TUGAS PENGENDALIAN
PENYAKIT
MENULAR & TIDAK MENULAR
Oleh :
Liyana Putri Afifah
25010113120151
B-2013
FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2014
1.
Pendekatan
epidemiologi untuk penyakit menular:
a. Epidemiologic triangle
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi
dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau
tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host,
agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1) Penyakit timbul karena
ketidakseimbangan antaraagent (penyebab) dan manusia (host)
2) Keadaan keseimbangan bergantung pada
sifat alami dan karakteristik agent
dan host (baik individu/kelompok)
3) Karakteristik agent dan host akan
mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada
keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan
biologis).
b. Web of causation
Model
ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek
atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab,
melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas
sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang
berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut
secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab
saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat
bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi
mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme,
abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan
faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah
atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini cocok
untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.
Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK)
dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan
penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap
(umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi
fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.
c. Wheel
of Causation (Teori Roda)
Model
ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda
tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan
komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi pejamu. Ukuran
komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang
bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetik
relatif besar, sedang penyakit campak status imunitas pejamu dan biologik lebih
penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari
yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran
lingkungan biologis lebih besar.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model
roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya
penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan
hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari
masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan
hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat
(pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar
pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu
lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada
masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit
bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu
seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan
kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model
roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan
yang berguna untuk analisa epidemiologi.
d.
Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon
pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya
penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya
sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni
Lingkungan (Environment). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni
Agen (Agent) dan Pejamu (Host). Dalam
model ini A, P, L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam
interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
P = host/populasi berisiko tinggi, dan
L = lingkungan
Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya
faktor penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila
pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat
berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini :
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi
ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan
yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran
yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk
melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.
2.
Permasalahan
dalam penyelidikan penyebab suatu penyakit menular
Banyak hal yang bisa turut berkontribusi
dalam perkembangan penyakit, seperti perjalanan dan komunikasi global,
perdagangan, faktor lingkungan, konflik etnik dan perang, pengungsi dan
migrasi, kemiskinan, praktek kesehatan modern, dan perubahan pola-pola sosial
dan tingkah laku, dan sebagainya. Konflik misalnya, dapat menyebabkan rusaknya
fasilitas publik dan menyebabkan pengungsi yang begitu banyak dengan kondisi
sanitasi yang buruk. Hal ini tentu dapat mendorong tersebarnya penularan
penyakit. Lebih lanjut, kemiskinan membuat masyarakat tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya secara baik, akhirnya kelaparan, dan kemudian mudah terserang
penyakit. Degradasi lingkungan dan penebangan hutan kemudian dihubungkan dengan
pemanasan global dan banjir tentu juga turut menyebabkan berkembangnya penyakit
yang menjangkiti masyarakat global.
3.
Pengertian
agent penyakit
Agent
penyakit adalah substansi tertentu yang karena kehadiran atau ketidak
hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
4.
Klasifikasi agent penyakit
a. Biotis,
khususnya pada penyakit menular :
1.
Protozoa : Plasmodium, Amoeba
2.
Metazoa : Arthropda, Helminthes
3.
Bakteri : Salmonella, Meningitis
4.
Virus : Dengue, Polio, Measles
5.
Jamur : Candida, Tinia algae,
Hystoplasmosis
b. Abiotis
1.
Agen nutrisi : kekurangan atau kelebihan
gizi(karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin).
2.
Agen Kimia : pestisida, logam berat,
obat-obatan
3.
Agen fisika : suhu, kelembaban, panas,
radiasi, kebisingan
4.
Agen mekanik : pukulan tangan,
kecelakaan, benturan, gesekan, getaran
5.
Agen fisik : gangguan psikologi, stress,
depresi
6.
Agen fisiologi : gangguan faali tubuh
7.
Agen genetic : gangguan genetic
5.
Karakteristik agent biologik
·
Inheren : Berbagai sifat karateristik agen infeksius ditentukan
oleh agennitu sendiri dan tidak tergantung pada interaksinya dengan
penjamu.Sifat karakteristiknintrinsik meliputi morfologi, ukuran, fisiologi,
reproduksi, nutrisi, syarat kelangsungan hidup (intraseluler atau extra
seluler, suhu, kelembaban, PH dan lain-lain).Pada umumnya, semua agen penyebab
penyakit menular bervariasi nyata dalam sifat-sifat intrinsik ini. Pengertian
sifat intrinsik mungkin sangat penting untuk memahami sifat epidemiologi agen
penyebab, termasuk di dalamnya cara penularan. Disamping itu, strain atau
isolasi agen penyebab tertentu dari berbagai kejadian luar biasa serta dari
berbagai daerah geografis pada berbagai waktu tertentu dapat memeberikan
perbedaan yang nyata dalam sifat-sifat yang ada.
·
Viabilitas (resistensi) : Viabilitas merupakan karakteristik agen infeksius untuk
bertahan di lingkungan yang buruk.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
viabilitas (resistensi) agen infeksius adalah suhu, kelembaban, ketergantungan
agen terhadap oksigen (aerob atau anaerob), sifat agen yang intraseluler dan
extraselular, dan lain-lain.
·
Infektivitas : Infektifitas
adalah kemampuan agen untuk masuk dan berkembang biak (menghasilkan infeksi)
dalam tubuh penjamu. Infeksi bisa bersifat manifes/apparent atau tidak
manifes/inapparent. Jika agen infeksius hanya berada di permukaan badan/benda
dan tidak masuk dan berkembang biak dalam tubuh penjamu disebut dengan
kontaminasi.
·
Patogenitas : Patogenisitas adalah kemampuan agen
untuk menimbulkan manifestasi penyakit pada penjamu.Penyakit yang muncul bisa
bersifat subklinis atau klinis.Sehingga patogenisitas dapat pula dikatakan
sebagai proporsi orang yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit klinis.
·
Virulensi : Virulensi merupakan derajat keparahan (berat/ringannya)
penyakit yang di timbulkan oleh agen.Virulensi dapat pula diartikan sebagai
proporsi penderita dengan gejala klinis berat atu mati terhadap seluruh
penderita dengan gejala klinis yang jelas.Dalam hal ini maka Case Fatality Rate
(CFR) adalah merupakan ukuran virulensi. Virulensi tergantung pada dosis, cara
masuknya agen atau cara penularan, serta faktor penjamu sendiri seperti umur,
jenis kelamin, ras dan sebagainya.
·
Antigenisitas : Antigenisitas merupakan kemampuan agen menimbulkan atau
menstimulasi produksi antibodi pada penjamu. Misalnya agen yang dapat
menimbulkan atau meningkatkan antibodi berupa immunoglobulin (Ig) A,G dan M.
Sifat antigenitas ini tergabtung pada jenis patogen yang memberikan kekebalan
humoral primer, seluler atau campuran keduanya
6.
Pengertian host
Host
adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu perjalanan penyakit, terdiri dari:
- Keturunan - Jenis
Kelamin
- Umur - Status
Perkawinan
- Daya Tahan
Tubuh - Pekerjaan
- Kebiasaan Hidup
7.
Faktor intrinsik pada host
·
Usia
Biasanya merupakan faktor penjamu
yang terpenting dalam timbulnya penyakit. Terdapat penyakit-penyakit tertentu
yang hanya (atau biasanya) menyerang anak-anak usia tertentu, atau ada juga
yang hanya menyerang mereka yang telah dewasa atau usia lanjut.
·
Jenis
Kelamin
Sebagian besar penyakit menular
mempunyai kerentangan yang sama untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Namun beberapa penyakit menular ditemukan lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan disebabkan peluang keterpaparan sehubungan dengan
pekerjaan serta karakteristik herediter dari jenis kelamin.
·
Ras
Faktor ini sendiri tidak mempunyai
peranan penting dalam mempengaruhi terjadinya penyakit menular pada seseorang
meskipun telah di temukan adanya perbedaan kejadian dan distribusi penyakit
menular berdasarkan ras.
·
Genetik
Berkaitan dengan ras.
·
Perilaku
Sehubungan dengan banyaknya variasi
sumber penyakit, reservoir dan cara penularan agen penyakit menular, perilaku
individu serta adat kebiasaan dalam masyarakat dapat memudahkan kontak agen
dengan penjamu.
·
Nutrisi
Makin baik status gizi sesorang,
maka makin baik system pertahanan tubuh orang tersebut (secara umum).
·
Imunitas
dan Kerentanan Pejamu
Kerentanan pejamu tergantung pada
faktor genetika, faktor ketahanan tubuh secara umum, dan imunitas spesifik yang
di dapat.Faktor ketahanan tubuh yang penting adalah yang berhubungan dengan
kulit, selaput lendir, keasaman lambung, silia pada saluran pernafasan, dan
refleks batuk. Faktor yang meningkatkan kerentanan adalah malnutrisi, bila
menderita penyakit lain, depresi system immunologi yang dapat terjadi pada
penbobatan penyakit lain (misalnya AIDS). Disamping itu faktor imunitas sangat
berpengaruh dalam timbulnya suatu penyakit.
8.
Faktor ekstrinsik pada host
·
aktifitas
seksual beresiko
·
cara
hidup/perilaku
·
nutrisi
·
pekerjaan
·
rekreasi
·
imunisasi
9.
Pengertian lingkungan
pengertian
environment (lingkungan) adalah situasi dimana perilaku terjadi. ia mencakup
lingkungan potensial dan lingkungan aktual. Lingkungan potensial mencakup
berbagai kemungkinan konsekuensi yang dapat terjadi setelah respons individual.
Lingkungan aktual mencakup semua perubahan dalam situasi yang terjadi sebagai
akibat dari tindakan individual. Perilaku pemelajar mengubah lingkungan
potensial menjadi lingkungan aktual.
10.Klasifikasi
lingkungan
a.
Lingkungan biologis (fauna dan flora
disekitar manusia)
1.
Mikroorganisme penyebab penyakit
2.
Reservoir penyakit infeksi(binatang,
tumbuhan)
3.
Vektor
4.
Tumbuhan dan binatang
b.
Lingkungan fisik
1.
Udara, keadaan tanah, geografi
2.
Air
3.
Zat kimia, polusi,dll.
c.
Lingkungan sosial
1.
Sistem ekonomi yang berlaku
2.
Bentuk organisasi masyarakat
3.
Sistem pelayanan kesehatan setempat
4.
Kepadatan penduduk dan rumah
5.
Kebiasaan hidup masyarakat
11.
Hubungan antara agent host dan
environment
Hubungan
Host, Agent Dan Environtment. Ketiga faktor dalam
trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain.
Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari
perubahan unsure-unsur trias itu. Perubahan unsure trias yang potensial
menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan
interaksi antara ketiganya.
12.
Pengertian reservoir
Dapat
didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll)
dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Pada umumnya
untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati. Pada
penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak
berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
13.
Macam reservoir
Ada tiga macam
reservoir bibit penyakit lainnya, yakni :
1)
Human Reservoir
Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh manusia.
2)
Animal Reservoir
Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh binatang,
yang karena satu dan lain hal dapat menyerang manusia.
3) Anthropode
Reservoir
Merupakan bibit
penyakit yang hidup dalam tubuh binatang antropoda.
14.
Tipe reservoir pada manusia, hewan
dan lingkungan
·
Pada
manusia
Ada tiga tipe reservoir pada
manusia, yaitu pembawa (carrier), orang yang terkolonisasi, dan orang-orang
yang sakit.
·
Pada
hewan
Hewan dapat bertindak sebagai
carrier, dan hewan yang terinfeksi secara klinis.
·
Pada
lingkungan
Air dan tanah merupakan reservoir
lingkungan yang utama untuk beberapa agen yang patogenik pada manusia.
15.
Chain of infection
·
Rantai
infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
·
Agen infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
·
Reservoar
(Sumber Mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
·
Portal of exit
(Jalan Keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
·
Cara penularan
(Transmission)
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
·
Portal masuk
(Port de Entry)
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
·
Daya tahan
hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
16.
Riwayat alamiah penyakit
Riwayat almiah penyakit adalah
perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya
sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural. Manfaat mengetahui riwayat
alamiah penyakit adalah untuk diagnostic,
pencegahan, dan terapi. Tahapan
Riwayat alamiah perjalanan penyakit :
a. Tahap Pre-Patogenesa
·
Pada
tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi
interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di
luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
·
Pada
keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh
pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Tahap Patogenesa (terjadi di dalam
tubuh), meliputi 4 tahap yaitu:
1) Tahap Inkubasi
·
Tahap
inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala-
gejala penyakit belum nampak.
·
Tiap-tiap
penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti
influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio
mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun
misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
·
Jika
daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
·
Pada
suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis
yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan
horison klinik.
2) Tahap Penyakit Dini
·
Tahap
penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap
ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita
masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak
berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak memerlukan
perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
·
Tahap
penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat,
terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat
mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu
telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering
talah terlambat.
3) Tahap Penyakit Lanjut
·
Apabila
penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut.
Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika
datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit
·
Perjalanan
penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit
tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1.
Sembuh
sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya
bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.
2.
Sembuh
tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya
kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun
yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat
dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental
dan cacat sosial.
3.
Karier
: pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit
memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit
penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang,
penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri
pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber
penularan
4.
Kronis
: perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah,
dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan
yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap
berada dalam keadaan sakit.
5.
Meninggal
dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi
karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap
tindakan kedokteran dan keperawatan.
17.
Konsep dan level epidemiologi dalam PTM
Sebagaimana umumnya penelitian
epidemiologi, penelitian untuk penyakit tidak menular dikenal juga adanya
penelitian Observasional dan Eksperimental. Hanya saja, karena waktu
berlangsungnya yang lama, maka umumnya penelitian PTM merupakan penelitian
observasional. Level epidemiologi
terhadap PTM yang merupakan Penelitian Observasional berupa:
a)
Penelitian Cross-Sectional
b)
Penelitian Kasus Kontrol
c)
Penelitian Kohort
18.
Pengertian penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi
adalah suatu penyakit yang tidak
disebabkan karena kuman melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena
pola hidup yang kurang sehat seperti merokok, faktor genetik, cacat fisik,
penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya : sariawan, batuk, sakit perut,
demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi, RA, keracunan, dsb.
Penyakit
tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan
host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan
sekitar (source and vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut
juga dengan penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease,
dan penyakit degeneratif.
Penyakit
Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan
dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban
ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
19.
Karakteristik penyakit tidak menular
a)
Penularan penyakit tidak melalui suatu
rantai penularan tertentu.
b)
‘Masa inkubasi’ yang panjang dan laten.
c)
Perlangsungan penyakit yang
berlarut-larut (kronis).
d)
Banyak menghadapi kesulitan diagnosis.
e)
Mempunyai variasi yang luas.
f)
Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya
pencegahan maupun penanggulangannya.
g)
Faktor penyebabnya bermacam-macam
(multikausal), bahkan tidak jelas.
20.
riwayat alamiah penyakit tidak
menular
a) Periode Induksi
Masa antara masuknya agen sampai proses terjadinya
penyakit.
b) Periode proses penyakit
Masa antara mulainya penyakit ditandai dengan perubahan
biologis
c) Periode penyakit belum terdeteksi
d) Lead time
Masa antara dapat terdeteksinya penyakit dengan
terdiagnosanya melalui gejala
e)
Periode
laten
Masa dimana periode penykit belum terdeteksi samapi
periode lead time dilakukan uji laboratorium klinik dan merupakan masa inkubasi
pada penyakit infeksi Sdf.
21.
Tingkat pencegahan
Prinsip upaya
pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM.
Dikenal juga keempat tingkah pencegahan seperti berikut ini :
a.
Pencegahan primordial
Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada masyarakat
yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan gaya hidup
dan faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat rancu dan tidak hanya
merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan
multi mitra. Misalnya menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa yakin
bahwa rokok iti suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap
positif terhadap bukan perokok. Pada prinsipnya upaya
pencegahan primordial adalah
·
Mempertahankan gaya hidup yang sudah ada
dan bear dalam masyarakat
·
Melakukan modifikasi, penyesuaian
terhadap resiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat
Misalnya dengan diet asam lemak jenuh
untuk pencegahan penyakit jantung. Upaya pencegahan primordial diarahkan untuk
mempertahankan kebiasaan pola makan yang sudah ada atau membuat modifikasi cara
makan yag sudah ada dengan tetap mendukung tujuan makanan yang mengandung asam
lemak jenuh.
b.
Pencegahan tingkat pertama, yang
meliputi :
·
Promosi kesehatan masyarakat misalnya
kampanye kesadaran masyarakat, Promosi
kesehatan, dan pendidikan kesehatan masyarakat.
·
Pencegahan khusus misalnya pencegahan
keterpaparan, pemberian kemopreventif.
c.
Pencegahan tingkat kedua :
·
Diagnosis dini, misalnya dengan
melakukan screening
·
Pengobatan, misalnya kemoterapi atau
tindakan edah
d.
Pencegahan tingkat ketiga
Meliputi rehabilitasi, misalnya
perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,
Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi Edisi Pertama. Jakarta : Bina Putra
Aksara.
Budiarto, Eko dan
Dewi Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Budiarto, Eko.2003. Pengantar
Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bustan,Mn.2007.Epidemiologi
penyakit tidak menular. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Bustan, M.N. dan
Arsunan. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Kasjono, Heru
Subaris, dkk. 2006. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Kasjono, Heru
Subaris. 2008. Intisari Epidemiologi. Jogjakarta :
Mitra Cendekia.
Soemirat, Juli.
2010. Epidemiologi, Wabah Penyakit, Lingkungan, Sumber Daya Alam. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Timmreck, Thomas C.
2001. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar