Terjadinya gizi kurang dan buruk pada balita disebabkan antara
lain oleh kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit infeksi. Adapun faktor
penyebab tidak langsung adalah rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan
yang bergizi, serta keterbatasan pengetahuan tentang pangan yang bergizi
terutama untuk ibu dan anak balita.
Secara umum status gizi penduduk Sumatera Selatan semakin
membaik. Ini antara lain terlihat dari indikator persentase penderita gizi
kurang dan gizi buruk yang menurun dari 30,79 persen pada tahun 2003 menjadi
26,87 persen pada tahun 2005 dan menjadi 18,2 persen pada tahun 2007 serta
meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar 19,90 persen (Gambar 1.). Penurunan
angka kurang gizi ini terlihat cukup cepat sehingga diharapkan pada tahun 2015
target pencapaian MDGs dapat dipenuhi.
Gambar 1. Persentase Balita Kurang Gizi (Gizi Buruk dan Gizi
Kurang) Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2010
Data gizi buruk dan kurang menurut kabupaten/kota dihasilkan
melalui Riskesdas 2007, sedangkan pada Riskesdas 2010 hanya dihasilkan angka
provinsi. Angka kurang gizi yang paling rendah ditemui di Lahat, Prabumulih,
Lubuklinggau dan Palembang, sedangkan yang tertinggi ditemui di Muara Enim dan
OKI (Gambar 2.)
Gambar 2. Persentase Balita Kurang Gizi(Gizi Buruk dan Gizi
Kurang) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar