-temurun mengikuti system monarki.

8. Manajemen Paternalistik atau Manajemen Bapak
Manajemen kebapaan dalam pelaksanaan manajerial berpusat pada petunjuk dan kehendak pimpinan sebagai penguasaan tunggal. Dikatakan “manajemen bapak “, karena dalam setiap usaha/kegiatan dari organisasi selalu mengikuti jejak bapak (pimpinan), apa yang dikatakan bapak itulah yang benar. Seorang manajer atau leader dalam organisasi akan memandang bahwa semua pegawai adalah anak-anak yang harus diperhatikan, diayomi, dan tidak diberikan kepercayaan sepenuhnya. Pengawasan kepada pegawai seperti mengawasi anak sendiri. Pegawai dipandang belum menguasai sepenuhnya kinerja organisasi. Oleh karena itu, seluruh kinerjanya harus merujuk sepenuhnya kepada petunjuk pimpinan. Manajemen paternalistic tidak begitu peduli dengan proses kaderisasi, bahkan baginya kesuksesan sangat bergantung kepada kepemimpinannya sendiri Untuk manajemen semacam ini terdapat aspek baik buruknya. Kebaikannya adalah kalau pemimipin tetap pada proporsi yang sebenarnya dan berlaku objektif, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cepat sesuai tujuan organisasinya. Keburukannya adalah kalau bapaknya berlaku tidak baik, maka bawahannyapun akan berlaku seperti bapaknya, maka lambat laun perusahaan/organisasinya akan hancur. Keburukan lainnya adalah kalau kalau bapaknya sudah mampu memimpin dan diganti dengan bapak yang baru (tidak mengikuti cara lama) , maka akan mengalami hambatan dalam memimpin bawahannya.

2.2.4 Dilihat dari segi luasnya atau ruang lingkupnya, manajemen dapat dibagi :
1. Makro manajemen
Makro manajemen adalah manajemen dengan ruang lingkup yang besar, pada umumnya terdapat dalam bidang kenegaraan dan perusahaan-perusahaan besar.
2. Mikro manajemen
Mikro manajemen adalah manajemen dengan ruang lingkup yang kecil/sempit/khusus (misalnya manajemen personalia, pergudangan, financial, dan lain sebagainya).

2.2.5 Dari sifat kerja, manajemen dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Manajemen Administratif (MA)
Manajemen administratif yaitu manajemen atau pejabat/pimpinan yang kerjanya menitikberatkan pada pemikiran kerja (suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai ke tingkat paling bawah serta para pekerjanya). Dipelopori oleh Henry Fayol.
2. Manajemen Operatif (MO)
Adalah manajemen atau pejabat/pimpinan yang langsung memimpin kerj ke arah tercapainya kerja yang nyata. Maksudnya adalah suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai ke tingkat paling bawah yang titik beratnya pada efisiensi dan produktivitas. Dipelopori oleh F.W. Taylor.
3. Manajemen Administratif dan Manajemen Operatif (MA/MO)
Adalah manajemen atau pejabat atau pimpinan/pejabat yang dapat bertindak sebagai manajemen administratif dan manajemen operatif (pejabat interpretor), yakni dapat menterjemahkan mnajemen administratif ke manajemen operatif dan sebaliknya.
Peran pejabat ini sangat penting karena hasil karya manajemen administratif yang bersifat garis-garis besar (umum) dan berbentuk kebijakan (policy=bahasa pikir). Untuk memudahkan dalam pelaksanaan oleh pejabat pelaksana dalam tugas interpretor diberikan dalam bentuk kerja praktis (operasional).

2.3   Prinsip-prinsip Pengelolaan dalam Manajemen Koordinasi
2.3.1 Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Menurut Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.
2.3.2 Prinsip koordinasi
Karena adanya pembagian tugas/kerja dalam organisasi maka individu-individu atau kelompok-kelompok dalam organisasi merupakan bagian dari organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri - sendiri oleh karena itu perlu dan harus diarahkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Prinsip- prinsip koordinasi tersebut antara lain :
1.         Prinsip kesatuan arah dan tujuan.
2.         Prinsip kesepakatan tentang kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya.
3.         Prinsip ketaatan dan loyalitas.
4.         Prinsip saling tukar informasi kegiatan, hasil yang dicapai dan masalah yang dihadapi.
5.         Prinsip saling menghormati, saling percaya dan saling membantu.
6.         Prinsip Profesionalitas.
7.         Prinsip saling dapat dipercaya.
8.         Prinsip Ketepatan penggunaan alat koordinasi.
9.         Prinsip Efisiensi
10.      Prinsip adanya koordinator atau pemimpin yang menggerakan dan memonitor seluruh pelaksanaan kerjasama dalam organisasi dan mengerti serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

2.3.3 Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Proses Manajemen
Karena peranannya sebagai fungsi yang mengintegrasikan seluruh proses organisasi maka koordinasi perlu dilakukan dalam setiap tahapan proses manajemen. Hal ini diperlukan karena setiap tahapan proses manajemen tentu memerlukan keterpaduan peran para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, koordinasi dianggap sebagai salah satu kunci sukses dalam proses manajemen. Dengan kata lain, koordinasi merupakan esensi manajemen dan secara implisit terkandung dalam fungsi-fungsi manajemen. Teknik koordinasi dalam tahapan proses manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.     Koordinasi dalam Perencanaan.
Koordinasi dalam perencanaan merupakan upaya untuk mengintegrasikan berbagai perencanaan melalui diskusi yang saling menguntungkan, tukar pikiran. Contoh, koordinasi antara unit kelitbangan dan unit kesekretariatan untuk mengoptimalkan peran kelitbangan yang didukung kesekretariatan yang handal.
b.     Koordinasi dalam Pengorganisasian.
Koordinasi merupakan esensi organisasi. Koordinasi dalam pengorganisasian sangat diperlukan manajemen antara lain dalam distribusi tugas. Misalnya, untuk kegiatan reformasi birokrasi dalam suatu instansi maka dibentuk satu tim reformasi yang bertugas menyusun konsep reformasi birokrasi. Dalam tim tersebut ditetapkan beberapa sub-tim yang diberi tugas untuk mempersiapkan konsep spesifik, misalnya: sub-tim keuangan, sub-tim sumber daya manusia, sub-tim grand-design dan sebagainya.
c.      Koordinasi dalam staffing.
Dalam penempatan pegawai perlu dilakukan koordinasi untuk menjamin pegawai yang tepat di tempat yang tepat (the right man on the right place). Misalnya, untuk menghasilkan keputusan promosi jabatan pada beberapa jabatan tertentu maka dilakukan rapat Baperjakat yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur kesekretariatan khususnya kepegawaian.
d.     Koordinasi dalam directing.
Efektivitas arahan, instruksi dan pedoman sangat bergantung pada harmonisasi atasan dan bawahan. Misalnya, dalam satu unit tertentu, pimpinan memberikan arahan ke mana unit tersebut diarahkan untuk mendukung tugas, pokok dan fungsi organisasi.
e.     Koordinasi dalam pengawasan.
Koordinasi melalui pengawasan diperlukan untuk menjamin sigkronisasi antara kinerja aktual dengan kinerja yang distandarkan. Misalnya suatu organisasi berdasarkan rencana stratejiknya menetapkan beberapa performance indicators dari beberapa kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan performance indicators tersebut dilakukan evaluasi triwulanan atau tahunan untuk mengevaluasi pencapaian kinerja tersebut.
Dengan demikian, koordinasi perlu dilakukan dalam setiap proses manajemen sebagai upaya mengintegrasikan upaya berbagai pemangku kepentingan dalam mencapai tujuan organisasi. Kalau langkah tersebut tidak dilakukan maka sangat sulit bagi para manajer untuk memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan dapat bekerjasama secara terpadu.
2.4  Komunikasi
2.4.1     Pengertian
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Adapun beberapa definisi komunikasi sendiri menurut beberapa pakar ilmu, sebagai berikut (Mundakir, 2006:2)
1.  Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambing tertentu, mengandung asti dilakukan oleh penyampai pesanditujukan kepada penerima pesan. (Edward Depari, dari AW Widjaja, 2000)
2.     Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait dalam penyampaian pesan dari pengirim ke penerima. Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan (James A.F. Stoner)
3.     William J Seiller (1988) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses yang mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
4.     Hovlan, Janis, dan Kellery adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan bahwa “Communication is the process by which an individual transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals.” Dengan kata lain, komunikasi adalah proses individu dalam mengirim stimulus (umumnya dalam bentuk verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain. (Forsdale, 1981)
5.     Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan bahwa komunikasi adalah proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara uu suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. “Communication is the process by which a system is established, maintained, and altered by means of shared signals that operate according to rules.”
Dari beberapa definisi tersebut di atas secara umum dapat disimpulkan bhawa komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal, simbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun noverbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotrik. (Mundakir, 2006:4)




2.4.2     Tujuan Komunikasi
Secara umum, tujuan komunikasi antara lain:
1.      Upaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain (komunikan)
Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, petugas kesehatan perlu menyampaikan pesan denga jelas, lengkap, dan sopan. Hal ini sangat penting agar pesan kita dapat diterima oleh klien, temen sejawat maupun kolega, sehingga tujuan bersama dalam membantu kesembuhan klien dapat dicapai.
2.      Membantu orang lain
Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan baik apabila petugas kesehatan tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diinginkan oleh klien (komunikan). Pemanhaman ini sangat penting agar proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
3.      Supaya gagasan dapat diterima orang lain
Selain sebagai komunikator, petugas kesehatan juga sebagai educator yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Pesan ini akan efektif dan berhasil bila apa yang disampaikan oleh petugas kesehatan dapat dimengerti dan diterima oleh klien.
4.      Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Mempengaruhi orang  lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan yang jitu agar orang lain (klien) percaya dan yakin bahwa apa yang kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat bagi klien atau komunikan yang lain. Upaya ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang persuasive dan demonstratif agar komunikan dapat melakukan denga benar apa yang diharapkan komunikator. (Mundakir, 2006:5)
Secara singkat dapat kita katakn bahwa tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator dapat diterima oleh orang lain (komunikan). (Mundakir, 2006:4)
Sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab sesuai dengan tugas dan wewenangnya, secara umum komunikasi yang dilakukan tenaga kesehatan mempunyai tujuan dan target yaitu 1) social change/social participation, 2) attitude change, 3) opinion change, dan 4) behavior change. (Mundakir, 2006:5)

Hewitt (1981) menjabarkan beberapa tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1.   Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2.   Mempengaruhi perilaku seseorang
3.   Mengungkapkan perasaan
4.   Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5.   Berhubungan dengan orang lain
6.   Menyelesaian sebuah masalah
7.   Mencapai sebuah tujuan
8.   Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9.   Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain.

2.4.3     Fungsi Komunikasi
Beberapa fungsi komunikasi secara umum yaitu
a.  Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
b.  Sosialisasi
Dengan komunikasi, sesuatu yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan ke masyarakat luas. Fungsi sosialisasi ini sangat efektif bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat, misalnya komunikasi massa baik langsung maupun tidak langsung (melalui media).
c.   Motivasi
Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative dapat berfungsi sebagai penggerak semangat pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan komunikator.
d.  Perdebatan dan diskusi
Suatu permasalahan yang masih kontroversial atau polemic dalam hubungan dengan masalah-masalah public dapat dibahas dan diselesaikan dengan menggunakan komunikasi yang intens baik melalui debat maupun diskusi.
e.  Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.
f.    Memanjukan kehidupan
Contoh dari fungsi ini adalah menyebarluaskan kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membuat leaflet, booklet atau sejenisnya yang berisi tentang bagaimana hidup sehat, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetikan dan lain-lain.
g.  Hiburan
Dunia entertainment telah banyak muncul dari produk komunikasi, misalnya lawak, menyanyi, drama, sastra, seni, dan lain-lain.
h.  Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku dan berpola pikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan memahami pandangan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang dilakukan. (Mundakir, 2006:6-7)

2.4.4     Bentuk Komunikasi
1.    Bentuk komunikasi berdasarkan medianya
a.    Komunikasi langsung
Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita
b.    Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima  penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku, dll.
2.    Bentuk komunikasi berdasarkan  besarnya sasaran
a.    Komunikasi massa
Komunikasi  dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.      
b.    Komunikasi kelompok
Komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung, dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik. 
c.    Komunikasi perorangan
Komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon
3.    Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan
a.     Komunikasi satu arah
Pesan  disampaikan oleh sumber kepada sasaran  dan sasaran tidak dapat  atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
b.    Komunikasi timbal balik.
Pesan disampaikan kepada sasaran  dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya  komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik

2.4.5     Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.
1.    Source (Sumber), Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
2.    Message (Pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information.
3.    Channel (Media dan saluran komunikasi), Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio).
4.    Receiver (Penerima Pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai public, khalayak, masyarakat, dll.
Elemen tambahan:
1.      Feedback (Umpan Balik), Umpan balik adalah suatu respon yang diberikan oleh penerima. Penerima disini bukan dimaksudkan kepada penerima sasaran (khalayak), namun juga bisa didapatkan dari media itu sendiri. Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah artikel kepada suatu media massa. Lalu, bisa saja kita artikel kita ternyata bagus, namun ada beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media mengembalikan artikel kita untuk di edit ulang.
2.      Efek, sebuah komunikasi dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah sebuah respon pada diri sendiri yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif atau positif) setelah menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang dapat mengubah pengetahuan, perasaan, dan perilaku.
3.      Lingkungan, adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
1.      Penginterpretasian.
Proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
2.      Penyandian.
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3.      Pengiriman.
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.
4.      Perjalanan.
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5.      Penerimaan.
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
6.      Penyandian balik.
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).
7.      Penginterpretasian.
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.
2.4.6     Prinsip Komunikasi
a.     Komunikasi adalah suatu proses
Sebagai proses yang merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah serta berdampak pada terjadinya perubahan.
b.     Komunikasi adalah suatu sistem
Masing-masing elemen komunikasi sangat terkait dan mempengaruhi dalam proses komunikasi yang efektif.Satu elemen atau unsure tidaklah lebih penting disbanding elemen yang lain.

c.      Komunikasi adalah interaksi dan transaksi
Interaksi dalam komunikasi adalah saling bertukar pesan atau pikiran dengan komunikan. Apabila komunikan yang diberikan pelayanan memberikan harapan-harapannya maka termasuk transaksi.
d.     Komunikasi terjadi secara disengaja maupun tidak disengaja
Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang akan disampaikan disiapkan terlebih dahulu dan dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Sedangkan pada saat member informasi, ada keluarga komunikan mwngikuti dan mendengarkan informasi yang disampaikan sehingga menjadi lebih tahu untuk disampaikan kepada komunikan maka termasuk komunikasi tidak disengaja. (Mundakir, 2006:15-16)

2.4.7     Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial.
Komunikasi kesehatan lebih sempit daripada komunikasi manusia pada umumnya. Komunikasi kesehatan berkaitan erat dengan bagaimana individu dalam masyarakat berupaya menjaga kesehatannya, berurusan dengan berbagai isu yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam komunikasi kesehatan, fokusnya meliputi transaksi hubungan kesehatan secara spesifik, termasuk berbagai faktor yang ikut berpengaruh terhadap transaksi yang dimaksud.
Dalam tingkat komunikasi, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang – bidang seperti program – program kesehatan nasional dan dunia, promosi  kesehatan, dan rencana kesehatan publik. Dalam konteks kelompok kecil, komunikasi kesehatan merujuk pada bidang – bidang seperti rapat – rapat membahas perencanaan pengobatan, laporan staf, dan interaksi tim medis. Dalam konteks interpersonal, komunikasi kesehatan termasuk dalam komunikasi manusia yang secara langsung mempengaruhi profesional – profesional dan profesional dengan klien. Komunikalevasi kesehatan dipandang sebagai bagian dari bidang – bidang ilmu yang relevan, fokusnya lebih spesifik dalam hal pelayanan kesehatan.
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari human communication yang lazim terjadi antara tenaga kesehatan, klien atau keluarga klien. Makna dan area komunikasi lebih difokuskan pada masalah kesehatan sehingga efek dari komunikasi ini diharapkan adanya pengaruh positif tentang kesehatan. Proses komunikasi kesehatan berhubungan dengan transaksi antara tim tenaga kesehatan dengan klien atau keluarga klien baik secara verbal maupun nonverbal. Proses transaksi secara verbal merupakan proses komunikasi yang lazim terjadi antara tenaga kesehatan. Proses transaksi verbal akan lebih bermakna dan meyakinkan apabila proses tersebut dilakukan dengan dukungan komunikasi nonverbal dalam proses berhubungan. (Mundakir, 2006:69)











BAB III
RINGKASAN
1.    Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau nilai-nilai yang menjadi inti suatu keberhasilan sebuah manajemen. Menurut Henry Fayol, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari pembagian kerja (division of work), wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility), disiplin (discipline), kesatuan perintah (unity of command), kesatuan pengarahan (unity of direction), mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri, penggajian pegawai, pemusatan (centralization), hirarki (tingkatan), ketertiban (order), keadilan dan kejujuran, stabilitas kondisi karyawan, prakarsa (inisiative), semangat kesatuan, dan semangat korps.
2.    Ada beberapa tinjauan manajemen dari berbagai segi. Dari segi tingkatan, manajemen dibagi menjadi tiga, yaitu Top Management, Middle Management, Lower Management. Dari segi sifat, manajemen terdiri atas Patrimonial Management, Political Management, dan Professional Management. Dari segi sistem, manajemen terdiri dari manajemen ilmiah, manajemen sistematis, manajemen terbuka (open management), manajemen tertutup, manajemen diktator, manajemen demokratis, manajemen tradisional, dan manajemen paternalistik atau manajemen bapak. Dilihat dari segi luasnya atau ruang lingkupnya, manajemen dapat dibagi menjadi makro manajemen dan mikro manajemen. Dari sifat kerja, manajmen dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu manajemen administratif, manajemen operatif, dan manajemen administratif dan operatif.
3.    Teknik koordinasi dalam tahapan proses manajemen meliputi koordinasi dalam perencanaan, koordinasi dalam pengorganisasian, koordinasi dalam staffing, koordinasi dalam directing, dan koordinasi dalam pengawasan.
4.    Komunikasi dalam manajemen bertujuan untuk upaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain, membantu orang lain, supaya gagasan dapat diterima orang lain, dan menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
5.    Beberapa fungsi komunikasi secara umum, yaitu informasi, sosialisasi, motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan, memajukan kehidupan, hiburan, dan integrasi.
6.    Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar