Tugas
Mata Kuliah Dasar Manajemen
KEPEMIMPINAN
Anggota :
1.
Dyah Sulistioning Tyas
Rahayu (25010113120141)
2. Fabrianing
Nur Rahmawati (25010113120142)
3. Ari
Omar (25010113120143)
4. Puspita
Kristina. K (25010113120144)
5. Nindya
Kurnia Aprinita (25010113120145)
6. Anita
Dewi Anggraini (25010113120146)
7.
Ernawati (25010113120160)
Kelas
: B
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2014
DAFTAR
ISI
COVER……..................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN…….......................................................................... 3
1.1 Latar
Belakang……............................................................................ 3
1.2 Tujuan……........................................................................................ 4
1.3
Manfaat……...................................................................................... . 4
BAB II PEMBAHASAN……............................................................................ 6
2.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ........................................... 6
2.2 Teori-Teori Kepemimpinan .................................................................. 12
2.3 Gaya dan Model Kepemimpinan ....................................................... 16
2.4 Kelebihan dan Kelemahan
Masing-Masing GayaKepemimpinan ........... 21
2.5
Tugas dan Fungsi Kepemimpinan ....................................................... 23
BAB III RINGKASAN………........................................................................... 26
3.1 Kesimpulan …..................................................................................... 26
3.2 Saran………....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA …..................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejak nenek
moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama
dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial
masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan
hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat
dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai
unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok
tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan
yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari
keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan
lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat
yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam
melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana
didefinisikan oleh Stoner, Freeman,
dan Gilbert (1995), kepemimpinan
adalah the process of directing and
influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan
adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal
berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep,
yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan
difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana
para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi
para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam
organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan
karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu,
pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin
mereka. (Kartini Kartono, 1983)
Kepemimpinan
merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentukatau sebagai
hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejakasal mula terbentuknya suatu
kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya
melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi
atau beberapa orang tampak lebih menonjol daripada yang lainnya. Itulah asal
mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam
struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat
diperlukkan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan daripada kelompok sosial yang bersangkutan
terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman-ancaman dari luar. Dalam
keadaan demikianlah, agak sulit bagi warga-warga kelompok yang bersangkutan
untuk menentukkan langkah-langkah yang harus diambil dalam mengatasi kesulitan
yang dihadapinya. (Kartini Kartono, 1983)
Munculnya
seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut
muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok tersebut akan
mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin
karena seorang individu yang diharapkan menjadi pimpinan, ternyata tidak
berhasil membuka tiga jalan bagi kelompoknya untuk mencapai tujuan dan bahwa
kebutuhan warganya tidak terpenuhi. (Kartini Kartono, 1983)
1.2
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian pemimpin dan kepemimpinan.
2. Mengetahui
teori-teori kepemimpinan.
3. Mengetahui
gaya dan model kepemimpinan.
4. Mengetahui
kelemahan dan kelebihan masing-masing gaya kepemimpinan.
5.
Mengetahui tugas dan
fungsi kepemimpinan.
1.3
Manfaat
1. Dapat
mengetahui pengertian pemimpin dan kepemimpinan.
2. Dapat
mengetahui teori-teori kepemimpinan.
3. Dapat
mengetahui gaya dan model kepemimpinan.
4. Dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing gaya kepemimpinan.
5.
Dapat mengetahui tugas
dan fungsi kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Dalam bab ini akan
dibahas tentang pengertian kepemimpinan dan pemimpin dan apa kaitan
kepemimpinan dengan manajemen. Sama halnya dengan manajemen, kepemimpinan juga
mempunyai banyak definisi.
Kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi orang lain untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan
menuju sasaran bersama. Karena itu, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ordway Tead (1954)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan mempengaruhi orang lain agar mau
bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Howard H. Hoyt mengartikan
kepemimpinan sebagai seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, termasuk di
dalamnya kemampuan membimbing. Kimbali Yeung mengartikan kepemimpinan sebagai
bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptasi atau penerimaan
oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
Ralph M. Stogdill,
dalam Sutarto, memberikan pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses
mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang terorganisasi dalam usaha mereka
menetapkan tujuan.
Sedangkan Sutarto
mendefinisikan kepimpinan sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak ahli yang
mendefiniskan kepemimpinan. Dari sekian banyak itu, Stoner mencoba
menggabungkannya menjadi satu pengertian, bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang
berhubungan dengan anggota kelompok.
Dapat dijelaskan
hal-hal berikut:
a. Kepemimpinan
harus melibatkan orang lain. Dengan kesedian mereka menerima pengarahan dari
pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status pemimpin dan
memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan.
b. Kepemimpinan
melibatkan distribusi yang tidak merata atas kekuasaan antara pemimpin dan yang
dipimpin. Pemimpin mempunyai wewenang mengarahkan bawahan, tetapi tidak
sebaliknya.
c. Kepemimpinan
secara sah dapat memberikan hak kepada pemimpin, tidak saja berupa pengarahan
tetapi juga pengaruh. Artinya, pemimpin tidak hanya dapat menyatakan apa yang
harus dikerjakan bawahan tetapi juga mempengaruhi bawahan melaksanakan perintah
tersebut.
Berbicara mengenai
kepemimpinan tidak akan lepas dari siapa yang memimpin. Pemimpin juga banyak
didefiniskan, salah satunya menurut Dale Timpale (1991), bahwa pemimpin adalah
orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan
produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat
mencapai sasaran perusahaan.
Kepemimpinan yang
efektif tergantung pada landasan manajerial yang kokoh. Menurut Chapman yang
dikutip Dale Timpe, lima landasan kepemimpinan yang kokoh adalah:
·
Cara berkomunikasi.
·
Pemberian motivasi.
·
Kemampuan memimpin.
·
Pengambilan keputusan.
·
Kekuasaan yang positif.
Selanjutnya, seorang
pemimpin dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Menurut Rodger D. Collons
seperti yang dikutip Dale Timpe, ciri umum pemimpin adalah :
·
Kelancaran bahasa.
·
Kemampuan untuk
memecahkan masalah.
·
Kesadaran akan kebutuhan.
·
Keluwesan.
·
Kecerdasan.
·
Kesediaan menerima
tanggung jawab.
·
Keterampilan sosial.
·
Kesadaran akan diri dan
lingkungan.
Untuk menjalankan
peran-peran seperti diuraikan di atas, seorang pemimpin harus mempunyai sarana
berupa:
·
Kewenangan formal.
·
Pengetahuan dan
pengalaman yang dapat ditambah.
·
Genjaran dan hukuman
untuk karyawan bawahannya.
·
Komunikasi dengan
bawahannya.
·
Perintah untuk
bawahannya. (Husein Umar, 2003)
Dalam definisi secara
luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu, juga mempengaruhi
interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa kepada para pengikutnya, pengorganisasian
dari aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan kerja sama
dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar
kelompok atau organisasi. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan dipahami
dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakan orang dan
mempengaruhi orang. Kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk
membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Ada
bermacam-macam kekuatan (kekuasaan) yang dimiliki pemimpin untuk menggerakkan orang
lain, yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan adalah
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya
dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Definisi ini mengandung tiga
implikasi penting, yaitu:
(1)
kepemimpinan itu
melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut
(2)
kepemimpinan melibatkan
pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang
karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya
(3)
adanya kemampuan untuk
menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi
tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan
mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja
sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kepemimpinan itu melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi
tertentu. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber
pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada apabila
seorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi,
sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul di luar struktur organisasi
formal. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat muncul dari dalam organisasi
atau karena ditunjuk secara formal. (Nurkolis, 2003)
Konsep kepemimpinan
erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin
memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa
sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian,
penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan. Pada dasarnya, kemampuan untuk
mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
kekuasaan. Kekuasaan dalam hal ini tak lain adalah kemampuan untuk mengajak
orang lain mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lain. (Nurkolis, 2003)
Praktik kepemimpinan
berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara
individual maupun kelompok dalam arahan tertentu. Kepemimpinan menunjuk pada
proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.
(Nurkolis, 2003)
Sedangkan menurut M.
Alfan, pengertian pemimpin itu dapat dilihat dari beberapa perspektif, yakni:
·
Focus
of group processes
Pemimpin merupakan
pusat segala aktivitas dan perubahan kelompok. Kepemimpinan adalah pusat
kehendak yang menggerakkan aneka aktivitas, perubahan, dan perkembangan
kelompok (organisasi).
·
Personality
perspective
Pemimpin merupakan
perpaduan antara bakat khusus (special
traits), dan karakteristik individu, yang memiliki kemampuan untuk
mendelegasikan tugas pada orang lain secara sempurna.
·
Act
atau behavior
Kepemimpinan merupakan
seperangkat tindakan dan perilaku tertentu yang mampu menggerakkan perubahan
dalam organisasi.
·
Power
relationship
Kepemimpinan adalah
relasi antara pemimpin (leader) dan
yang dipimpin (follower).
·
Istrument
of goal achievement
Kepemimpinan adalah
upaya membimbing anggota mencapai tujuan bersama.
·
Skills
perspective
Kepemimpinan adalah
kapabilitas yang membuatnya bekerja secara efektif
Northouse kemudian
memberi catatan khusus tentang apa itu kepemimpinan: (1) kepemimpinan itu
proses (leadership is a process); (2)
di dalam kepemimpinan ada pengaruh (leadership
involves influences); (3) konteks kepemimpinan adalah kelompok (leadership involves goal attainment).
Dari situ, definisi kepemimpinan menjadi sederhana: kepemimpinan adalah suatu
proses di mana seseorang punya pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk
menggerakkan individu lain meraih tujuan bersama. Dengan demikian, pemimpin
bukan saja orang yang memiliki sifat utama kepemimpinan (potensial), tetapi
juga mengaktualisasikannya. (M Alfin Alfian, 2009)
Tetapi salah satu di
antara definisi kepemimpinan yang paling banyak dipakai dan diterima oleh para
pakar dan praktisi, yang akan kita pakai seterusnya, berbunyi seperti berikut:
Kepemimpinan adalah
suatu usaha kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungan antarmanusia
untuk mempengaruhi orang lain tersebut (mungkin seorang atau sekelompok orang)
mau melakukan sesuatu dalam usaha untuk mencapai apa yang diinginkan oleh orang
yang mempengaruhi atau oleh mereka semua. (M Alfin Alfian, 2009)
Dalam kaitannya dengan
sebuah proses manajemen, yang dimaksud dengan kepemimpinan manajerial adalah
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari
para angota tim yang terlibat dalam proses manajemen yang berlangsung. Dengan
demikian, maka ada tiga implikasi penting dari batasan kita ini. (M Alfin
Alfian, 2009)
Pertama,
kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu bawahan atau pengikut. Karena
kesediaan mereka menerima pengarahan dari pemimpin, anggota kelompok ini
membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa
bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak relevan.
(M Alfin Alfian, 2009)
Kedua,
kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin
dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa
aktivitas anggota kelompok. Meskipun demikian, anggota kelompok jelas akan
mempengaruhi aktivitas tersebut dengan sejumlah cara. (M Alfin Alfian, 2009)
Ketiga,
di samping secara sah mampu memberi perintah atau pengarahan kepada bawahan
atau pengikut, pemimpin juga dapat mempengaruhi bawahan dengan berbagai cara
lain seperti yang akan kita bahas berikut ini.(M Alfin Alfian, 2009)
Definisi-definisi yang
disebutkan di atas semua mengandung arti bahwa dalam kepemimpinan tercermin
adanya pendayagunaan pengaruh dan semua hubungan antarmanusia dapat melibatkan
kepemimpinan. Hubungan yang terdapat dalam kepanitian, antara atasan dan
bawahan, antara penjual dan pembeli, antara dokter dan pasien bahkan antara
penjual dan pembeli, antara dokter dan pasien bahkan antara suami istri dan
anak-anak mereka misalnya sampai tingkat tertentu dapat disebut sebagai sebuah
kegiatan kepemimpinan. Selain itu, sebuah kegiatan kepemimpinan dapat
dipastikan mengandung pula kegiatan komunikasi. Suatu kejelasan dan kecermatan
komunikasi akan mempengaruhi pikiran, tingkah laku, dan hasil kerja para
pengikut. Ketidakmampuan berkomunikasi merupakan kelemahan yang serius apabila
kita ingin meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Unsur lain dalam pengertian
kepemimpinan yang tidak dapat diabaikan ialah menyangkut pencapaian suatu
tujuan. Maksudnya ialah bahwa sebuah kegiatan kepemimpinan pasti dimaksudkan
untuk mencapai sebuah tujuan; apakah itu hanya tujuan yang memimpin atau tujuan
yang akan menguntungkan semua yang terlibat. (M Alfin Alfian, 2009)
Secara mudahnya, dan
mengikuti definisi kepemimpinan diuraikan di atas, maka orang-orang yang
disebut sebagai pemimpin adalah : mereka yang melakukan kegiatan mempengaruhi
orang lain atau sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Tujuan
itu dapat merupakan tujuan bersama antara si pemimpin dan yang dipimpin, atau
tujuan si pemimpin itu sendiri, atau tujuan yang ditetapkan oleh organisasi di
mana si pemimpin dan yang dipimpin sama-sama menjadi anggotanya. (Achmad S
Rucky, 2009)
2.2.
Teori-Teori Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin, pada dasarnya dapat
diterangkan
melalui empat aliran teori sebagai
berikut :
1.
Teori Genetis (Keturunan)
Inti
dari teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not made” (pemimpin
itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganutaliran teori
ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpinkarena ia telah
dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadipemimpin, sesekali
kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenaitakdir, secara
filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas ataudeterminitis.
2.
Teori
Sosial
Jika
teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka
teoriinipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini
ialahbahwa “leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau
dididik danbukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Parapenganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan
pengalamanyang cukup.
3.
Teori
Ekologis
Kedua
teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai
reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori
ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat
dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.
4. Teori Kontingensi
Teori
kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan
seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas
kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya
kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan
kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin
bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor
situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Teori
atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena
teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau
teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada
kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan sub-ordinatnya sehingga
situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan
tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi-situasi yang spesifik.
Karena
situasi suatu organisasi sangat
bervariasi oleh karenanya masuk akal jika
tidak
ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya ditentukan oleh kedua hal yakni
karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk
dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus
dipertimbangkan.(Thomas,2008)
Teori
kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization
context) ada
2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation
Favorability.
Leader
Orientation merupakan pilihan yang dilakukan
pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi pada relationship atau
beorintasi pada task. Leader Orientation diketahui dari Skala semantic
differential dari rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least
preffered coworker = LPC) . LPC tinggi jika pemimpin tidak menyenangi rekan
kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan
kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin
berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan
bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas.
Situation
favorability adalah tolak
ukur sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang
ditentukan oeh 3 variabel situasi. Tiga aspek situasi yang dipertimbangkan
meliputi :
1. Hubungan pemimpin-anggota
Adalah batasan dimana pemimpin memiliki
dukungan dan kesetiaan dari para bawahan, pemimpin mempengaruhi kelompok dan
kondisi di mana ia dapat melakukan begitu. Seorang pemimpin yang diterima oleh
anggota kelompok adalah dalam situasi yang lebih menguntungkan daripada orang
yang tidak
2.
Kekuasaan Posisi
Batasan
dimana pemimpin memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja bawahan dan memberikan
penghargaan serta hukuman.
3. Struktur
Tugas
Batasan
dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, sebuah gambaran
rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan indikator objektif mengenai seberapa
baiknya tugas itu dilaksanakan.( Kasali,2005)
Pada dasarnya
teori munculnya kepemimpinan dapat dikelompokkan ke 3 teori, yaitu:
1.
Teori
bawaan
Teori
ini berpandangan bahwa secara filosofis manusia itu memiliki kemampuan yang
luar biasa, baik fisik maupun otaknya. Akan tetapi kemampuan yang dimaksud
tidak sama pada masing-masing orang. Artinya kemampuan dapat saja hanya
dimiliki oleh subjek tertentu dan tidak dimiliki orang lain kemampuan ini
dilukiskan sebagai kelebihan yang menonjol yang ada dalam diri seseorang.
Manusia seperti ini memiliki faktor internal berupa kekuatan khusus, yairtu
kekuatan untuk menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. Pendapat
ini melihat bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin tanpa melihat faktor
eksternal. (Danim Sudarwan, 2004)
2. Teori Psikologis
Teori
ini berasusmsi bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dibentuk sesuai dengan
jiwanya.
Konsep
dasar dari teori ini adalah bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk,
dimanipulasi, didongkrak kematangannya dan karenanya bakat yang dibawa sejak
lahir ke muka bumi ini bisa diabaikan. Manusia belajar dari pengalaman dan
pengalaman menaikkan tinhkat kematangan seseorang sejalan dengan kematngan
psikologisnya menurut usia kronologis. Artinya lingkungan adalah bagian penting
dari kehidupan seseorang. (Danim Sudarwan, 2004)
3.
Teori
Situasi
Situasi
yang ada mempengaruhi dan membebtuk kapasitas manusia. Ajaran teori ini
menjelaskan bahwa kepemimpinan seseorang muncul sejalan dengan situasi atau
lingkungan yang mengelilinginya. Pada saat tertentu seseorang berfungsi sebagai
pemimpin. Pada saat lain sebagai manusia yang dipimpin. Bakat dan kemampuan
seseorang dapat terwujud hanya pada situasi tertentu. (Danim Sudarwan, 2004)
2.3
Gaya dan Model Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang
digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Seorang pemimpin
akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya (Sukarno
Marzuki, 2002).
Menurut Ostroff (1992) gaya dan sikap
kepemimpinan adalah salah satu yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat pula
mempengaruhi komitmen organisasi, dan kinerja karyawan.
Hersey dan Blanchard (1992) mengemukakan
bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen,
yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan
tersebut diwujudkan. Menurut
Hersey dan Blanchard, pemimpin
adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan
unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi.
Organisasi akan berjalan dengan baik jika pemimpin mempunyai kecakapan dalam
bidangnya, dan setiap pemimpin mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti
keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang
atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau
pengikut yang
setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati
bersama guna mencapai tujuan. Dalam
suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena
sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini.
Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif,
dimana seorang pemimpin berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku
orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan
bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pemimpin pada beberapa tahun
yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena
memang situasinya telah berlainan.
Gaya kepemimpinan dalam organisasi
sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan
membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi. Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan
yang sama dalam memimpin bawahannya, namun harus disesuaikan dengan
karakter-karakter tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya. Pemimpin
yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih
dahulu harus memahami siapa bawahannya, apa kelemahan dan kelebihannya.
Dalam teori jalur tujuan (Path Goal
Theory) yang dikembangkan oleh Robert House (1971, dalam Kreitner dan Kinicki,
2005) menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara
memberikan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa
hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha yang serius. Perilakupemimpin
memberikan motivasi sampai tingkat (1) mengurangi halangan jalanyang mengganggu
pencapaian tujuan, (2) memberikan panduan dan dukunganyang dibutuhkan oleh para
karyawan, dan (3) mengaitkan penghargaan yangberarti terhadap pencapaian tujuan.
House mengidentifikasikan gaya kepemimpinan dalam lima gaya kepemimpinan,
yaitu:
1. Gaya
Direktif
Dimana
pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka,
memberitahukan jadwal kerja yang harus diselesaikan dan standar kerja, serta
memberikan bimbingan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas
tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan
pengawasan.(Mamduh, 1997).
House
dan Mitchell (1974) dalam Yukl (1989) menyatakan bahwa direktif leadership itu
memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberi
pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan
dan prosedur-prosedur, mengatur waktu dan mengkoordinaasi pekerjaan mereka.
Sedangkan
menurut Griffin (1980) dalam Yukl (1989), pegawai yang mengerjakan tugas-tugas
sulit tetapi karena kurang motivasi mereka tidak mau menerima situasi yang ambigu
ini dengan mengatur aktivitas-aktivitas mereka sendiri. Fungsi pimpinan dalam
situasi ini adalah memberikan struktur tugas dengan merencanakan,
mengorganisir, mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengontrol kerja anak buahnya.
Sikap direktif yang demikian diperkirakan akan membuahkan hasil-hasil yang
positif.
2. Gaya
Supportif
Gaya
kepemimpinan yang menunjukkan keramahan seorang pemimpin, mudah ditemui daan
menunjukkan sikap memperhatikan bawahannya (House dan Mitchell 1974 dalam Yukl
1989). Mamduh (1997) mengatakan jika manajer ingin meningkatkan kesatuan dan
kekompakan kelompok digunakan gaya kepemimpinan supportif. Sedangkan Yukl
(1989) mengatakan apabila tugas tersebut terlalu menekan (stresfull),
membosankan atau berbahaya, maka supportif akan menyebabkan meningkatnya usaha
dan kepuasan bawahan dengan cara meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi
ketegangan dan meminimalisasi aspek-aspek yang tidak menyenangkan. Kepemimpinan
gaya supportif, menggambarkan situasi dimana pegawai yang memiliki kebutuhan tinggi
untuk berkembang mengerjakan tugas-tugas yang mudah, sederhana, dan rutin.
Individu seperti ini mengharapkan pekerjaan sebagai sumber pemuasan kebutuhan,
tetapi kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Reaksi yang mungkin timbul adalah
perasaan kecewa dan frustasi. Bukti-bukti penelitian oleh House&Mitchell
(1974) dalam Yukl (1989) dengan kuat menunjukkan bahwa pegawai yang mengerjakan
tugas-tugas yang kurang memuaskan seperti ini cenderung memberikan respon
positif terhadap sikap pimpinan yang supportif (Griffin, 1980) dalam Yukl
(1989).
3. Gaya
Partisipatif
Gaya
kepemimpinan dimana mengharapkan saran-saran dan ide mereka (bawahan) sebelum
mengambil suatu keputusan (House dan Mitchell 1974 dalam Yukl 1989). Gaya
kepemimpinan yang partisipatif lebih sesuai jika bawahan mempunyai locus of
control yang tinggi, ia merasa jalan hidupnya lebih banyak dikendalikan
oleh dirinya bukan oleh faktor luar seperti takdir, (Mamduh, 1997). Vroom dan
Arthur Jago (1988 dalam Yukl, 1989) mengatakan bahwa partisipasi bawahan juga
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin. Situasi dimana
kebutuhan untuk berkembang rendah dan pegawai mengerjakan tugas-tugas yang
mudah, sikap yang dianggap tepat untuk pegawai yang secara ego terlibat dengan
pekerjaan dan mengalami kepuasan intrinsik dari tugas yang dikerjakan adalah
sikap partisipatif dan berorientasi prestasi (Griffin, 1980 dalam Yukl, 1989).
4. Gaya
Orientasi Prestasi
Gaya
kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus mencari
pengembangan prestasi dalam pencapaian tujuan tersebut. Yukl (1989) menyatakan
bahwa tingkah laku individu didorong oleh need for achievement atau
kebutuhan untuk berprestasi. Kepemimpinan yang berorientasi kepada prestasi (achievement)
dihipotesakan akan meningkatkan usaha dan kepuasan bila pekerjaan tersebut
tidak tersetruktur (misalnya kompleks dan tidak diulang-ulang) dengan
meningkatkan rasa percaya diri dan harapan akan menyelesaikan sebuah tugas dan
tujuan yang menantang. Kepuasan kerja lebih tinggi diperoleh apabila telah
melaksanakan prestasi kerja yang baik. Pegawai yang memiliki kebutuhan untuk
berkembang dan mengerjakan tugas-tugas sulit berdasarkan pembahasan konseptual
House&Mitchell (1974 dalam Yukl, 1989) sikap pemimpin yang paling tepat
untuk pegawai ini adalah gaya partisipatif dan berorientasi prestasi.
5. Gaya
Pengasuh
Dalam
kepemimpinan gaya pengasuh, sikap yang mungkin tepat adalah campur tangan minim
dari pimpinan. Dimana pemimpin hanya memantau kinerja tetapi tidak mengawasi
pegawai secara aktif. Tidak dibutuhkan banyak interaksi antara pimpinan dengan
pegawai sepanjang kinerja pegawai tidak menurun. Pimpinan merasa lebih tepat
untuk tidak campur tangan dengan tugas-tugas pegawai (Griffin, 1980 dalam Yukl,
1989).
Sedangkan Kartini Kartono menjelaskan
bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1.
Tipe
Kharismatik
Tipe
ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka
mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya
timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai
kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
2.
Tipe
Paternalistik
Tipe
Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain:
a. Menganggap
bawahannya belum dewasa
b. Bersikapterlalu
melindungi
c. Jarang
memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d. Selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
3.
Tipe
Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai
sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin
organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin
bertindak sebagai diktator
c. Cara
menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman
4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai
sifat-sifat:
a. Menuntut kedisiplinan
yang keras dan kaku
b. Lebih banyak menggunakan
sistem perintah
c. Menghendaki keputusan
mutlak dari bawahan
d. Formalitas
yang berlebih-lebihan
e. Tidak
menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat
komunikasi hanya sepihak
5.
Tipe
Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah
kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan.
Kepemimpinan demokrasimenghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada
aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsur organisasi dilibatkan
dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan, pembuatan rencana keputusan,
disiplin.
2.4.
Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing Gaya Kepemimpinan
Menurut Hani Handoko kelebihan dan kelemahan gaya kepemimpinan
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Direktif
Kelebihan
gaya direktif :
· Atasan
memiliki hak veto
· Kinerja
karyawan sangat terkontrol sehingga target perusahaan dapat tercapai
Kekurangan
gaya direktif :
· Tertutup
· Adanya
kesenjangan antara karyawan dan atasan
· Pengembangan
dan pertumbuhan karyawan tidak terperhatikan
2.
Supportif
Kelebihan
gayasupportif
· Dapat
lebih meningkatkan kinerja karyawan karena
tingginya motivasi
· Atasan
dengan karyawan lebih dekat
· Menciptakan
suasana persahabatan
· Memberikan
kesempatan pada bawahan untuk membuat keputusan
Kekurangan gaya
supportif
· Terjadi
ketergantugan pada mood kerja(motivasi kerja)
· Atasan
kehilangan keotoriteran
· Minimnya
pengawasan pada karyawan
3.
Partisipatif
Kelebihan gaya
partisipatif
· Cocok
diterapkan jika kemampuan bawahan lebih baik ketimbang atasan
· Memberikan
kesempatan pada anggota organisasi atau bawahan ikut serta dalam menetapkan
tujuan, membuat keputusan dan mendiskripsikan perintah
Kekurangan gaya partisipatif
· Pengambilan
keputusan dipengaruhi bawahan
· Karyawan
sulit berkembang
4.
Orientasi Prestasi
Kelebihan
gaya orientasi prestasi
· Timbulnya
kepercayaan diri pada bawahan di pekerjaannya
· Baik
untuk perkembangan pekerja
· Menantang dan merangsang
para karyawan, mengharapkan karyawan untuk berprestasi setinggi mungkin
· Meningkatkanusaha dan kepuasan bila pekerjaan
tersebut tidak tersetruktur
Kekurangan
gaya orientasi prestasi
· Dapat
menjadi boomerang terhadap kepercayaan diri pekerja atau bawahan
· Tercapai
atau tidaknya target tergantung dari pekerja
2.5
Tugas dan Fungsi Kepemimpinan
Tugas pokok seorang
pemimpin yaitu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah
disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya
tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri,
tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang
dipimpin mau bekerja secara efektif seorang pemimpin di samping harus memiliki
inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara
lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan
menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan
menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal
(antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit),
serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain
:
a.
Melaksanaan Fungsi
Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :
·
Penyusunan Rencana
·
Penyusunan Organisasi
Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian
·
Pelaporan.
b. Mendorong
(memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun.
c. Membina
bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara baik.
d. Membina
bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
e. Menciptakan
iklim kerja yang baik dan harmonis.
f. Menyusun
fungsi manajemen secara baik.
g. Menjadi
penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas.
h. Menjadi
wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar.
Fungsi Kepemimpinan:
1.
Pemimpin sebagai
eksekutif (executive Leader)
Sering
kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan
kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan mengawasi tindakan
orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang
kemudian memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan
didalam masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat
sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
2. Pemimpin
sebagai penengah
Dalam
masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan
keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal dengan
pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit
yang mempunyai tugas sebagai wasit.
3. Pemimpin
sebagai penganjur
Sebagai
propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan
orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi
dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin
yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang
pandai bergaul dan fasih berbicara.
4. Pemimpin
sebagai ahli
Pemimpin
sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang,
berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia
bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana
terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen,
dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya
karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain.
5. Pemimpin
diskusi
Tipe
pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang
demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang
yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang
menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
BAB III
RINGKASAN
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi orang lain untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan
menuju sasaran bersama. Karena itu, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga kepemimpinan
dipahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakan orang
dan mempengaruhi orang.
Dalam kepemimpinan
memiliki tiga implikasi penting yaitu kepemimpinan itu melibatkan orang lain, kepemimpinan
melibatkan pendistribusian kekuasaan dan adanya kemampuan untuk menggunakan
berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku
pengikutnya dengan berbagai cara.
Kepemimpinan yang
efektif tergantung pada landasan manajerial yang kokoh, yang oleh Chapman yang
dikutip Dale Timpe digambarkan dalam cara berkomunikasi, pemberian motivasi, kemampuan
memimpin, pengambilan keputusan, kekuasaan yang postif.
Sedangkan seseorang
pemimpin dapat diketahui jika ia memiliki kemampuan sebagai pemimpin digambarkan
dalam ciri umum yaitu kelancarannya dalamberbahasa, memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwesan, kecerdasan, kesediaan
menerima tanggung jawab, keterampilan sosial, kesadaran akan diri dan
lingkungan.
Kemampuan seseorang
dalam memimpin juga dipengaruhi oleh gaya yang digunakannya.Gaya kepemimpinan
sendiri dipengaruhi oleh teori genetika, teori sosial,teori ekologis dan teori
kontingesi.Gaya kepemimpinan seorang pemimpin satu dengan lainnya berbeda-beda
tergantung siapa yang dihadapi,apa kelemahan dan kelebihan bawahannya dan juga
situasi lingkungan kerja. Gaya
kepemimpinan yang biasa digunakanan antara lain gaya direktif, supportif,
partisipatif, orientasi prestasi dan pengasuh.
Tugas pokok pemimpin antara lain melaksanaan fungsi managerial, memotivasi bawahan, membina bawahan, menciptakan iklim kerja
yang baik dan harmonis,
menyusun fungsi manajemen secara baik, menjadi penggerak yang
baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas.
3.2 Saran
Agar
suatu perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan baik diperlukan pemimpin
yang paham betul dengan situasi, kondisi keadaan dan siapa orang yang dihadapi,
sehingga ia mampu memutuskan harus bagaimana berperilaku dan menerapkan gaya dalam
kepemimpinannya. Setiap orang sebenarnya memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya
tergantung bagaimana ia mengasah dan keinginannya untuk terus belajar dan memperbaiki
diri. Agar kepemimpinan dapat berjalan dengan baik ia harus memiliki kewibawaan
dalam dirinya untuk mengatur bawahan dan menjalankan tugasnya, sehingga seorang
pemimpin tidak akan diremehkan oleh bawahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, MA. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Andrawijaya, AI. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru
Baihaqi, M.2010.Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerjadengan Komitmen
Organisasisebagai Variabel Intervening ( Studi Pada PT. Yudhistira Ghalia
Indonesia Area Yogyakarta )
Danim, S. 2004. Motivasi dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Darwinto.2008. Analisi
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi
untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Universitas Diponegoro
Effendy,
AU. 1981. Kepemimpinan dan Komunikasi.
Bandung: Alumni
Handoko,
H.2012.Manajemen. Yogyakarta:BPFE
Kartono,
K. 1983. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta: CV RAJAWALI
Kasali,Rhenaldh.2005.Change.Jakarta:GramediaPustakaUtama
Kreitner, R; dan Kinicki, Angelo, 2005,”Perilaku
Organisasi”, Buku 1,
EdisiKelima, Jakarta:SalembaEmpat.
Mamduh, H. 1997.Manajemen. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mar’at. 1980. Pemimpin dan kepemimpinan. Bandung: Ghalia Indonesia.
Marzuki.
S. 2002.Analisis Pengaruh Perilaku
Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Account Officer: Studi Empirik
pada Kantor Cab BRI di Wilayah Jawa Timur.Tesis.Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro (tidak dipublikasikan).
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Grasindo.
Ostroff,
C. 1992. “The Relationship Between
Satisfaction Attitudes and Performance an Organization Level Analysis”.Journal of AppliedPsychology. Vol.77.
No. 68. p. 933-974.
Pasolog,
H. 2011. Teori administrasi publik. Bandung: ALFABETA
Rucky, SA. 2009. Sukses sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau MBA. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama.
Thomas S Bateman, Scott A
Snell.2008.Manajemen edisi 7. Jakarta:SalembaEmpat
Umar H. 2003. Business an Introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yukl,
G A. 1989. “Managerial Leadership: A
Review of Theory and Research”.Journal
of Management. Vol 15. No.2. 251-289.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar