Sabtu, 27 September 2014

epidemiologic triangle, web of causation


                           
TUGAS PENGENDALIAN PENYAKIT
MENULAR & TIDAK MENULAR
Oleh :
Liyana Putri Afifah
25010113120151
B-2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014






1.      Pendekatan epidemiologi untuk penyakit menular:
a.      Epidemiologic triangle

Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950), menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1)      Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antaraagent (penyebab) dan manusia (host)
2)      Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)
3)       Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).

b.      Web of causation
Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu. Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.

c.       Wheel of Causation (Teori Roda)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi pejamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetik relatif besar, sedang penyakit campak status imunitas pejamu dan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi.


d.      Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan (Environment). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen (Agent) dan Pejamu (Host). Dalam model ini A, P, L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
P = host/populasi berisiko tinggi, dan
L = lingkungan
Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini :
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.

2.     Permasalahan dalam penyelidikan penyebab suatu penyakit menular
Banyak hal yang bisa turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit, seperti perjalanan dan komunikasi global, perdagangan, faktor lingkungan, konflik etnik dan perang, pengungsi dan migrasi, kemiskinan, praktek kesehatan modern, dan perubahan pola-pola sosial dan tingkah laku, dan sebagainya. Konflik misalnya, dapat menyebabkan rusaknya fasilitas publik dan menyebabkan pengungsi yang begitu banyak dengan kondisi sanitasi yang buruk. Hal ini tentu dapat mendorong tersebarnya penularan penyakit. Lebih lanjut, kemiskinan membuat masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya secara baik, akhirnya kelaparan, dan kemudian mudah terserang penyakit. Degradasi lingkungan dan penebangan hutan kemudian dihubungkan dengan pemanasan global dan banjir tentu juga turut menyebabkan berkembangnya penyakit yang menjangkiti masyarakat global.

3.     Pengertian agent penyakit
Agent penyakit adalah substansi tertentu yang karena kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.

4.     Klasifikasi agent penyakit
a.       Biotis, khususnya pada penyakit menular :
1.        Protozoa : Plasmodium, Amoeba
2.        Metazoa : Arthropda, Helminthes
3.        Bakteri : Salmonella, Meningitis
4.        Virus : Dengue, Polio, Measles
5.        Jamur : Candida, Tinia algae, Hystoplasmosis
b.      Abiotis
1.        Agen nutrisi : kekurangan atau kelebihan gizi(karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin).
2.        Agen Kimia : pestisida, logam berat, obat-obatan
3.        Agen fisika : suhu, kelembaban, panas, radiasi, kebisingan
4.        Agen mekanik : pukulan tangan, kecelakaan, benturan, gesekan, getaran
5.        Agen fisik : gangguan psikologi, stress, depresi
6.        Agen fisiologi : gangguan faali tubuh
7.        Agen genetic : gangguan genetic

5.     Karakteristik agent biologik
·         Inheren : Berbagai sifat karateristik agen infeksius ditentukan oleh agennitu sendiri dan tidak tergantung pada interaksinya dengan penjamu.Sifat karakteristiknintrinsik meliputi morfologi, ukuran, fisiologi, reproduksi, nutrisi, syarat kelangsungan hidup (intraseluler atau extra seluler, suhu, kelembaban, PH dan lain-lain).Pada umumnya, semua agen penyebab penyakit menular bervariasi nyata dalam sifat-sifat intrinsik ini. Pengertian sifat intrinsik mungkin sangat penting untuk memahami sifat epidemiologi agen penyebab, termasuk di dalamnya cara penularan. Disamping itu, strain atau isolasi agen penyebab tertentu dari berbagai kejadian luar biasa serta dari berbagai daerah geografis pada berbagai waktu tertentu dapat memeberikan perbedaan yang nyata dalam sifat-sifat yang ada.
·         Viabilitas (resistensi) : Viabilitas merupakan karakteristik agen infeksius untuk bertahan di lingkungan yang buruk.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas (resistensi) agen infeksius adalah suhu, kelembaban, ketergantungan agen terhadap oksigen (aerob atau anaerob), sifat agen yang intraseluler dan extraselular, dan lain-lain.
·         Infektivitas  : Infektifitas adalah kemampuan agen untuk masuk dan berkembang biak (menghasilkan infeksi) dalam tubuh penjamu. Infeksi bisa bersifat manifes/apparent atau tidak manifes/inapparent. Jika agen infeksius hanya berada di permukaan badan/benda dan tidak masuk dan berkembang biak dalam tubuh penjamu disebut dengan kontaminasi.
·         Patogenitas : Patogenisitas adalah kemampuan agen untuk menimbulkan manifestasi penyakit pada penjamu.Penyakit yang muncul bisa bersifat subklinis atau klinis.Sehingga patogenisitas dapat pula dikatakan sebagai proporsi orang yang terinfeksi berkembang menjadi penyakit klinis.
·         Virulensi : Virulensi merupakan derajat keparahan (berat/ringannya) penyakit yang di timbulkan oleh agen.Virulensi dapat pula diartikan sebagai proporsi penderita dengan gejala klinis berat atu mati terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis yang jelas.Dalam hal ini maka Case Fatality Rate (CFR) adalah merupakan ukuran virulensi. Virulensi tergantung pada dosis, cara masuknya agen atau cara penularan, serta faktor penjamu sendiri seperti umur, jenis kelamin, ras dan sebagainya.
·         Antigenisitas : Antigenisitas merupakan kemampuan agen menimbulkan atau menstimulasi produksi antibodi pada penjamu. Misalnya agen yang dapat menimbulkan atau meningkatkan antibodi berupa immunoglobulin (Ig) A,G dan M. Sifat antigenitas ini tergabtung pada jenis patogen yang memberikan kekebalan humoral primer, seluler atau campuran keduanya

6.     Pengertian host
Host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit, terdiri dari:
-   Keturunan                                  -   Jenis Kelamin
-   Umur                                         -   Status Perkawinan
-   Daya Tahan Tubuh                     -   Pekerjaan
-   Kebiasaan Hidup


7.     Faktor intrinsik pada host
·         Usia
Biasanya merupakan faktor penjamu yang terpenting dalam timbulnya penyakit. Terdapat penyakit-penyakit tertentu yang hanya (atau biasanya) menyerang anak-anak usia tertentu, atau ada juga yang hanya menyerang mereka yang telah dewasa atau usia lanjut.
·         Jenis Kelamin
Sebagian besar penyakit menular mempunyai kerentangan yang sama untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun beberapa penyakit menular ditemukan lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan disebabkan peluang keterpaparan sehubungan dengan pekerjaan serta karakteristik herediter dari jenis kelamin.
·         Ras
Faktor ini sendiri tidak mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi terjadinya penyakit menular pada seseorang meskipun telah di temukan adanya perbedaan kejadian dan distribusi penyakit menular berdasarkan ras.
·         Genetik
Berkaitan dengan ras.
·         Perilaku
Sehubungan dengan banyaknya variasi sumber penyakit, reservoir dan cara penularan agen penyakit menular, perilaku individu serta adat kebiasaan dalam masyarakat dapat memudahkan kontak agen dengan penjamu.


·         Nutrisi
Makin baik status gizi sesorang, maka makin baik system pertahanan tubuh orang tersebut (secara umum).
·         Imunitas dan Kerentanan Pejamu
Kerentanan pejamu tergantung pada faktor genetika, faktor ketahanan tubuh secara umum, dan imunitas spesifik yang di dapat.Faktor ketahanan tubuh yang penting adalah yang berhubungan dengan kulit, selaput lendir, keasaman lambung, silia pada saluran pernafasan, dan refleks batuk. Faktor yang meningkatkan kerentanan adalah malnutrisi, bila menderita penyakit lain, depresi system immunologi yang dapat terjadi pada penbobatan penyakit lain (misalnya AIDS). Disamping itu faktor imunitas sangat berpengaruh dalam timbulnya suatu penyakit.

8.    Faktor ekstrinsik pada host
·         aktifitas seksual beresiko
·         cara hidup/perilaku
·         nutrisi
·         pekerjaan
·         rekreasi
·         imunisasi

9.     Pengertian lingkungan
pengertian environment (lingkungan) adalah situasi dimana perilaku terjadi. ia mencakup lingkungan potensial dan lingkungan aktual. Lingkungan potensial mencakup berbagai kemungkinan konsekuensi yang dapat terjadi setelah respons individual. Lingkungan aktual mencakup semua perubahan dalam situasi yang terjadi sebagai akibat dari tindakan individual. Perilaku pemelajar mengubah lingkungan potensial menjadi lingkungan aktual.

10.Klasifikasi lingkungan
a.         Lingkungan biologis (fauna dan flora disekitar manusia)
1.        Mikroorganisme penyebab penyakit
2.        Reservoir penyakit infeksi(binatang, tumbuhan)
3.        Vektor
4.        Tumbuhan dan binatang
b.        Lingkungan fisik
1.        Udara, keadaan tanah, geografi
2.        Air
3.        Zat kimia, polusi,dll.
c.              Lingkungan sosial
1.        Sistem ekonomi yang berlaku
2.        Bentuk organisasi masyarakat
3.        Sistem pelayanan kesehatan setempat
4.        Kepadatan penduduk dan rumah
5.        Kebiasaan hidup masyarakat

11.  Hubungan antara agent host dan environment
Hubungan Host, Agent Dan Environtment. Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsure-unsur trias itu. Perubahan unsure trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya.
 

12. Pengertian reservoir
Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll) dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.

13. Macam reservoir
Ada tiga macam reservoir bibit penyakit lainnya, yakni :
1)      Human Reservoir
Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh manusia.
2)      Animal Reservoir
Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh binatang, yang karena satu dan lain hal dapat menyerang manusia.
3)      Anthropode Reservoir
Merupakan bibit penyakit yang hidup dalam tubuh binatang antropoda.
14. Tipe reservoir pada manusia, hewan dan lingkungan
·         Pada manusia
Ada tiga tipe reservoir pada manusia, yaitu pembawa (carrier), orang yang terkolonisasi, dan orang-orang yang sakit.
·         Pada hewan
Hewan dapat bertindak sebagai carrier, dan hewan yang terinfeksi secara klinis.
·         Pada lingkungan
Air dan tanah merupakan reservoir lingkungan yang utama untuk beberapa agen yang patogenik pada manusia.

15.  Chain of infection
·         Rantai infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/ pejamu yang rentan.
·         Agen infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
·         Reservoar (Sumber Mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier). Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air, suhu, pH, dan pencahayaan.
·         Portal of exit (Jalan Keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane mukosa yang rusak serta darah.
·         Cara penularan (Transmission)
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
·         Portal masuk (Port de Entry)
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
·         Daya tahan hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

16.  Riwayat alamiah penyakit
Riwayat almiah penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural. Manfaat mengetahui riwayat alamiah penyakit adalah untuk diagnostic,  pencegahan, dan terapi. Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :
a.       Tahap Pre-Patogenesa
·         Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
·         Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b.      Tahap Patogenesa (terjadi di dalam tubuh), meliputi 4 tahap yaitu:
1)      Tahap Inkubasi
·         Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak.
·         Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
·         Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
·         Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik.
2)      Tahap Penyakit Dini
·         Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan.
·         Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat.
3)      Tahap Penyakit Lanjut
·         Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
4)      Tahap Akhir Penyakit
·         Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1.      Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.
2.      Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
3.      Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan
4.      Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
5.      Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.

17.  Konsep dan level epidemiologi dalam PTM
Sebagaimana umumnya penelitian epidemiologi, penelitian untuk penyakit tidak menular dikenal juga adanya penelitian Observasional dan Eksperimental. Hanya saja, karena waktu berlangsungnya yang lama, maka umumnya penelitian PTM merupakan penelitian observasional. Level epidemiologi terhadap PTM yang merupakan Penelitian Observasional berupa:
a)      Penelitian Cross-Sectional
b)      Penelitian Kasus Kontrol
c)      Penelitian Kohort

18. Pengertian penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena pola hidup yang kurang sehat seperti merokok, faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya : sariawan, batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi, RA, keracunan, dsb.
Penyakit tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.

19.  Karakteristik penyakit tidak menular
a)      Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu.
b)      ‘Masa inkubasi’ yang panjang dan laten.
c)      Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis).
d)     Banyak menghadapi kesulitan diagnosis.
e)      Mempunyai variasi yang luas.
f)       Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya.
g)      Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas.

20.           riwayat alamiah penyakit tidak menular
a)      Periode Induksi
Masa antara masuknya agen sampai proses terjadinya penyakit.
b)      Periode proses penyakit
Masa antara mulainya penyakit ditandai dengan perubahan biologis
c)      Periode penyakit belum terdeteksi
d)     Lead time
Masa antara dapat terdeteksinya penyakit dengan terdiagnosanya melalui gejala
e)      Periode laten
Masa dimana periode penykit belum terdeteksi samapi periode lead time dilakukan uji laboratorium klinik dan merupakan masa inkubasi pada penyakit infeksi Sdf.

21.  Tingkat pencegahan
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM. Dikenal juga keempat tingkah pencegahan seperti berikut ini :
a.       Pencegahan primordial
Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari kebiasaan gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat rancu dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multi mitra. Misalnya menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa yakin bahwa rokok iti suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok. Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah
·         Mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan bear dalam masyarakat
·         Melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap resiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat

Misalnya dengan diet asam lemak jenuh untuk pencegahan penyakit jantung. Upaya pencegahan primordial diarahkan untuk mempertahankan kebiasaan pola makan yang sudah ada atau membuat modifikasi cara makan yag sudah ada dengan tetap mendukung tujuan makanan yang mengandung asam lemak jenuh.
b.      Pencegahan tingkat pertama, yang meliputi :
·         Promosi kesehatan masyarakat misalnya kampanye kesadaran masyarakat,  Promosi kesehatan, dan pendidikan kesehatan masyarakat.
·         Pencegahan khusus misalnya pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif.
c.       Pencegahan tingkat kedua :
·         Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening
·         Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan edah
d.        Pencegahan tingkat ketiga
Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.



DAFTAR PUSTAKA


Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi Edisi Pertama. Jakarta : Bina Putra Aksara.
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bustan,Mn.2007.Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Bustan, M.N. dan Arsunan. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Kasjono, Heru Subaris, dkk. 2006. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta: Media Pressindo.
Kasjono, Heru Subaris. 2008. Intisari Epidemiologi. Jogjakarta : Mitra Cendekia.
Soemirat, Juli. 2010. Epidemiologi, Wabah Penyakit, Lingkungan, Sumber Daya Alam. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Timmreck, Thomas C. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar