BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan
sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan
keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah
mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur
situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktivitas pencapaian
keputusan.Secara rasional kesimpulan tersirat dalam premis-premis sehingga
hanya kepentingan perumusan saja. Walaupun berbagai literatur yang memandang
keputusan sebagai proses menampilkan tersurat kata keputusan di dalam modelnya.
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan
penilaian dan menjatuhkan pilihan.Keputusan ini diambil setelah melalui
beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.Sebelum pilihan dijatuhkan,
ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif
yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
1.2
Tujuan
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui Pemecahan
Masalah dan Pengambilan Keputusan dalam Manajemen. Sedangkan tujuan khusus makalah ini adalah :
a. Untuk memenuhi salah satu tugas Dasar Manajemen Kesehatan.
b. Untuk
mengerti tentang Pemecalahan Masalah dan Pengambilan Keputusan.
c.
Untuk mengetahui tentang pemecahan masalah
dalam pengambilan keputusan.
1.3
Manfaat
Manfaat dari
makalah ini adalah:
a. Dapat memenuhi salah satu tugas Dasar Manajemen Kesehatan.
b. Dapat mengerti tentang Pemecalahan Masalah dan
Pengambilan Keputusan
c. Dapat
mengetahui tentang pemecahan masalah dalam pengambilankeputusan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah
Beberapa definisi masalah dari
beberapa pendapat para ahli:
1. Problem
is a thing that is difficult to deal with or understand: a question to beanswered or solved especially by reasoning
or calculating. (Kamus Oxford,
1995 dalam Notohadiprawiro, 2006)
2. Masalah
diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan), soal, persoalan. Permasalahan; hal yang
menjadikan masalah; hal yang dimasalahkan.
Masalah adalah factor yang menyebabkan tidak tercapainya
tujuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia
dalam Sugiono,1999)
3. Masalah
merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit dan memerlukan solusi. Suatu kesenjangan antara apa yang
seharusnya dengan apa yang ada
dalam kenyataan atau antara harapan dengan kenyataan.
(Suryabrata, 2000)
4. Masalah
juga dapat diartikan sebagai tafsir sesuatu yang teramati lewat tanggaprasa, terapan dan konsep yang
ketiganya merupakan cetusan alam fikir dan alam rasa. (Notohadiprawiro, 2006)
5. Hal-
hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian merupakan masalah atau peluang, dimana pendefinisiannya
harus jelas baik keluasannya
maupun kedalamannya, masalah diartikan sebagai situasi dimana suatu fakta yang terjadi sudah menyimpang dari batas-
batas toleransi yang diharapkan.
(Subiyanto, 1999)
2.1.1
Sumber
Permasalahan
Suatu masalah tidak harus
menuntut/ menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan karena
adanya masalah.
Sumber-
sumber masalah berada d lingkungan tempat pengamat beradaatan dapat berada di
jasmani pengamat. Menurut Purwanto (2008) upaya untuk melakukan pencarian dan
pendataan masalah- masalah yang akan dibahas dapat dilakukan dari sumber-
sumber masalah sebagai berikut:
a. Bacaan,
terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
b. Pengamatan
sepintas/ fakta di lapangan
c. Pengalaman
pribadi
d. Pertemuan
ilmiah: seminar, diskusi, lokakarya, konferensi dan lain-lain
e. Pernyataan
pemegang otoritas
f. Perasaan
intuitif pribadi (Purwanto, 2008)
2.1.2 Alur Pemecahan Masalah
Herbert A.Simon, ilmuwan pemenang hadiah
nobel, mendapat pengakuan karena mendefinisikan 4 tahapan dasar pemecahan
masalah yang telah diakui secara universal. Menurut Simon, pemecahan masalah
akan terlibat dalam:
1.
Aktivitas intelijen. Mencari kondisi-kondisi
yang membutuhkan solusi di dalam lingkungan.
2.
Aktivitas perancangan. Menemukan
mengembangkan dan menganalisis kemungkinan-kemungkinan
tindakan.
3.
Aktivitas pemilihan. Memilih satu tindakan
tertentu dari berbagai tindakan
yang tersedia.
4.
Aktivitas peninjauan. Menilai pilihan-pilihan
masa lalu. (Reymon,2008)
2.2
Permasalahan
dalam Organisasi
1. Kurangnya Koordinasi
·
Koordinasi dalam Program kerja
Seringkali dalam sebuah organisasi yang sudah mapan
sekali pun, atau dapat dikatakan ketika dalam organisasi terdapat sebuah
program kerja yang sangat bagus sekali pun, jika tidak ada koordinasi
maka sering kali menyebabkan kesalahpahaman, yang tentunya dapat menyebabkan
kacaunya terlaksanya sebuah program.
Kekacauan tersebut dapat terjadi ketika antar
penanggung jawab tidak mengetahui batasan-batasan jobnya, yang seringkali hanya
dapat diperoleh melalui koordinasi antar penanggungjawab. Hal tersebut
dapat menyebabkan overlaping karena beberapa panitia mengerjaknnya, dalam
beberapa tugas, sementara kekosongan dalam tugas yang lainnya.
·
Koordinasi antar Pimpinan
Parahnya lagi, koordinasi yang buruk dapat mengarah
pada komunikasi yang buruk pula. Komunikasi yang buruk antar pimpinan tersebut
dalam sebuah program dapat berakibat pada program program selanjutnya.
Maka seringkali terjadi salah sangka dan salah paham diantaranya.
Padahal para pimpinan selain berhubungan dalam
pelaksanaan program kerja seharusnya memiliki ikatan cultural, ketika terjalin
komunikasi yang baik diantaranya.
2. Pengkaderan
·
Rekrutmen
Bagi sebagian periode organisasi, dan bagi berbagai
macam organisasi masalah pengkaderan ini dirasakan berbeda-beda, oleh karena
tingkat animo peminat organisasi yang berbeda beda misalnya.Namun pernyataan
“kesuksesan suatu periode adalah buakan sekedar sukses ketika masa jabatanya
namun ketika dapat menghasilkan (kader-kader) periode yang lebih sukses”. Maka
dapat dikatakan dalam sebuah organisasi adalah ketika dalam suatu periode dapat
dikatakan sebagai masa kejayaan, namun hal tersebut tidak ada artinya ketika
setelah itu organisasi tersebut terpuruk atau bahkan bubar karena kelemahan tau
bahkan tidakadanya kader penerus.
·
Mempertahankan kader
Pengkaderan ini, terkait erat pada pengembangan
organisasi. Ketika suatu organisasi dapat merekrut kader dalam animo besar, memungkinkan
jangkauan organisasi tersebut pada komunitas yang luas, serta hal tersebut
merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan. Setelah berhasil merekrut
kader dalam animo yang besar, jika tidak dapat memberdayakan, dalam rangka
mempertahankan kader-kadernya maka seringkali kader-kader tersebut akan
maengalami seleksi alam.
Oleh karena itu usaha mempertahankan kader sering
kali lebih penting daripada rekrutmenya.(Salusu, 2004)
2.3
Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan adalah pekerjaan
sehari-hari dari manajemen sehingga kita perlu mengetahui apakah pengambilan
keputusan itu, bagaimana kita tiba pada keputusan, apa keputusan itu,
tingkat-tingkatnya, klasifikasinya, dan jenis-jenisnya. Selain itu, perlu pula
diketahui teknik pengambilan keputusan, pendekatannya, metodenya,
teori-teorinya, etika dalam pengambilan keputusan, peran birokrasi dalam
pengambilan keputusan, dan hubungan antara pengambilan keputusan, dan
penyelesaian masalah.
2.3.1
Hakikat
Pengambilan Keputusan
Kehidupan sehari-hari
seorang eksekutif, manjer, kepala, ketua, direktur, rektor, bupati, gubernur,
menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun sesungguhnya adalah kehidupan
yang selalu berhubungan dengan pengambilan keputusan. Oleh sebab itu pengambilan keputusan adalah aspek paling
penting dalam kegiatan manjemen. Bahkan (Haggins, 1976) melanjutkan bahwa
pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan
karena di dalamnya manajer terlibat.
2.3.2
Pentingnya
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan
keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,terutama
karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan
keputusan.
Ada
2 pandangan dalam proses mencapai suatu keputusan organisasi (Brinckloe,et
al.,1977) yaitu:
a. Optimasi
Disini seorang yang penuh keyakinan berusah menyusun
alternatif-alternatif, memperhitungkan untung dan rugi dari setiap alternative
itu terhadap tujuan organisasi.Sesudah itu imemperkirakan kemungkinan timbulnya
bermacam-macam kejadian dikemudian hari, mempertimbangkan dampak dari kejadian
itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan, dan kemudian menyusun
urutan-urutannya secara sistematis sesuai prioritas dan kadang-kadang juga
selera. Barulah ia membuat keputusan. Keputusan yang dibuatnya itu dianggap
optimal karena setidaknya ia telah memperhitungkan semua factor yang berkaitan
dengan keputusan itu.
b. Satisficing
Seseorang yang cukup menempuh suatu penyelesaian yang
asal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik.Ia tidak akan dapat
mengidentifikasi semua alternative sebagai akibat dari kelalaian atau kurangnya
sumber informasi dari hasi penelitian. Ia hanya mengetahui sedikit mengenai
kerugian atau kekurangan yang melekat pada alternative apa pun yang dipilihnya.
Ia juga memiliki kekurangan pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa yang memungkinkan
timbul dan kaitannya dengan pilihan yang ia lakukan. Oleh karena ia tidak
memiliki dasar yang akurat untuk memilih alternative-alternatif itu, maka ia
akan memilih alternative yang paling memuaskan.
Model satisficing ini dikembangkan oleh Simon (1982) karena adanya
pengakuan terhadap rasionalitas terbatas. Rasionalitas terbatas adalah
batas-batas pemikiran yang memaksa orang
membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi.
2.3.3 Teori-Teori Pengambil
Keputusan
Menurut
Brinckloe (1977), ada beberapa teori pengambilan keputusan yang didasari atas
pendekatan-pendekatan diantaranya :
1. Aliran Birokratik
Teori ini memberikan
tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur
organisasi. Tugas dari eselon bawah adalah melaporkan masalah, memberi
informasi, menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya.
Dengan menggunakan segala pengetahuan, ketrampilan dan kemampuannya, atasan
tadi membuat keputusan setelah mempelajari semua informasi yang ada. Keputusan
atasan tadi akan banyak bergantung pada kemampuannya sendiri dan pada lengkap
tidaknya informasi, apakah informasi itu dapat dipercaya. Keputusan itu selalu
dianggap benar, tetapi memiliki kelemahan-kelemahan.
2. Aliran manajemen Saintifik
Teori ini menekankan
pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan dalam elemen-elemen
logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen
itu sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu
masalah.
3. Aliran hubungan kemanusiaan
Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih
baik apabila lebih banyak perhatian diberikan kepada manusia dalam organisasi
itu, seperti yang menimbulkan kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan
keputusan, memberlakukan organisasi sebagai kelompok sosial yang mempunyai
tujuan. Selain itu, kebutuhan dan keinginan anggota selalu dipertimbangkan
dalam membuat keputusan.
4. Aliran raionalitas ekonomi
Teori ini mengakui bahwa
organisasi adalah unit ekonomi yang mengkonversi (input) menjadi luaran
(output), dan yang harus dilakukan dengan cara yang paling efisien. Menurut
aliran ini, sutu langkah kebijaksanaan akan terus berlangsung sepanjang itu
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.
5.
Aliran
satisficing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang
sempurna. Aliran ini yakin bahwa para menejer yang selalu dipenuhi
berbagai masalah mampu membuat keputusan yang cukup rasional. Para
menejer
sesungguhnya bermaksud membuat keputusan yang rasional, tetapi
karena keterbatasan kognitif, ketidakpastian,
dan waktu, memaksa mereka mengambil keputusan dalam kondisi
rasionalitas terbatas.
6.
Aliran
analisis sitem
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu
sistem yang terdiri atas berbagai sub sistem yang keseluruhannya
merupakan suatu kesatuan seperti terlihat pada kata-kata dalam
kotak teka-teki, dimana setiap kata mempunyai kaitan dan dampak satu
terhadap yang lain.
2.4 Proses Pembuatan Keputusan
2.4.1 Tingkat
– tingkat Keputusan
Setiap keputusan mempunyai kadar kehebatan
yang berbeda-beda. Ada keputusan yang tidak mempunyai makna berarti, sebaliknya
ada yang mempunyai makna global yang luar biasa.Ada keputusan yang sangat
sederhana, ada yang sangat kompleks. Brinckloe (1977) menyebutkan bahwa ada 4
tingkat keputusan, yaitu :
1. Keputusan
otomatis
Keputusan ini dibuat dengan sangat sederhana. Meski ia
sederhana, informasi tetep diperlukan. Hanya, informasi yang ada itu sekaligus
melahirkan satu keputusan. Contohnya, Seorang pengemudi mobil yang memperoleh
informasi di perempatan jalan berupa lampu merah, akan membuat keputusan
otomatis untuk berhenti. Informasi ini
identik dengan keputusan. Setiap pengemudi lain akan membuat keputusan yang
sama apabila dihadapkan dengan informasi serupa.
2. Keputusan
berdasarkan informasi yang diharapkan (expected informasi decision).
Tingkat informasi di sini mulai sedikit kompleks, artinya
informasi yang ada sudah memberikan aba-aba untuk mengambil keputusan.Akan
tetapi, keputusan belum segera dibuat, karena informasi itu masih perlu
dipelajari. Setelah hasil studi diketahui, keputusan langsung dibuat, sama
seperti keputusan otomatis.
3. Keputusan
berdasarkan berbagai pertimbangan (factor weighting decision).
Keputusan jenis ini lebih kompleks dari sebelumnya.Lebih
banyak informasi yang diperlukan.Informasi-informasi itu harus dikumpulkan dan
dianalisis.Factor-factor yang berperan dalam informasi itu dipertimbangkan dan
diperhitungkan.Antara informasi yang satu dan yang lainnya di bandingkan,
kemudian dicari yang paling banyak member keuntungan dan kerugian. Misalnya
seseorang yang hendak membeli arloji, akan membandingkan diantara beberapa
merk. Ia membandingkan harganya, kualitasnya, penampilannya atau modelnya,
nilai arlojinya, dll.
4. Keputusan
berdasarkan ketidakpastian ganda (dual-uncertainty decision)
Keputusan ke empat ini adalah keputusan yang paling
kompleks.Jumlah informasi yang diperlukan semakin bertambah banyak.Selain itu,
dalam setiap informasi yang sudah ada atau informasi yang
masih diharapkan, terdapat ketidakpastian.Itulah sebabnya dikatakan
“dual-uncertainty”, ketidak pastian ganda.Semakin luas ruang lingkup dan
semakin jauh dampak dari suatu keputusan semakin banyak informasi yang
dibutuhkan dan semakin tinggi ketidakpastian itu.Oleh karena itu keputusan
semacam ini sering mengandung resiko lebih besar dibandingkan
keputusan-keputusan yang ada di bawahnya.
Ketidak pastian itu
merupakan satu karakteristik utama dari tough decision (nutt,1989). Dalam
situasi seperti itu terdapat keraguan dan kekurang tepatan membuat prediksi
mengenai informasi yang kritis.Selain itu, pembuat keputusan kurang dapat
memisahkan informasi-informasi itu ke dalam kategori yang relevan dan tidak
relevan.
2.4.2
Kategori
Keputusan
Ditinjau
dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dapat
pula dibagi dalam 4 katagori.
1. Keputusan Representasi
Suatu
keputusan dapat disebut keputusan representasi apabila pengambilan keputusan
menhadapi informasi yang cukup banyak, dan mengetahui dengan tepat bagaimana
memanipulasikan informasi tersebut. Dengan begitu, akan lebih mudah dibuatkan
model sehingga model itu menyediakan informasi yang tersedia. Keputusan ini
banyak menggunakan model matematika seperti operations
reserch, cost-benefit analysis dan simulasi. Didalam keputusan ini
ambiguitas dapat diketahui dan dikendalikan, konflik dapat diatasi, dan
ketidakpastian dapat diselseaikan dengan metode matematika
2. Keputusan Empiris
Suatu
keputusan yang miskin informasi tetapi memiliki cara yang jelas untuk memproses
informasi pada saat informasi itu diperoleh. Pada keputusan ini terdapat
ambiguitas serta konflik yang potensial mengenai informasi mana yang harus
dicari dan bagaimana menduga serta memprakirakan peristiwa-peristiwa yang tidak
pasti. Tugas utama dari pengambil keputusan disini ialah mencari informasi
lagi.
3. Keputusan Informasi
Suatu
situasi yang kaya informasi, tetapi diliputi kontroversi tentang bagaimana
memproses informasi itu. Konflik muncul ketika lahir perbedaan tentang
informasi mana yang akan dirproses dan yang akan digunakan untuk membuat
prediksi-prediksi. Integrasi pemikiran diantara pengambil keputusan
terutama cara menangani informasi
diperlukan untuk meluruskan jalan kepada pembuat keputusan yang baik.
4. Keputusan Eksplorasi
Istilah
ini muncul karena situasi itu miskin dengan informasi dan tidak ada kata
sepakat tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
Ambiguitas muncul terutama tentang dari mana usaha pembuatan keputusan hendak
dimulai dan ada perasaan khawatir akan terjadi konflik karena tidak tersedia
cara untuk mengantisipasi sasaran-sasaran potensial. Dalam hal ini harus ada
eksplorasi yang dilakukan untuk menemukan informasi yang tepat.(Salusu,
2004)
2.4.3
Jenis –
jenis Keputusan
1. Keputusan
Terprogram
Mempunyai aturan yang jelas, dan teliti
dan dipakai berulang – ulang, dapat diprogramkan sehingga mungkin didelegasikan
kepada orang lain dan dapat pula dikomputerisasi. Dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah organisasi
yang repititif atau yang sudah baku. Banyak masalah dalam organisasi yang
terjadi berulang-ulang, yang sudah biasa, tempat para manajer bisa membuat
kriteria penampilan, informasi yang jelas, serta alternatif keputusan yang
lebih baik.
Keputusan jenis ini lebih sering disebut keputusan rutin. yang
mencangkup keputusan ini adalah
keputusan operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerullo, keputusan operasional dan
keputusan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi, dan
keputusan terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe. (ex
: penetapan gaji karyawan, jelas kapan waktu pembuatan laporannya, bagaimana
perhitungan besar gajinya dan kepada siapa gaji tersebut dibayarkan)
2. Keputusan
Tidak Terprogram
Keputusan ini hanya muncul kadang –
kadang dibuat sebagai respon
terhadap masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai, dan yang tidak dapat
didefinisikan secara tepat, dan bahkan keputusan ini lebih
didominasi instuisi. Keputusan ini
biasanya dikenal dengan nama keputusan stratejik. Keputusan ini meliputi keputusan stratejik dari Morgan dan Cerullo, Mangkusubroto dan
Trisnadi, keputusan stratejik dan tujuan (Goal) dari Sutherland, serta
keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe(ex
: keputusan untuk memperluas usaha baru)Dari segi struktur, keputusan yang tertinggi ialah berhubungan dengan
cita-cita, tujuan, menyusun keputusan stratejik, lalu keputusan taktis, dan
yang paling bawah adalah keputusan operasional.(Husein, 2000)
BAB III
RINGKASAN
Masalah
merupakan suatu kesulitan dalam situasi dimana suatu fakta yang terjadi sudah
menyimpang dari batas- batas toleransi dan harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan.Suatu masalah tidak harus menuntut/ menimbulkan suatu penelitian tetapi
penelitian dilakukan karena adanya masalah.Sumber masalah dapat berasal dari
pengamatan, bacaan, pengalaman pribadi, diskusi, pernyataan pemegang otoritas,
bahkan perasaan intuitif pribadi.Untuk memecahkan masalah, menurut Simon
terdapat empat aktivitas, yakni aktivitas intelijen, perancangan, pemilihan,
dan peninjauan.
Pengambilan
keputusan merupakan aspek penting dalam manajemen.Pengambilan keputusan
mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,terutama karena
masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan. Menurut
Brinckloe (1977) dalam proses mencapai suatu keputusan organisasi, terdapat dua
pandangan yakni pandangan optioptimasi dan pandangan satisfacing. Sedangkan
teori pengambilan keputusannya itu sendiri terdapat enam aliran, yakni:
birokratik, manajemen Saintifik, hubungan kemanusiaan, rasionalitas ekonomi, satisficing,
dan analisis sistem.
Pengambilan
keputusan memiliki alur atau proses. Setiap keputusan mempunyai kadar kehebatan
yang berbeda-beda, baik dari pengaruh dan kerumitannya. Terdapat tingkat dan
jenis keputusan.Dilihat dari jenisnya, keputusan dikelompokkan menjadi dua,
yaitu keputusan terprogram dan tidak terprogram.Keputusan terprogrammempunyai
aturan yang jelas, dapat terprogram, dan dipakai berulang – ulang, Sedangkan keputusan
tidak terprogrammerupakan respon terhadap masalah-masalah yang jarang dijumpai dan
yang tidak dapat didefinisikan secara tepat.Keputusan ini biasanya dikenal
dengan nama keputusan stratejik.
DAFTAR
PUSTAKA
McLeod Raymond, George P.Schell. 2008. Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta : Salemba Empat
Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan
Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Purwanto,
E. 2008. Metode Penelitian Remaja. Jakarta: Gramedia
Salusu,J. 2004.Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta:
Grasindo
Subiyanto.
1999. Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN
Sugiono.
1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suryabrata,
I. 2000. Langkah- langkah Penelitian. Jakarta: Pustaka Jaya
Umar,
Husein. 2000. Business an Introduction. Jakarta : Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar