DASAR
MANAJEMEN KESEHATAN
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Disusun
oleh :
Agustin
Dwi Arista 25010113120114
Herpina
Simarmata 25010113120115
Wiwin
Rahma Dhiana 25010113120116
Risky
Pamulat Sari 25010113120117
Cherinita
Hamida 25010113120118
Devita
Melinda N 25010113120120
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
Bab I
Pendahuluan
Pembuatan keputusan bertujuan
mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkuatan sehingga usaha pencapaian
tujuan yang dimaksud dapat dilaksanakan secara baik dan efektif. Pengambilan
keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah yang harus diselesaikan
dengan memuaskan. Situasi masalah tersebut yang menjadi masukan pertama dalam
sistem pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan dengan pengetahuan, pengalaman,
dan data yang diperoleh atau dikumpulkan berkaitan dengan masalah. Masalah atau problem yang dimaksud dapat dibagi tiga
golongan besar, yaitu masalah korektif, masalah progresif, dan masalah kreatif.
Masalah korektif adalah masalah yang
timbul karena adanya penyimpangan dari apa yang direncanakan. Masalah progresif
adalah suatu masalah yang terjadi akibat adanya keinginan untuk memperbaiki
atau meningkatkan suatu prestasi ayau hasil masa lalu. Masalah
kreatif adalah suatu masalah yang muncul karena adanya keinginan untuk
menciptakan sesuatu yang sama sekali baru. Keputusan adalah hasil
yang dicapai dari proses pengambilan keputusan. Menentukan pilihan (memutuskan)
atau arah tindakan tertentu bagi organisasi adalah keputusan. Pengambilan keputusan
yang efektif menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif.
Bab
II
A.
Pengertian
pengambilan keputusan
Menurut
Drummond (1985) dalam buku berjudul Sistem Pengambilan Keputusan, mengemukaan pendapatnya, bahwa pengambilan
keputusan adalah usaha penciptaan kejadian-kejadian dalam bentukan masa depan
(peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya).
Pengambilan
keputusan menurut Mondy dan Premeaux dalam buku Anzizhan tahun 2006 “decision
makin the process of generating and evaluating
alternatives and making choices among them”. Pendapat ini menegaskan bahwa
pengambilan keputusan adala proses pada saat ada sejumlah langkah dan
pengevaluasian dari
sejumlah alternatif yang ada.
Setiap
proses pengambilan keputusan adalah suatu sistem tindakan karena terdapat
beberapa pross di dalamnya. Hal ini dikemukakan oleh Pradjudi dalam buku
Anzizhan, 2006. Kerangka yag ada dalam pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut :
a. Posisi
orang yang berwenang dalam mengambil keputusan.
b. Problema
(penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncakan atau dituju).
c. Situsi
pengambil keputusan itu berada.
d. Kondisi
pengambil keputusan (kekuatan dan kemampuan menghadapi problem).
e. Tujuan
(apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan).
Unsur-unsur yang telah
disebutkan merupakan kesatuan yang harus ada dalam sistem kerja pengambilan
keputusan. Ha ini sangat penting artinya, sebab pengambilan keputusan adalah
sentral dari tugas seorang manajer dalam mengoordinasikan tugas-tugas dan usaha
organisasi untuk mencapai sasaran. Manajer menembus seluruh pelaksanaan fungsi
manajemen yang mencakup pelaksanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan seluruh aktivitas organisasi.
Pakar manajemen telah
banyak mengemukakan pendapatnya tentang definisi pengambilan keputusan dalam
konteks manajemen. Robbins (1997:236) dalam buku yang ditulis oleh Anzizhan,
tahun 2006 berpendapat bahwa
“decision making is which on choses between two or more alternative.”
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa hakikat pengambilan
keputusan memilih dua alternatif atau lebih untuk melakukan tindakan tertentu
baik secara pribadi maupun kelompok.
B.
Tipe-tipe
keputusan
Pengambilan keputusan tidak hanya
dilakukan oleh pimpinan puncak atau manajer tetapi dilakukan juga oleh manajer
menengah dan lini pertama. Dalam mengambil keputusan manajer akan menggunakan
tipe-tipe keputusan dan akkan meneyesuaikannya dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Tipe-tipe keputusan yaitu:
1. Keputusan Terprogram
Dalam
buku Sistem Informasi Manajemen Herbert A. Simon juga menyebutkan bahwa
keputusan terprogram bersifat repetitive dan rutin, dalam hal prosedur tertentu
digunakan untuk menanganinya sehingga
keputusan tersebut tidak perlu dianggap de
novo (baru) setiap kali terjadi.
Keputusan
terprogram biasanya muncul dalam operasi rutin serta pada pekerjaan-pekerjaan
administrative dalam sebuah organisasi. Jenis pekerjaan yang sering didapati
pada tingkat manajemen menengah ke bawah atau rendah. Data inputan yang digunakan dalam pembuatan
keputusan tipe ini seringali lengkap dan terdefinisi dengan baik. Sehingga
prosedur dalam keputusan terprogram didasarkan pada pengalaman dalam menghadapi
sejumlah situasi yang serupa. Jika telah dimiliki prosedur yang dimaksud maka
dalam seluruh situasi yang serupa dapat diterapkan prosedur standard.(Basyaib)
2.
Keputusan tak
Terprogram
Keputusan
tak terprogram (non programmed decisions),
yaitu keputusan-keputusan yang baru, tidak biasa dan rumit, yang tidak memiliki
akhir yang telah tebukti. Keputusan-keputusan ini memiliki berbagai solusi yang
mungkin, semuanya memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-masing
(Bateman dan Snell,2008).
Keputusan
tak terprogram berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas dan tidak biasa.
Bila suatu masalah yang timbul tidak cukup diliput oleh kebijaksanaan atau sangat penting sehingga perlu
penanganan khusus, harus diselesaikan dengan
suatu keputusan yang tidak diprogram(Handoko, 2012)
Semakin
tinggi kedudukan para pengambil keputusan, semakin luas ruang lingkup keputusan
yang dibuatnya, yang juga berarti semakin luas dampaknya terhadap organisasi
dan masyarakat. Berbeda dengan keputusan terprogram yang sudah ada pedomannya
sehingga pembuat keputusan tingkat atas tidak perlu melibatkan diri dalam
pembuatan keputusan, sedangkan keputusan tak terprogram arus melibatkan manajer
tingkat puncak.
Para
manajer tingkat atas lebih cenderung menggunakan pengambilan keputusan tidak
terstruktur. Mengingat para eksekutif seringkali menghadapi begitu banyak
informasi dan ketidakpastian maka tidaklah mungkin hanya menganalisis satu dari
sekian banyak ketidakpastian (Sauju, 2004).
Beberapa contoh masalah
yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak diprogram antara lain, cara
pengalokasian sumberdaya-sumber daya organisasi, penanganan lini yang jatuh
dipasaran, atau cara perbaikan hubungan masyarakat .
Penggunaan tipe pengambilan
keputusan dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau masalah-masalah
yang tengah dihadapi. Jika masalah yang dihadapi masalah-masalah umum yang menyangkut
procedural dapat diatasi dengan menggunakan tipe keputusan terprogram,
sedangkan masalah-masalah yang bersifat khusus dan memerlukan kreativitas maka
menggunakan tipe keputusan tak terprogram yang biasanya dilakukan oleh manajer
tingkat puncak.
Berikut ini adalah tabel perbedaan
keputusan terprogram dan tidak terprogram berdasarkan masalah dan prosedurnya,
Perbedaan
|
Keputusan Terprogram
|
Keputusan Tidak
Terprogram
|
Masalah
|
Sering, berulang,
rutin, ada kepastian mengenai hubungan sebab akibat
|
Tidak terstruktur,
ada ketidakpastian mengenai hubungan sebab akibat
|
Prosedur
|
Bergantung pada
kebijakan, aturan, dan prosedur yang pasti
|
Perlunya kreativitas
|
Contoh
|
||
Universitas
|
Syarat rata-rata
indeks prestasi untuk peringkat akademis yang baik
|
Pembangunan fasilitas
ruang kelas yang baru
|
Perawatan kesehatan
|
Prosedur penerimaan
pasien
|
Pembelian
perlengkapan eksperimen
|
Pemerintah
|
Sistem kelayakan
untuk kenaikan pangkat ara pegawai negeri
|
Pengorganisasian
badan-badan pemerintah
|
C.
Sistem
pembuatan keputusan
Definisi
Secara Umum
Merupakan
Sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan
masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah semi terstruktur.
Definisi
Secara Khusus
Merupakan
Sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok
manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan
informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.
Sebagai suatu sistem, pengambilan
keputusan menerima masukan pengaruh dari sistem lainnya baik ekonomi, sosial,
politik, maupun aturan negara. Setiap proses pengambilan keputusan merupakan
suatu sistem tindakan karena ada beberapa kompenen didalamnya.
Ada lima langkah rencana tindakan ketika
pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh manajer, yaitu:
1) Defenisi
tujuan
2) Mengumpulkan
informasi
3) Membangun
pilihan-pilihan
4) Evaluasi
dan putuskan
5) Pelaksanaan
Unsur-unsur tersebut merupakan kesatuan
yang harus ada dalam sistem kerja pengambilan keputusan manajerial. Hal ini
sangat penting artinya, sebab ppengambilan keputusan adalah sentral bagi tugas
seorang manajer dalam mengkoordinasikan tugas-tugas dan usaha organisasi untuk
mencapai tujuan yang hendak diinginkan dan dituju.
D.
Proses
pembuatan keputusan
Proses pembuatan
keputusan merupakan tahapan berbentuk anyaman yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. John Dewey mengajukan pandangan bahwa proses pemecahan masalah
merupakan upaya menjawab pertanyaan dalamm tiga fase berikut :
a.
Masalah yang dihadapi.
b.
Alternatif- alternatif
yang dimiliki
c.
Alternatif yang terbaik
Herbert A Simon dalam
buku Teori Pengambilan Keputusan karya Fachmi Basyaid menawarkan model emecahan
sebagai berikut :
a.
Intelijen, yakni
pencarian informasi eksternal dan inernal
b.
Desain, yakni penentuan
dan analisis langkah-langkah
c.
Pilihan, yakni memilih
salah satu langkah untuk diimplementasikan, dengan pertimbangan langkah
tersebut paling efektif dalam mencapai tujuan pembuatan keputusan.
Elion menggambarkan proses pembuatan keputusan dalam delapan
langkah sebagai berikut :
a.
Masukan informasi
b.
Analisis informasi yang
tersedia
c.
Penentuan ukuran
kinerja dan biaya
d.
Penciptaan model yang
mewakili keputusan
e.
Pemilihan strategi yang
tersedia
f.
Perkiraan hasil dari
setiap pilihan
g.
Penentuan kriteria
dalam memilih pilihan yang tersedia
h.
Penetapan keputusan
bagi situasi keputusan yang dihadapi
Model yang dibawain oleh Simon maupun Elion memberikan kerangka
kerja dalam proses pembuatan keputusan, lankah-langkah tersebut perlu dipahami
sebelum melakukan pembuatan keputusan. Langkah ini dapat dilakukan dengan
urutan yang berbeda dan seringkali tidak selesai dalam satu siklus, melainkan
merupakan interaksi yang dilakukan hingga tercapai tujuan yang diingikan pembuat
keputusan. (Basyaib, 2006)
E. Keterlibatan bawahan
dalam pembuatan keputusan
Keterlibatan bawahan dalam pembuatan keputusan dapat
bersifat resmi misalnya dengan pembuatan kelompok, bisa juga bersifat tidak
resmi misal dengan meminta gagasan dan saran-saran. Pembuatan keputusan yang
didasarkan pada sifat formal lebih efektif karena banyak masukan-masukan
pengetahuan yang lainnya. Karakteristik situasi keputusan dan gaya pembuatan
keputusan manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah pembuatan keputusan
dilakukan secara kelompok atau tidak.
Para manajer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa
melibatkan bawahan, keterlibatan ini dapat secara formal, seperti penggunaan
kelompok dalam pembuatan keputusan, atau informal, seperti permintaan akan
gagasan.
a.
Pembuatan Keputusan Kelompok
Banyak manajer merasa bahwa keputusan yang dibuat
secara kelompok, seperti panitia lebih efektif karena mereka memaksimumkan
pengetahuan lain. Berbagai kelebihan dan
kelemahan pembuatan keputusan secara kelompok,
Kelebihan
|
Kelemahan
|
·
Dalam pengembangan tujuan,
kelompok memberikan jumlah pengetahuan yang lebih besar.
·
Dalam pengembangan alternatif,
usaha individual para anggota kelompok dapat memungkinkan pencarian lebih
luas dalam berbagai bidang fungsional organisasi.
·
Dalam penilaian alternatif,
kelompok mempunyai kerangka pandangan yang lebih lebar.
·
Dalam pemilihan alternatif
kelompok lebih dapat menerima risiko dibanding pembuat keputusan individual.
·
Karena berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan, para anggota kelompok secara individudal lebih
termotivasi untuk melaksanakan keputusan.
·
Kreativitas yang lebih besar
dihasilkan dari interaksi antar individu dengan berbagai pandangan yang
berbeda- beda.
|
·
Implementasi suatu keputusan
apakah dibuat oleh kelompok atau tidak, harus diselesaikan oleh para manajer
secara individual. Karena kelompok tidak diberikan tanggung jawab, keputusan
kelompok dapat menghasilkan situasi di mana tidak seorangpun merasa
bertanggung jawab dan saling melempar tanggung jawab.
·
Berdasarkan pertimbangan nilai
dari waktu sebagai salah satu sumber daya organisasi, keputusan kelompok
sangant memakan biaya.
·
Pembuatan keputusan kelompok
adalah tidak efesien bila keputusan harus dibuat dengan cepat.
·
Keputusan kelompok, dalam berbagai
kasus, dapat merupakan hasil kompromi atau bukan sepenuhnya keputusan
kelompok.
·
Bila atasan terlilbat, atau salah
satu anggota mempunyai kepribadian yang dominan, keputusan yang dibuat
kelompok dalam kenyataannya bukan keputusan kelompok.
|
b.
Permintaan akan Gagasan
Yang
dimaksud disini adalah pengambilan keputusannya dengan meminta gagasan
atau saran-saran dari bawahannya, sehingga keputusan yang diambil merupakan
keputusan dengan berbagai pertimbangan dari bawahannya.
F.
Karakteristik
berbagai keputusan
-
Fokus pada hal yang
penting.
-
Logis dan konsisten.
-
Mengakui pemikiran
subyektif dan obyektif dan mengkombinasikan pemikiran analitis dan intuitif.
-
Membutuhkan sebanyak
mungkin informasi dan analisis untuk menyelesaikan dilema yang terjadi.
-
Mendorong dan mengarahkan
pengumpulan informasi yang relevan dan pendapat yang diinformasikan.
-
Langsung, bisa
diandalkan, mudah digunakan, dan fleksibel.
G.
Keputusan
Kuantitatif
Model
pengambilan keputusan kualitatif adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian
hubungan matematis yang pasti. Model ini dapat berupa persamaan
atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi komputer yang berupa
program-program. Adapun
ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan
kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan
pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau
permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya. Contoh : indikator
dari pemerataan dan
perluasan pendidikan yaitu
(Angka Partisipasi Kotor) dan APM ( Angka Partisipasi Murni ).
Model merupakan penilaian dalam bentuk data yang diringkas
dan diatur menurut angka sebelum kesimpulan dideskripsikan berdasarkan tindakan
pengendalian strategi. Walaupun data yang dikumpulkan dari pendekatan ini lebih
mudah untuk diringkas dan diatur, namun untuk menginterpretasikan apa yang
dimaksud oleh pengukuran kuantitatif ini sangatlah sulit dan bersifat subyektif.
Pengambilan keputusan dengan metode
kuantitatif mengandung berbagai kelebihan dan kelemahan yaitu:
Kelebihan
|
Kekurangan
|
·
Dapat digunakan untuk menduga atau meramal.
·
Hasil analisis dapat diperoleh dengan akurat bila
digunakan sesuai aturan.
·
Dapat digunakan untuk mengukur interaksi hudungan antara
dua/lebih variabel.
·
Dapat menyederhanakan realitas permasalahan yang kompleks
dan rumit dalam sebuah model.
|
·
Berdasarkan pada anggapan-anggapan (asumsi).
·
Asumsi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau
menyimpang jauh maka kemampuannya tidak dapat dijamin bahkan menyesatkan.
·
Data harus berdistribusi normal dan hanya dapat digunakan
untuk menganalisis data yang populasi/sampelnya sama.
·
Tidak dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan
cuplikan (sampel) yang jumlahnya sedikit (> 30).
|
Umumnya pendekatan kuantitatif dalam pengambilan
keputusan yang menggunakan model-model matematika. Matematika sudah ditemukan
oleh manusia ribuan tahun yang lalu dan telah banyak digunakan dalam banyak
aplikasi. Salah satu aplikasi matematika adalah untuk pengambilan keputusan.
Sebagai contoh sederhana, bagaimana mengatur 50 kursi dengan ukuran tertentu ke
dalam sebuah ruangan dengan ukuran tertentu pula. Dengan ukuran kursi dan
ruangan, maka akan ditemukan cara terbaik untuk mengatur kursi; apakah 5 baris
kali 10 lajur, atau sebaliknya, semuanya tergantung ukuran ruangan yang ada.
H.
Keputusan
Kualitatif
Model
kualitatif berdasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika
dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dengan pertimbangan lebih
bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuat model.
(Suryadi)
Gullet
dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang
kerap kali digunakan untuk memecahkan masalah.
a. Model
Probabilitas
Model probabilitas pada umumnya
model-model keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan
memberi hasil tertentu (the concept of probability and expected)
Adapun yang dimaksud dengan probalilitas
adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the
change of particular event occurring). Demikian juga halnya dengan probabilitas
statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung
terhadap populasi atau melalui sample dari populasi tersebut. Sample itu
sendiri merupakan bagian yang dianggap mewakili keseluruhan populasi.
b. Konsep
Nilai-Nilai Harapan
Konsep tentang nilai harapan ini
khususnya dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambil
nantinya menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi
situasi dan kondisi yang akan dating.
Adapun
nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang akan terjadi merupakan
kamungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisioanal.
Sedangkan nilai kondisionalnya adalah dimana terjadinya peristiwa yang
diharapkan masih diragukan.
c. Model
Matriks
Model matriks merpakan model khusus yang
menyajikan kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullet dan Hincks: the pay
off matrix is a particularly convenient method of displaying and summarizing
the expected values alternative strategies.
Model matriks terdiri atas dua hal,
yakni baris dan lajur. Baris bentuknya mendatar sedangkan lajur bentuknya
tegak. Pada sisi baris berisi macam alternative strategi yang digelarkan oleh
pengambilan keputusan sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan nilai
harapan dalam situasi yang berlainan.
d. Model
Pohon keputusan
ada 4 komponen dari pohon keputusan
yaitu, simpul keputusan, simpul kesepatan, hasil dari kombinasi dan
kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi. Hal yang
kiranya penting dalam pohon keputusan adalah pengambilan keputusan itu haruslah
secara aktif memilih dan mempertimbangkannya betul-betul alternative mana yang
akan dijadikan keputusan.
Langkah-langkah
yang perlu dilakukan aalah sebagia berikut,
1. Mengadakan
identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada yang secara
bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus dipecahkan
melalui diagram keputusan.
2. Masalah
utam kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
3. Masalah
yang sudah rinci kemudian diperinci lagi, begitu seterusnya sehingga merupakan
diagram pohon yang bercabang-cabang.
Itulah
sebabnya mengapa keputusan atau proses pengambilan keputusan yang dialakukan
semacam itu disebut dinamakan diagram pohon.
e. Model Kurva Indiferen
Kurava indiferen ( indifference curve )
merupakan kurva (berbentuk garis ) dimana setiap titik yang berada pada garis
kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama. Misalnya,
penggunaan barang A dan B meskipun kombinasi jumlah masing-masing berbeda,
namun apabila semuanya itu berada pada titik kurva indiferen, kepuasannya sama.
Kurva
indiferen mempunyai 4 ciri penting, yakni sebagai berikut :
1. Kurva
indiferen membentuk lereng ( slope ) yang negative. Kemiringan yang negatif
menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu komoditas dapat diganti dengan
komoditas lainnya sedemikian rupa sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan
yang tetap sama.
2. Jika
ada dua kurva indeferen dalam suatu keadaan atau lingkungan, maka keduanya
tidak akan saling berpotongan.
3. Hasil
yang diperoleh dari asumsi, ialah bahwa kurva indiferen ditarik melalui setiap
titik, sehingga membentuk garis kurva.
4. Kurva
indiferen dibutuhkan bagi pengorbanan tertentu untuk mendapatkan kepuasan yang
optimal.
Contoh
model kurva indiferen :
Masalah prestasi belajar siswa pada
dasarnya dipengaruhi oleh faktor minat dan motivasi serta kemauan ( Ability)
dan kemampuan ( Willingness). Gambaran hubungan antara motivasi dan prestasi
tersebut biasanya disajikan dalam bentuk kurva.
kesimpulan
: semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi juga prestasi yang
dihasilkan.
f. Model
Simulasi Komputer
Dengan
menggunakan computer, hal ini lebih mudah lebih dihitung dan diketahui berapa
besarnya pengaruh variabel terhadap independent. Sebab dengan menggunakan
bantuan computer jangkauan pikiran ( forecasting-nya ) dan pemikirannya secara
operasional menjadi lebih luas dan penjang serta mampu memecahkan permasalahan
yang komplek.
Contoh :
Pembuatan keputusan dalam menentukan
pemenang Pilkada biasanya dilakukan melalui proses Quick Count dimana polling
diperoleh melalui perhitungan cepat dengan mengambil beberapa sample yang dapat
mewakili karakter dari keseluruhan populasi yang menjadi pemilih. Perhitungan
cepat ini biasanya menggunakan media komputer yang memiliki tingkat akurasi
yang tinggi dibandingkan media lainnya.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Dalam
keterampilan pengambilan keputusan sama dengan teknik-teknik pengambilan
keputusan. Teknik-teknik pengambilan keputusan berfungsi untuk membantu kita
dalam membuat keputusan terbaik dikaitkan dengan ketersediaan informasi yang
relevan.
pengambilan
keputusan hendaknya di awali dengan
menentukan jenis keputusan yang akan diambil,
setelah kita mengetahui jenisnya barulah kita tentukan langkah pengambilan
keputusan yang meliputi proses identifikasi, penetapan parameter, alternatif,
kriteria serta mengevaluasi hasilnya atau disebut tahap implementasi. Sehingga
pada akhirnya terciptalah sebuah keputusan yang adil dan menguntungkan kedua
belah pihak.
Pengambilan
keputusan yang tepat
dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan
terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dpt menerima
keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.
Dalam
mengambil keputusan dalam manajemen, kita perlu mempelajari berbagai aspek, kita semua
pasti tidak menginginkan keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang bisa membuat
kita menyesal di kemudian hari. Untuk itu sangat perlu bagi semua orang khususnya
mahasiswa mempelajari ilmu dan pengetahuan dalam pengambilan
keputusan untuk menentukan kehidupan dimasa yang akan datang agar menjadi
manusia yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Anzizhan,
Syafaruddin. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan. PT. Grasindo : Jakarta
Basyaib,
Fachmi.2006. Teori Pembuatan keputusan. PT. Grasindo : Jakarta
Bateman,
S. Thomas dan Scott A Snell.2008.Kepemimpinan
dan Kolaborasi dalam Dunia yang Kompetitif. Jakarta : Salemba
Handoko, T.Hani.
2012.Manajemen ed.2.Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
Runtuwene, Lastiko. Tanpa Tahun. Kepemimpinan Dan Pengambilan Keputusan
Partisipatif Dalam Organisasi Pendidikan-Sekolah.
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/Katolik/xcjq1363633187.pdf.
Diakses pada Sabtu, 24 Mei 2014.
Saluju,
J. 2004. Pengambilan Keputusan Stratejik.
Jakarta: Grasindo
Surbakti,
Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
Suryadi.
Model Pengambilan Keputusan dan keterampilan Pengambilan Keputusan. http://www.file.upi.edu/.../Model_dan_keterampilan_pengambilan_keputusan.pdf.(online). diakses tanggal 8 Mei 2014.
Sutabri, Tata.
2003. Sistem Informasi Manajemen. Andi. Yogyakarta.
Yulianto,
Ali Akbar dan Afia R. Fitriati.2008. Sistem
Informasi Manajemen ed.10. Jakarta:Salemba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar