Jumat, 26 September 2014

kepemimpinan


Tugas Mata Kuliah Dasar Manajemen
KEPEMIMPINAN









Anggota :
1.      Dyah Sulistioning Tyas Rahayu          (25010113120141)
2.      Fabrianing Nur Rahmawati                 (25010113120142)
3.      Ari Omar                                             (25010113120143)
4.      Puspita Kristina. K                              (25010113120144)
5.      Nindya Kurnia Aprinita                      (25010113120145)
6.      Anita Dewi Anggraini                                    (25010113120146)
7.      Ernawati                                              (25010113120160)
Kelas : B



UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2014
DAFTAR ISI

COVER…….....................................................................................................         1
DAFTAR ISI....................................................................................................          2
BAB I PENDAHULUAN……..........................................................................       3
1.1  Latar Belakang……............................................................................        3
1.2  Tujuan……........................................................................................          4
1.3  Manfaat……......................................................................................        . 4
BAB II PEMBAHASAN……............................................................................      6
2.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan  ...........................................     6
2.2 Teori-Teori Kepemimpinan  ..................................................................      12
2.3 Gaya dan Model Kepemimpinan    .......................................................     16
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing GayaKepemimpinan   ........... 21
2.5 Tugas dan Fungsi Kepemimpinan   .......................................................     23
BAB III RINGKASAN………...........................................................................      26
          3.1 Kesimpulan  ….....................................................................................       26
3.2 Saran……….......................................................................................         27
DAFTAR PUSTAKA            ….....................................................................................       28



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. (Kartini Kartono, 1983)
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentukatau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejakasal mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol daripada yang lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukkan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan daripada kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman-ancaman dari luar. Dalam keadaan demikianlah, agak sulit bagi warga-warga kelompok yang bersangkutan untuk menentukkan langkah-langkah yang harus diambil dalam mengatasi kesulitan yang dihadapinya. (Kartini Kartono, 1983)
Munculnya seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan menjadi pimpinan, ternyata tidak berhasil membuka tiga jalan bagi kelompoknya untuk mencapai tujuan dan bahwa kebutuhan warganya tidak terpenuhi. (Kartini Kartono, 1983)

1.2  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pemimpin dan kepemimpinan.
2.      Mengetahui teori-teori kepemimpinan.
3.      Mengetahui gaya dan model kepemimpinan.
4.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing gaya kepemimpinan.
5.      Mengetahui tugas dan fungsi kepemimpinan.

1.3  Manfaat
1.      Dapat mengetahui pengertian pemimpin dan kepemimpinan.
2.      Dapat mengetahui teori-teori kepemimpinan.
3.      Dapat mengetahui gaya dan model kepemimpinan.
4.      Dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing gaya kepemimpinan.
5.      Dapat mengetahui tugas dan fungsi kepemimpinan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian kepemimpinan dan pemimpin dan apa kaitan kepemimpinan dengan manajemen. Sama halnya dengan manajemen, kepemimpinan juga mempunyai banyak definisi.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan menuju sasaran bersama. Karena itu, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ordway Tead (1954) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Howard H. Hoyt mengartikan kepemimpinan sebagai seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, termasuk di dalamnya kemampuan membimbing. Kimbali Yeung mengartikan kepemimpinan sebagai bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
Ralph M. Stogdill, dalam Sutarto, memberikan pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan tujuan.
Sedangkan Sutarto mendefinisikan kepimpinan sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak ahli yang mendefiniskan kepemimpinan. Dari sekian banyak itu, Stoner mencoba menggabungkannya menjadi satu pengertian, bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok.
Dapat dijelaskan hal-hal berikut:
a.       Kepemimpinan harus melibatkan orang lain. Dengan kesedian mereka menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status pemimpin dan memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan.
b.      Kepemimpinan melibatkan distribusi yang tidak merata atas kekuasaan antara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin mempunyai wewenang mengarahkan bawahan, tetapi tidak sebaliknya.
c.       Kepemimpinan secara sah dapat memberikan hak kepada pemimpin, tidak saja berupa pengarahan tetapi juga pengaruh. Artinya, pemimpin tidak hanya dapat menyatakan apa yang harus dikerjakan bawahan tetapi juga mempengaruhi bawahan melaksanakan perintah tersebut.
Berbicara mengenai kepemimpinan tidak akan lepas dari siapa yang memimpin. Pemimpin juga banyak didefiniskan, salah satunya menurut Dale Timpale (1991), bahwa pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan.
Kepemimpinan yang efektif tergantung pada landasan manajerial yang kokoh. Menurut Chapman yang dikutip Dale Timpe, lima landasan kepemimpinan yang kokoh adalah:
·         Cara berkomunikasi.
·         Pemberian motivasi.
·         Kemampuan memimpin.
·         Pengambilan keputusan.
·         Kekuasaan yang positif.
Selanjutnya, seorang pemimpin dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Menurut Rodger D. Collons seperti yang dikutip Dale Timpe, ciri umum pemimpin adalah :
·         Kelancaran bahasa.
·         Kemampuan untuk memecahkan masalah.
·         Kesadaran akan kebutuhan.
·         Keluwesan.
·         Kecerdasan.
·         Kesediaan menerima tanggung jawab.
·         Keterampilan sosial.
·         Kesadaran akan diri dan lingkungan.
Untuk menjalankan peran-peran seperti diuraikan di atas, seorang pemimpin harus mempunyai sarana berupa:
·         Kewenangan formal.
·         Pengetahuan dan pengalaman yang dapat ditambah.
·         Genjaran dan hukuman untuk karyawan bawahannya.
·         Komunikasi dengan bawahannya.
·         Perintah untuk bawahannya. (Husein Umar, 2003)
Dalam definisi secara luas kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu, juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa kepada para pengikutnya, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakan orang dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Ada bermacam-macam kekuatan (kekuasaan) yang dimiliki pemimpin untuk menggerakkan orang lain, yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan terhadap para anggota kelompok. Definisi ini mengandung tiga implikasi penting, yaitu:
(1)   kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut
(2)   kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya
(3)   adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan itu melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu. (Nurkolis, 2003)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada apabila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi, sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul di luar struktur organisasi formal. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat muncul dari dalam organisasi atau karena ditunjuk secara formal. (Nurkolis, 2003)
Konsep kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan konsep kekuasaan. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan paksaan, legitimasi, keahlian, penghargaan, referensi, informasi, dan hubungan. Pada dasarnya, kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kekuasaan. Kekuasaan dalam hal ini tak lain adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mau melakukan apa yang diinginkan oleh pihak lain. (Nurkolis, 2003)
Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam arahan tertentu. Kepemimpinan menunjuk pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya. (Nurkolis, 2003)
Sedangkan menurut M. Alfan, pengertian pemimpin itu dapat dilihat dari beberapa perspektif, yakni:
·         Focus of group processes
Pemimpin merupakan pusat segala aktivitas dan perubahan kelompok. Kepemimpinan adalah pusat kehendak yang menggerakkan aneka aktivitas, perubahan, dan perkembangan kelompok (organisasi).
·         Personality perspective
Pemimpin merupakan perpaduan antara bakat khusus (special traits), dan karakteristik individu, yang memiliki kemampuan untuk mendelegasikan tugas pada orang lain secara sempurna.
·         Act atau behavior
Kepemimpinan merupakan seperangkat tindakan dan perilaku tertentu yang mampu menggerakkan perubahan dalam organisasi.
·         Power relationship
Kepemimpinan adalah relasi antara pemimpin (leader) dan yang dipimpin (follower).
·         Istrument of goal achievement
Kepemimpinan adalah upaya membimbing anggota mencapai tujuan bersama.
·         Skills perspective
Kepemimpinan adalah kapabilitas yang membuatnya bekerja secara efektif
Northouse kemudian memberi catatan khusus tentang apa itu kepemimpinan: (1) kepemimpinan itu proses (leadership is a process); (2) di dalam kepemimpinan ada pengaruh (leadership involves influences); (3) konteks kepemimpinan adalah kelompok (leadership involves goal attainment). Dari situ, definisi kepemimpinan menjadi sederhana: kepemimpinan adalah suatu proses di mana seseorang punya pengaruh dalam satu kelompok (organisasi) untuk menggerakkan individu lain meraih tujuan bersama. Dengan demikian, pemimpin bukan saja orang yang memiliki sifat utama kepemimpinan (potensial), tetapi juga mengaktualisasikannya. (M Alfin Alfian, 2009)
Tetapi salah satu di antara definisi kepemimpinan yang paling banyak dipakai dan diterima oleh para pakar dan praktisi, yang akan kita pakai seterusnya, berbunyi seperti berikut:
Kepemimpinan adalah suatu usaha kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungan antarmanusia untuk mempengaruhi orang lain tersebut (mungkin seorang atau sekelompok orang) mau melakukan sesuatu dalam usaha untuk mencapai apa yang diinginkan oleh orang yang mempengaruhi atau oleh mereka semua. (M Alfin Alfian, 2009)
Dalam kaitannya dengan sebuah proses manajemen, yang dimaksud dengan kepemimpinan manajerial adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para angota tim yang terlibat dalam proses manajemen yang berlangsung. Dengan demikian, maka ada tiga implikasi penting dari batasan kita ini. (M Alfin Alfian, 2009)
Pertama, kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu bawahan atau pengikut. Karena kesediaan mereka menerima pengarahan dari pemimpin, anggota kelompok ini membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak relevan. (M Alfin Alfian, 2009)
Kedua, kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa aktivitas anggota kelompok. Meskipun demikian, anggota kelompok jelas akan mempengaruhi aktivitas tersebut dengan sejumlah cara. (M Alfin Alfian, 2009)
Ketiga, di samping secara sah mampu memberi perintah atau pengarahan kepada bawahan atau pengikut, pemimpin juga dapat mempengaruhi bawahan dengan berbagai cara lain seperti yang akan kita bahas berikut ini.(M Alfin Alfian, 2009)
Definisi-definisi yang disebutkan di atas semua mengandung arti bahwa dalam kepemimpinan tercermin adanya pendayagunaan pengaruh dan semua hubungan antarmanusia dapat melibatkan kepemimpinan. Hubungan yang terdapat dalam kepanitian, antara atasan dan bawahan, antara penjual dan pembeli, antara dokter dan pasien bahkan antara penjual dan pembeli, antara dokter dan pasien bahkan antara suami istri dan anak-anak mereka misalnya sampai tingkat tertentu dapat disebut sebagai sebuah kegiatan kepemimpinan. Selain itu, sebuah kegiatan kepemimpinan dapat dipastikan mengandung pula kegiatan komunikasi. Suatu kejelasan dan kecermatan komunikasi akan mempengaruhi pikiran, tingkah laku, dan hasil kerja para pengikut. Ketidakmampuan berkomunikasi merupakan kelemahan yang serius apabila kita ingin meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Unsur lain dalam pengertian kepemimpinan yang tidak dapat diabaikan ialah menyangkut pencapaian suatu tujuan. Maksudnya ialah bahwa sebuah kegiatan kepemimpinan pasti dimaksudkan untuk mencapai sebuah tujuan; apakah itu hanya tujuan yang memimpin atau tujuan yang akan menguntungkan semua yang terlibat. (M Alfin Alfian, 2009)
Secara mudahnya, dan mengikuti definisi kepemimpinan diuraikan di atas, maka orang-orang yang disebut sebagai pemimpin adalah : mereka yang melakukan kegiatan mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Tujuan itu dapat merupakan tujuan bersama antara si pemimpin dan yang dipimpin, atau tujuan si pemimpin itu sendiri, atau tujuan yang ditetapkan oleh organisasi di mana si pemimpin dan yang dipimpin sama-sama menjadi anggotanya. (Achmad S Rucky, 2009)

2.2. Teori-Teori Kepemimpinan
            Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat
diterangkan melalui empat aliran teori sebagai berikut :

1.       Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not made” (pemimpin itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganutaliran teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpinkarena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadipemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenaitakdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas ataudeterminitis.

2.      Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teoriinipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialahbahwa “leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik danbukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Parapenganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalamanyang cukup.

3.      Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.

4.      Teori Kontingensi
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan sub-ordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik.
Karena situasi suatu organisasi sangat bervariasi oleh karenanya masuk akal jika tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.(Thomas,2008)
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization context) ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation Favorability.
Leader Orientation merupakan pilihan yang dilakukan pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi pada relationship atau beorintasi pada task. Leader Orientation diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi jika pemimpin tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas.
Situation favorability adalah tolak ukur sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi. Tiga aspek situasi yang dipertimbangkan meliputi :
1.      Hubungan pemimpin-anggota
Adalah batasan dimana pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan dari para bawahan, pemimpin mempengaruhi kelompok dan kondisi di mana ia dapat melakukan begitu. Seorang pemimpin yang diterima oleh anggota kelompok adalah dalam situasi yang lebih menguntungkan daripada orang yang tidak
2.      Kekuasaan Posisi
Batasan dimana pemimpin memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja bawahan dan memberikan penghargaan serta hukuman.
3.      Struktur Tugas
Batasan dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, sebuah gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan indikator objektif mengenai seberapa baiknya tugas itu dilaksanakan.( Kasali,2005)
Pada dasarnya teori munculnya kepemimpinan dapat dikelompokkan ke 3 teori, yaitu:
1.      Teori bawaan
Teori ini berpandangan bahwa secara filosofis manusia itu memiliki kemampuan yang luar biasa, baik fisik maupun otaknya. Akan tetapi kemampuan yang dimaksud tidak sama pada masing-masing orang. Artinya kemampuan dapat saja hanya dimiliki oleh subjek tertentu dan tidak dimiliki orang lain kemampuan ini dilukiskan sebagai kelebihan yang menonjol yang ada dalam diri seseorang. Manusia seperti ini memiliki faktor internal berupa kekuatan khusus, yairtu kekuatan untuk menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. Pendapat ini melihat bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin tanpa melihat faktor eksternal. (Danim Sudarwan, 2004)

2.      Teori Psikologis
Teori ini berasusmsi bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dibentuk sesuai dengan jiwanya.
Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk, dimanipulasi, didongkrak kematangannya dan karenanya bakat yang dibawa sejak lahir ke muka bumi ini bisa diabaikan. Manusia belajar dari pengalaman dan pengalaman menaikkan tinhkat kematangan seseorang sejalan dengan kematngan psikologisnya menurut usia kronologis. Artinya lingkungan adalah bagian penting dari kehidupan seseorang. (Danim Sudarwan, 2004)

3.      Teori Situasi
Situasi yang ada mempengaruhi dan membebtuk kapasitas manusia. Ajaran teori ini menjelaskan bahwa kepemimpinan seseorang muncul sejalan dengan situasi atau lingkungan yang mengelilinginya. Pada saat tertentu seseorang berfungsi sebagai pemimpin. Pada saat lain sebagai manusia yang dipimpin. Bakat dan kemampuan seseorang dapat terwujud hanya pada situasi tertentu. (Danim Sudarwan, 2004)

2.3 Gaya dan Model Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya (Sukarno Marzuki, 2002).
Menurut Ostroff (1992) gaya dan sikap kepemimpinan adalah salah satu yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat pula mempengaruhi komitmen organisasi, dan kinerja karyawan.
Hersey dan Blanchard (1992) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Menurut Hersey dan Blanchard, pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pemimpin mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pemimpin mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama  guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Adapun situasi menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, dimana seorang pemimpin berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pemimpin pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan.
Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya. Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahannya, apa kelemahan dan kelebihannya.
Dalam teori jalur tujuan (Path Goal Theory) yang dikembangkan oleh Robert House (1971, dalam Kreitner dan Kinicki, 2005) menyatakan bahwa pemimpin mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha yang serius. Perilakupemimpin memberikan motivasi sampai tingkat (1) mengurangi halangan jalanyang mengganggu pencapaian tujuan, (2) memberikan panduan dan dukunganyang dibutuhkan oleh para karyawan, dan (3) mengaitkan penghargaan yangberarti terhadap pencapaian tujuan. House mengidentifikasikan gaya kepemimpinan dalam lima gaya kepemimpinan, yaitu:

1.    Gaya Direktif
Dimana pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus diselesaikan dan standar kerja, serta memberikan bimbingan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan pengawasan.(Mamduh, 1997).
House dan Mitchell (1974) dalam Yukl (1989) menyatakan bahwa direktif leadership itu memberitahukan kepada para bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberi pedoman yang spesifik, meminta para bawahan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur, mengatur waktu dan mengkoordinaasi pekerjaan mereka.
Sedangkan menurut Griffin (1980) dalam Yukl (1989), pegawai yang mengerjakan tugas-tugas sulit tetapi karena kurang motivasi mereka tidak mau menerima situasi yang ambigu ini dengan mengatur aktivitas-aktivitas mereka sendiri. Fungsi pimpinan dalam situasi ini adalah memberikan struktur tugas dengan merencanakan, mengorganisir, mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengontrol kerja anak buahnya. Sikap direktif yang demikian diperkirakan akan membuahkan hasil-hasil yang positif.

2.    Gaya Supportif
Gaya kepemimpinan yang menunjukkan keramahan seorang pemimpin, mudah ditemui daan menunjukkan sikap memperhatikan bawahannya (House dan Mitchell 1974 dalam Yukl 1989). Mamduh (1997) mengatakan jika manajer ingin meningkatkan kesatuan dan kekompakan kelompok digunakan gaya kepemimpinan supportif. Sedangkan Yukl (1989) mengatakan apabila tugas tersebut terlalu menekan (stresfull), membosankan atau berbahaya, maka supportif akan menyebabkan meningkatnya usaha dan kepuasan bawahan dengan cara meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi ketegangan dan meminimalisasi aspek-aspek yang tidak menyenangkan. Kepemimpinan gaya supportif, menggambarkan situasi dimana pegawai yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berkembang mengerjakan tugas-tugas yang mudah, sederhana, dan rutin. Individu seperti ini mengharapkan pekerjaan sebagai sumber pemuasan kebutuhan, tetapi kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Reaksi yang mungkin timbul adalah perasaan kecewa dan frustasi. Bukti-bukti penelitian oleh House&Mitchell (1974) dalam Yukl (1989) dengan kuat menunjukkan bahwa pegawai yang mengerjakan tugas-tugas yang kurang memuaskan seperti ini cenderung memberikan respon positif terhadap sikap pimpinan yang supportif (Griffin, 1980) dalam Yukl (1989).

3.    Gaya Partisipatif
Gaya kepemimpinan dimana mengharapkan saran-saran dan ide mereka (bawahan) sebelum mengambil suatu keputusan (House dan Mitchell 1974 dalam Yukl 1989). Gaya kepemimpinan yang partisipatif lebih sesuai jika bawahan mempunyai locus of control yang tinggi, ia merasa jalan hidupnya lebih banyak dikendalikan oleh dirinya bukan oleh faktor luar seperti takdir, (Mamduh, 1997). Vroom dan Arthur Jago (1988 dalam Yukl, 1989) mengatakan bahwa partisipasi bawahan juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin. Situasi dimana kebutuhan untuk berkembang rendah dan pegawai mengerjakan tugas-tugas yang mudah, sikap yang dianggap tepat untuk pegawai yang secara ego terlibat dengan pekerjaan dan mengalami kepuasan intrinsik dari tugas yang dikerjakan adalah sikap partisipatif dan berorientasi prestasi (Griffin, 1980 dalam Yukl, 1989).

4.    Gaya Orientasi Prestasi
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus mencari pengembangan prestasi dalam pencapaian tujuan tersebut. Yukl (1989) menyatakan bahwa tingkah laku individu didorong oleh need for achievement atau kebutuhan untuk berprestasi. Kepemimpinan yang berorientasi kepada prestasi (achievement) dihipotesakan akan meningkatkan usaha dan kepuasan bila pekerjaan tersebut tidak tersetruktur (misalnya kompleks dan tidak diulang-ulang) dengan meningkatkan rasa percaya diri dan harapan akan menyelesaikan sebuah tugas dan tujuan yang menantang. Kepuasan kerja lebih tinggi diperoleh apabila telah melaksanakan prestasi kerja yang baik. Pegawai yang memiliki kebutuhan untuk berkembang dan mengerjakan tugas-tugas sulit berdasarkan pembahasan konseptual House&Mitchell (1974 dalam Yukl, 1989) sikap pemimpin yang paling tepat untuk pegawai ini adalah gaya partisipatif dan berorientasi prestasi.

5.    Gaya Pengasuh
Dalam kepemimpinan gaya pengasuh, sikap yang mungkin tepat adalah campur tangan minim dari pimpinan. Dimana pemimpin hanya memantau kinerja tetapi tidak mengawasi pegawai secara aktif. Tidak dibutuhkan banyak interaksi antara pimpinan dengan pegawai sepanjang kinerja pegawai tidak menurun. Pimpinan merasa lebih tepat untuk tidak campur tangan dengan tugas-tugas pegawai (Griffin, 1980 dalam Yukl, 1989).
Sedangkan Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:
1.      Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang Maha Kuasa.
2.      Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain:
a.       Menganggap bawahannya belum dewasa
b.      Bersikapterlalu melindungi
c.       Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d.      Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3.      Tipe Otoriter 
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a.       Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b.      Pemimpin bertindak sebagai diktator
c.       Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman
4.      Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai sifat-sifat:
a.       Menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
b.      Lebih banyak menggunakan sistem perintah
c.       Menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
d.      Formalitas yang berlebih-lebihan
e.       Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f.       Sifat komunikasi hanya sepihak
5.      Tipe Demokrasi      
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasimenghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsur organisasi dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan, pembuatan rencana keputusan, disiplin.

2.4. Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing Gaya Kepemimpinan
Menurut Hani Handoko kelebihan dan kelemahan gaya kepemimpinan dijelaskan sebagai berikut :
1.      Direktif
Kelebihan gaya direktif :
·      Atasan memiliki hak veto
·      Kinerja karyawan sangat terkontrol sehingga target perusahaan dapat tercapai
Kekurangan gaya direktif :
·      Tertutup
·      Adanya kesenjangan antara karyawan dan atasan
·      Pengembangan dan pertumbuhan karyawan tidak terperhatikan

2.      Supportif
Kelebihan gayasupportif
·      Dapat lebih meningkatkan kinerja karyawan karena tingginya motivasi
·      Atasan dengan karyawan lebih dekat
·      Menciptakan suasana persahabatan
·      Memberikan kesempatan pada bawahan untuk membuat keputusan
Kekurangan gaya supportif
·      Terjadi ketergantugan pada mood kerja(motivasi kerja)
·      Atasan kehilangan keotoriteran
·      Minimnya pengawasan pada karyawan

3.    Partisipatif
Kelebihan gaya partisipatif
·      Cocok diterapkan jika kemampuan bawahan lebih baik ketimbang atasan
·      Memberikan kesempatan pada anggota organisasi atau bawahan ikut serta dalam menetapkan tujuan, membuat keputusan dan mendiskripsikan perintah
Kekurangan  gaya partisipatif
·      Pengambilan keputusan dipengaruhi bawahan
·      Karyawan sulit berkembang

4.      Orientasi Prestasi
Kelebihan gaya orientasi prestasi
·      Timbulnya kepercayaan diri pada bawahan di pekerjaannya
·      Baik untuk perkembangan pekerja
·      Menantang dan merangsang para karyawan, mengharapkan karyawan untuk berprestasi setinggi mungkin
·      Meningkatkanusaha dan kepuasan bila pekerjaan tersebut tidak tersetruktur

Kekurangan gaya orientasi prestasi
·      Dapat menjadi boomerang terhadap kepercayaan diri pekerja atau bawahan
·      Tercapai atau tidaknya target tergantung dari pekerja

2.5 Tugas dan Fungsi Kepemimpinan
Tugas pokok seorang pemimpin yaitu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara efektif seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain :
a.       Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :
·           Penyusunan Rencana
·           Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian
·           Pelaporan.
b.      Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun.
c.       Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara baik.
d.      Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
e.       Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis.
f.       Menyusun fungsi manajemen secara baik.
g.      Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas.
h.      Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar.

Fungsi Kepemimpinan:
1.      Pemimpin sebagai eksekutif (executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang kemudian memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
2.      Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
3.      Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara.
4.      Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain.

5.      Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.


BAB III
RINGKASAN

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk mengambil langkah-langkah atau tindakan menuju sasaran bersama. Karena itu, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian, yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakan orang dan mempengaruhi orang.
Dalam kepemimpinan memiliki tiga implikasi penting yaitu kepemimpinan itu melibatkan orang lain, kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan dan adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara.
Kepemimpinan yang efektif tergantung pada landasan manajerial yang kokoh, yang oleh Chapman yang dikutip Dale Timpe digambarkan dalam cara berkomunikasi, pemberian motivasi, kemampuan memimpin, pengambilan keputusan, kekuasaan yang postif.
Sedangkan seseorang pemimpin dapat diketahui jika ia memiliki kemampuan sebagai pemimpin digambarkan dalam ciri umum yaitu kelancarannya dalamberbahasa, memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwesan, kecerdasan, kesediaan menerima tanggung jawab, keterampilan sosial, kesadaran akan diri dan lingkungan.
Kemampuan seseorang dalam memimpin juga dipengaruhi oleh gaya yang digunakannya.Gaya kepemimpinan sendiri dipengaruhi oleh teori genetika, teori sosial,teori ekologis dan teori kontingesi.Gaya kepemimpinan seorang pemimpin satu dengan lainnya berbeda-beda tergantung siapa yang dihadapi,apa kelemahan dan kelebihan bawahannya dan juga situasi lingkungan kerja. Gaya kepemimpinan yang biasa digunakanan antara lain gaya direktif, supportif, partisipatif, orientasi prestasi dan pengasuh.
Tugas pokok pemimpin antara lain melaksanaan fungsi managerial, memotivasi bawahan, membina bawahan, menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis, menyusun fungsi manajemen secara baik, menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas.

3.2 Saran
Agar suatu perusahaan atau organisasi dapat berjalan dengan baik diperlukan pemimpin yang paham betul dengan situasi, kondisi keadaan dan siapa orang yang dihadapi, sehingga ia mampu memutuskan harus bagaimana berperilaku dan menerapkan gaya dalam kepemimpinannya. Setiap orang sebenarnya memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya tergantung bagaimana ia mengasah dan keinginannya untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Agar kepemimpinan dapat berjalan dengan baik ia harus memiliki kewibawaan dalam dirinya untuk mengatur bawahan dan menjalankan tugasnya, sehingga seorang pemimpin tidak akan diremehkan oleh bawahannya.

















DAFTAR PUSTAKA

Alfian, MA. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Andrawijaya, AI. 1986. Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru
Baihaqi, M.2010.Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerjadengan Komitmen Organisasisebagai Variabel Intervening ( Studi Pada PT. Yudhistira Ghalia Indonesia Area Yogyakarta )
Danim, S. 2004. Motivasi dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Darwinto.2008. Analisi Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Universitas Diponegoro
Effendy, AU. 1981. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Alumni
Handoko, H.2012.Manajemen. Yogyakarta:BPFE
Kartono, K. 1983. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: CV RAJAWALI
Kasali,Rhenaldh.2005.Change.Jakarta:GramediaPustakaUtama
Kreitner, R; dan Kinicki, Angelo, 2005,”Perilaku Organisasi, Buku 1,
EdisiKelima, Jakarta:SalembaEmpat.
Mamduh, H. 1997.Manajemen. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mar’at. 1980. Pemimpin dan kepemimpinan. Bandung: Ghalia Indonesia.
Marzuki. S. 2002.Analisis Pengaruh Perilaku Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Account Officer: Studi Empirik pada Kantor Cab BRI di Wilayah Jawa Timur.Tesis.Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Ostroff, C. 1992. “The Relationship Between Satisfaction Attitudes and Performance an Organization Level Analysis”.Journal of AppliedPsychology. Vol.77. No. 68. p. 933-974.
Pasolog, H. 2011. Teori administrasi publik. Bandung: ALFABETA
Rucky, SA. 2009. Sukses sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau MBA. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Thomas S Bateman, Scott A Snell.2008.Manajemen edisi 7. Jakarta:SalembaEmpat
Umar H. 2003. Business an Introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yukl, G A. 1989. “Managerial Leadership: A Review of Theory and Research”.Journal of Management. Vol 15. No.2. 251-289.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar